Minggu, 29 Mei 2016

Tema        : Pembaharu islam
Tokoh       : Syaikh Nawawi Al-Bantani
Pemikiran : Muslim scholars in pesantren, intellectual tradition in pesantren.
Karya        : Nihayatuz Zain, Safinatun Naja, Nuruzh Zhalam, Kasyifatus Saja, Sulamul Fudhala, dan karyanya yang terkenal adalah al-Tafsir al-Munir.


Salah satu di antara para ulama penulis Indonesia yang cukup produktif adalah Syaikh Nawawi Al-Bantani (wafat 1894). Dia adalah ulama dari Banten yang tinggal di Arab hingga wafatnya dan memperoleh gelar sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz (Penghulu Ulama Hijaz). Syaikh Nawawi menulis kitab tidak kurang dari 41 buah kitab yang menyebar di berbagai wilayah dunia Islam termasuk di Indonesia.
Menurut silsilah dan asal-usul keturunannya Syaikh Nawawi mempunyai geanologi garis keturunan orang-orang besar dan berpengaruh. Dimana Syaikh Nawawi mempunyai silsilah dari Sunan Gunung Djati, salah seorang pejuang agama Islam di tanah Jawa yang tergabung dalam "Walisongo".
Pada tahun kelahirannya, Kesultanan Banten berada dalam periode terakhir yang pada waktu itu diperintah oleh Sultan Muhammad Rafiuddin (1813 M-1820 M). Ayahnya K.H. Umar adalah seorang keturunan bangsawan Kesultanan Banten yang silsilahnya sampai kepada Maulana Hasanuddin (Sultan Hasanuddin), Raja Kesultanan Banten yang pertama.
Dari silsilahnya, Nawawi merupakan keturunan yang ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati) yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten Pertama) yang bernama Pangeran Suryararas (Tajul Arsy).
Syaikh Nawawi merupakan contoh ulama Indonesia yang memiliki intelektual tinggi dan keilmuannya diakui oleh para ulama di Arab dan di dunia Islam pada umumnya. Walaupun dia orang Indonesia, namanya membumbung tinggi melalui kitab-kitab karya tulisnya yang ditulis dalam Bahasa Arab dan kitabnya tersebut terus dikaji sampai sekarang di berbagai belahan dunia Islam, termasuk di Pesantren-Pesantren di Indonesia.
Nama Syaikh Nawawi juga disebut dalam Kamus Al-Munjid, karya Louis Makluf yang amat terkenal itu. Syaikh Nawawi merupakan kebanggaan masyarakat Banten dan bangsa Indonesia pada umumnya, karena dia adalah keturunan masyarakat Banten Indonesia yang mempunyai reputasi intelektual di tingkat Internasional.
Referensi: http://abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul%20Quran/12.%20Syaikh%20Nawawi%20Al%20Bantani%20-%20Samsul%20Munir.pdf


Tema       : teolog Islam
Tokoh      : Imam asy-Syafi'i رحمو الله adalah Muhammad bin Idris bin al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaffi'i bin as-Saib bin 'Ubaid bin 'Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin 'Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib, Abu 'Abdillah al-Qurasyi asy-Syafi'i al-Makki,
Pemikiran : Fiqih
Karya         : KITAB AL-UMM, KITAB AR-RISAALATUL JADIIDAH, Kitab Jimaa'ul-'Ilmi, Kitab Ibthaalul Iktihsaan, Kitab ar-Radd 'alaa Muhammad bin al-Hasan


Abu 'Abdillah al-Qurasyi asy-Syafi'i al-Makki, keluarga dekat Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan putra pamannya.Al-Muththalib adalah saudara Hasyim, ayah dari 'Abdul Muththalib. Kakek Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan kakek Imam asy-Syafi'i berkumpul (bertemu nasabnya) pada 'Abdi Manaf bin Qushay, kakek Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang ketiga.
Imam syafii lahir pada tahun 150 H, di Ghazzah (Palestina). Dalam keadaan sakit wasirnyapun, beliau masih mengerjakan hobinya yakni berdakwah dan mengajar dengan tidak mempedulikan sakitnya, sampai akhirnya beliau wafat pada akhir bulan Rajab tahun 204 H
Adapun gelarnya adalah "Naashirul Hadiits" (pembela hadits). Beliau mendapat gelar ini karena dikenal sebagai pembela hadits Rasulullah صلى
الله عليو وسلم dan komitmennya dalam mengikuti sunnah. Rincian rentang hal ini, insya Allah akan ada dalam pembahasan mengenai manhaj-nya dalam menetapkan aqidah. Beliau adalah seorang yatim yang tidak bisa membayar seorang guru untuk bisa belajar. Maka dari itu setelah ia menamatkan al-Qur-an, ia hadir di masjid dan berkumpul bersama para ulama untuk menghafal hadits atau masalah agama dengan tulang sebagai bukunya dan sebuah bejana sebagai tempat bukunya. Beliau terkena penyakit wasir, berdakwah,mengajar adalah hobbinya samapi ia tidak mempedulikan sakitnya. Hingga akhirnya beliau wafat pada akhir bulan Rajab tahun 204 H.



Tema               : Pembaharu Islam
Tokoh              : Al-Nafis memiliki nama lengkap Ala Al-Din Abu Al-Hassan Ali ibn Abi-Hazm Al-Qarshi Al-Dimashqi. 
Pemikiran       : Kedokteran (penemu pulmonary cardios)
Karya         : Sharh Al-Adwiya Al-Murakkaba, Syarh Mufradat Al-Qanun, Al-Muhdzib Fi Al-Kuhl, Tafsir Al `Ilal Wa Asbab Al-Amradh, AI-Mukhtar Min Al-Aghdziah.


Nama lengkap Ibnu Nafis adalah al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi al-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi. Dia biasa dipanggil dengan Ad-Dimasyqi, karena ia dilahirkan di Syam dan awal masa mudanya ia habiskan di kota Damaskus, sebagaimana dia juga dipanggil dengan Al Mishri, karena ia telah mengabiskan sebagian besar usianya di kota Cairo dan memiliki ikatan yang kuat dengan Mesir dan penduduknya. Selain itu, ia juga mempunyai nama panggilan lain, yaitu The Second Avicenna (Ibnu Sina Kedua), yang diberikan oleh para pengagumnya.
Ibnu Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus referensi lain menyebutkan ia dilahirkan di Syria pada tahun 607 H (1210 M). Ia menghabiskan masa kecilnya di kota tersebut hingga menjelang dewasa. Dia tinggal dan menetap di Mesir hingga ajal menjemputnya.
Dalam studinya, Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu observasi, survei, dan percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui pengamatan terhadap sejumlah gejala dan unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut Ibnu Nafis, selain melakukan pengobatan, memeriksa unsur-unsur penyebab munculnya penyakit juga perlu. Selain itu, ia juga memaparkan mengenai fungsi pembuluh arteri dalam jantung sebagai pemasok darah bagi otot jantung (Cardiac Musculature). Penemuannya mengenai peredaran darah di paru-paru ini merupakan penemuan yang menarik. Sehubungan dengan hal itu, Nafis dianggap telah memberikan pengaruh besar bagi perkembangan ilmu kedokteran Eropa pada abad XVI. Lewat penemuannya tersebut, para ilmuwan menganggapnya sebagai tokoh pertama dalam ilmu sirkulasi darah.
Sebagian sumber referensi berbeda pendapat tentang tahun wafatnya. Sebagaian ahli sejarah mengatakan bahwa dia wafat pada 11 Dzulqaidah tahun 678 H ( 17 Desember 1288 M). Di akhir hayatnya, Al-Nafis menyumbangkan rumah, perpustakaan dan klinik yang dimilikinya kepada Rumah Sakit Masuriyah agar digunakan bagi kepentingan masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar