Minggu, 05 Juni 2016

Makalah & PPT

ISLAM KE EROPA / BARAT
MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Studi Islam II

Dosen Pengampuh : Siti Nadroh, M.Ag
Disusun oleh : Kelompok VI
Khoerunisa (11151020000016)
Yusuf Pradana  (11151020000028)
Tri Hapsari Meilani Purwaningrum (11151020000041)
Siti Maimunah (11151020000042)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Islam di Eropa/Barat dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah ini adalah tugas dalam perkuliahan Studi Islam II pada Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Makalah ini disusun berdasarkan berbagai literatur, artikel-artikel, dan jurnal-jurnal di website yang dianggap tepat dan dapat dijadikan sebagai acuan pustaka.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya makalah ini.
 Harapan Kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca tentang pengetahuan peradaban Islam di Dunia, khususnya Islam di Eropa/Barat.
Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang Kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu Kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tanggerang, 15 April 2016

Penyusun



DAFTAR ISI




BAB I

PENDAHULUAN

Dalam sejarah kebudayaan umat manusia proses tukar-menukar dan interaksi (intermingling) atau pinjam meminjam konsep antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain memang senantiasa terjadi, seperti yang terjadi antara kebudayaan Barat dan peradaban Islam. Dalam proses ini selalu terdapat sikap resistensi dan akseptansi. Namun dalam kondisi dimana suatu kebudayaan itu lebih kuat dibanding yang lain yang tejadi adalah dominasi yang kuat terhadap yang lemah. Istilah Ibn Khaldun, "masyarakat yang ditaklukkan, cenderung meniru budaya penakluknya".
Ketika peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam". Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya kekuasaan politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu termasuk Islam ke Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena peradaban Islam dalam kondisi dibawah kekuasaan Barat maka kemampuan memfilter konsep-konsep dalam pemikiran dan kebudayaan Barat juga lemah.

a.         Bagaimanakah proses masuk dan berkembangnya Islam ke Eropa/Barat?
b.         Apakah bentuk-bentuk aspek ajaran Islam yang dikembangkan di Eropa/Barat ?
c.         Bagaimanakah pertumbuhan tempat ibadah (masjid) dan pusat-pusat kajian Islam di Eropa/Barat?
d.      Bagaimanakah keterkaitan kemajuan Eropa/Barat dan dampaknya bagi dunia Islam?
e.       Bagaimanakah sikap Islam dalam menghadapi kemajuan Eropa/Barat?

                     a.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam II;
                     b.       Bagi penulis diharapkan makalah ini dapat mendatangkan manfaat dalam menambah wawasan serta pengetahuan;
                     c.       Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat mendatangkan mafaat sebagai tambahan informasi serta referensi bacaan.

                     a.       Dapat mengetahui proses masuk dan berkembangnya Islam ke Eropa/Barat.
                     b.       Dapat mengetahui bentuk-bentuk aspek ajaran Islam yang dikembangkan di Eropa/Barat.
                     c.       Dapat mengetahui pertumbuhan tempat ibadah (masjid) dan pusat-pusat kajian Islam di Eropa/Barat.
                     d.      Dapat mengetahui keterkaitan kemajuan Eropa/Barat dan dampaknya bagi dunia Islam.
                     e.       Dapat mengetahui sikap Islam dalam menghadapi kemajuan Eropa/Barat.




BAB II

ISI

A.           Masuk Dan Berkembangnya Islam Serta Peradabannya di Eropa/Barat

Berawal dari Islam di Afrika Utara. Masuknya kekuasaan Islam di Afrika dimulai ketika Panglima Amr Ibn ‘Ash pada masa Umar ibn Khattab menguasai Mesir (639-644 M) setelah mengalahkan tentara Bizantium. Dilanjutkan oleh Abdullah Ibn Sa’ad Ibn Abi Sarah masa Utsman Ibn ‘Affan yang berhasil mengalahkan tentara Romawi dalam peperangan di laut (Laut Tengah) dan terus maju sampai ke Barqah dan Tripoli yang jatuh ketangannya. Pasukan Abdullah maju terus ke arah Carthage, ibu kota Romawi di Afrika Utara waktu itu. Akhirnya atas permintaan dari penguasa Bizantium diadakan genjatan senjata. Mendengar berita perjanjian damai tersebut Raja Constantine III sangat marah dan ia menghendaki supaya semua wilayah kekuasaannya yang telah jatuh di tangan kaum Muslim, harus direbut kembali. Pada saat itu situasi politik di Madinah kurang mendukung untuk melanjutkan perang yang akhirnya Khalifah Utsman terbunuh dan keadaan kacau sampai Ali juga terbunuh.[1]
Kekuasaan Islam di Afrika Utara tidak berjalan mulus. Ketika Islam pertama kali masuk, guncangan politik akibat pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Barbar dan orang-orang Romawi muncul bergantian. Dalam kondisi ini penyebaran Islam tidak bisa berjalan dengan baik. Pada masa Musa Ibn Nusair terjadi perubahan sosial dan politik yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar dapat dikalahkan dan dominasi politik berada di tangan orang-orang Muslim sehingga dakwah Islam menyebar dengan kecepatan yang luar biasa. Perubahan sosial dan politik sejak Musa memegang kendali pemerintahan menjadi modal yang sangat besar bagi pembangunan fondasi peradaban Islam di Afrika Utara, khususnya berkaitan dengan kebijakan islamisasinya.[2]
Seluruh pemberontakan yang terjadi di Afrika Utara dilakukan oleh orang-orang Barbar dan kaum Khawarij. Orang-orang Khawarij tidak hanya menyebarkan Islam saja, tetapi juga membawa orang-orang Barbar kepada pengetahuan yang mendalam mengenai agama itu, khususnya di Jabal Nafusa dan daerah Tahart. Upaya orang-orang Khawarij ini menyebabkan Islam menjadi benar-benar mengakar di daerah Afrika Utara. Di sisi lain, bahasa Arab mengalami kemajuan pesat di berbagai kota sebagai bahasa percakapan, yang mana hal itu muncul sampai sekarang. Arabisasi daerah Maghrib tersebut dilakukan oleh orang-orang Badui (Arab) yang bermigrasi ke sana. Banyak orang-orang Barbar, baik yang nomaden maupun yang menetap, melakukan perkawinan silang dengan pendatang baru itu; meskipun ada juga kelompok-kelompok Barbar perdalaman yang mempertahankan bahasa dan adat istiadat mereka. Hal ini disebabkan kesamaan peradaban yang dibawa oleh orang-orang Badui dengan peradaban penduduk setempat yaitu kesukuan dan peladang. Dengan cara inilah secara bertahap terbentuk penduduk Barbar-Arab yang sampai sekarang mendiami sebagian besar Afrika Utara.[3]
Perkembangan Islam tidak hanya terjadi di negeri asalnya saja yaitu Arab. Melainkan Islam juga berkembang di benua-benua dan bagian belahan dunia lainnya. Contohnya seperti di Eropa/Barat. Peradaban Eropa yang saat itu dikenal dengan abad kegelapan namun kini terlihat begitu maju dan berkembang. Perlu kita ketahui bahwa hal itu tidak terlepas dari pengaruh peradaban Islam yang berkembang disana. Karena peradaban Islam sesungguhnya yang lebih mendahuluinya.
Ada beberapa jalur atau tempat peradaban islam masuk menuju Eropa. Diantaranya yang menjadi jembatan-jembatan atau jalur utama peradaban Islam menuju Eropa adalah :
1.     Andalusia
2.     Sisilia
3.     Perang Salib [4]

1.      Andalusia
a.      Masuknya Islam ke Andalusia
Andalusia atau kini yang dikenal dengan nama Spanyol mulai diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), yaitu salah seorang Bani Umayah yang berpusat di Damaskus[5]. Kekuasaan Islam di semenanjung Iberia[6] berlangsung selama 8 abad, dimulai sejak penaklukan yang dipimpin oleh Thariq, Musa, dan Tarif pada tahun 711 M/92 H sampai jatuhnya Granada pada tahun 1492 M/898 H.[7] Thariq, Musa, dan Tarif merupakan tiga pahlawan Islam yang berjasa dalam proses penaklukan Andalusia ini.[8] 
            Tharif ibn Malik disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian[9]. Dalam penyerbuannya itu Tharif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti. Ia kembali ke Afrika Utara dan membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif. Hal itu juga menjadi salah satu faktor Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Kemudian Thariq dan pasukannya yang sebagian besar dari suku Barbar dan sebagian orang Arab menyeberangi ke daratan Eropa dan mendarat disebuah pantai di wilayah Spanyol. Dan mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya wilayah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki wilayah Spanyol.[10]
            Mendengar bahwa Thariq beserta pasukannya telah mendarat di Spanyol, Raja Roderick segera memimpin pasukannya yang berjumlah 100.000 orang lengkap beserta persenjataannya. Thariq pun menerima bantuan 5000 orang tentara yang dikirim oleh Musa Ibn Nushair, sehingga total pasukan Thariq berjumlah 12.000 orang. Tepat pada 28 Ramadhan 92 H kedua pasukan bertempur di Muara sungai Barbate. Dengan menyebarkan kabar kepada kubu Roderick bahwa muslim datang tidak untuk menjajah namun ingin menghentikan kezaliman Roderick dan mengatakan bahwa pertempuran akan berakhir jika Roderick terbunuh. Sehingga sebagian dari pasukan Roderick mundur dan terbunuhlah Roderick dengan tangan Thariq sendiri. Yang kemudian mayat Roderick tenggelam dan hanyut terbawa arus Sungai Barbate. Kejadian ini juga memicu untuk menaklukan wilayah lain seperti Cordova, Granada dan Malaga.[11]
b.      Perkembangan Islam di Andalusia
Dalam perkembangannya abad-abad tersebut dibagi menjadi 8 periode, berikut penjelasannya.[12]
1)      Periode I adalah masa penaklukan (al-Fath).
Periode ini berlangsung selama 4 tahun (711-714 M/92-95 H). Daerah yang berhasil ditaklukan pasukan muslim pada periode ini diantaranya adalah Ecija, Toledo (ibukota kerajaan Gothik), Arkidona, Elvira, Cordova, dan Malaga. Dimana daerah yang berhasil ditaklukan oleh pasukan yang dipimpin oleh Thariq diantarannya adalah Kordova, Granada, dan Toledo. Sedangkan daerah yang berhasil ditaklukkan setelah keterlibatan Musa bin Nushair dan pasukannya diantaranya adalah Sedona, Carmona, Seville, dan Merida. Kemajuan-kemajuan pada periode ini memang belum nampak.[13]
2)      Periode II adalah periode wali-wali (al-Wulat)
Periode ini dapat dikatakan sebagai periode perwakilan khalifah di Damaskus yang berlangsung pada tahun 741-755 M/95-138 H. Pada periode ini, Andalusia dipimpin oleh 20 orang wali selama 42 tahun. Mereka semua diangkat oleh Khalifah Bani Umayah di Damaskus yang bernama Al Walid Ibnu Malik atau di angkat oleh perwakilan gubernur di Afrika Utara bernama Musa bin Nushair. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai sempurna, gangguan banyak berdatangan.[14] Dimana gangguan-gangguannya ini dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Gangguan tersebut dapat berupa perbedaan pandangan antara khalifah/pemerintah pusat di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol ini dan siapa yang berhak menentukan wali bagi Andalusia. Selain itu dapat juga dikarenakan oleh jatuhnya kedudukan Andalusia dari Damaskus yang menyebabkan penduduk Andalusia memiliki kebebasan untuk menentukan pemerintahan menurut pemikiran penduduk di Andalusia, yang juga berselisih.[15]
Wilayah yang berhasil ditaklukkan pada periode ini dibawah gubernur Anbasah pada tahun 723-726 M adalah wilayah Gallia, Septimania, dan terus ke lembah sungai Rhone. Selain itu dibawah pemerintahan gubernur Abdul Rahman al-Ghafiqi pada tahun 730 M berhasil dikuasailah wilayah Hertongdom dan Aquitania yang sudah mulai masuk wilayah kekuasaan Prancis. [16]
Pada periode ini, Andalusia belum mengalami kemajuan dalam peradaban. Hal ini antara lain dikarenakan banyak terjadinya krisis di dalam pemerintahan Islam sendiri yang disebabkan tidak puasnya orang-orang Berber akan perlakuan orang Arab sehingga menyebabkan pemberontakan. Selain itu dapat disebabkan masih banyaknya sisa-sisa musuh dari luar yang harus diperangi. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Ar-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol pada 138 H/755 M.[17]
3)      Periode III adalah periode amir (al-Imarah).
Periode ini dapat dikatakan periode gubernur sekitar tahun 755-929 M/138-316 H. Dimulai sejak kedatangan Abdurahman Ad-Dakhil[18] sampai ia mengumumkan sebagai Khalifah Dinasti Umayah di Damaskus seiring dengan peralihan kekuasaan dari dinasti Umayah kepada dinasti Abbasiyah.[19] Pada periode ini Spanyol dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I dengan gelar Ad-Dakhil (Yang masuk ke Spanyol). Adapun penguasa pada masa ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I,  Abdurrahman al-Ausath, Muhammad bin Abdurrahman, Munzir bin Muhammad, dan Abdullah bin Muhammad. Kemajuan-kemajuan yang ada pada periode ini, seperti didirikannya pusat pendidikan dan masjid di kota-kota besar Andalusia. Di antaranya adalah masjid Cordova, mulai masuknya pemikiran filsafat dan ilmuan berkunjung ke Cordova untuk menimba ilmu, dan lain-lain.[20]
Pada masa Hisyam, karena jiwa kepemimpinannya yang lembut dan dermawan maka jarang terjadi pemberontakan pada masanya. Dan juga pembangunan pada masanya menjadi berjalan dengan lancar. Lain halnya ketika kemudian pemerintahan jatuh ke Hakam I (729-822 M), dimana ia memiliki jiwa kebijakan dan akhlak yang jelek. Sehingga ajaran-ajaran Islam banyak yang diinjak-injak, suka berfoya-foya, kejam, dan senang bermabuk-mabukan. Dengan kepemimpinan yang seperti ini tak heran muncul pemberontakan-pemberontakan antar suku, seperti suku Arab, suku Barbar dan Muslim pribumi.[21]
Pada periode ini, Andalusia mengalami sedikit gangguan dari kaum fanatik Kristen yang tidak mendapat simpati dari masyarakat Kristen lainnya, karena adanya sikap amir yang memberi kebebasan kepada mereka untuk beribadah sesuai dengan agamanya. Adapun gangguan yang paling serius adalah  pemberontakan dari umat Islam sendiri di Toledo. Mereka membuat pemerintahan sendiri pada tahun 852 M dan mereka mampu bertahan selama 80 tahun.[22]
4)      Periode IV adalah periode kekhalifahan (al-Khalafah) 929-1009 M/316-400 H.
Dimulai sejak diumumkannya kekhalifahan sampai wafatnya al-Hakam al-Muntasir pada tahun 976 M/366 H. Dan masa kekhalifahan ini berlangsung sekitar 1 abad.[23] Periode kekhalifahan Abdurrahman III an Nasir, dimana pada masa ini umat Islam sudah mulai retak. Namun berkatnya yang berjiwa gagah dan perkasa, umat Islam dapat dipertahankan untuk disatukan. Bahkan pada masanya ini umat Islam dapat melumpuhkan kekuatan suku Kristen, arab dan pribumi. Masa ini juga menjadi masa keemasan bagi umat Islam Andalusia. Ilmu pengetahuan berkembang pesat pada masa ini. Begitu pula dengan pembangunannya, seperti pembangunan kota az-Zahro dan saluran air yang 80 km. selain itu peradaban kebudayaan Madinah az-Zahro yang sekarang disebut Cordova la Vieja terlihat begitu mengagumkan. Didalamnya terdapat puri, jembatan yang kuat, sekolah-sekolah, perguruan tinggi, perpustakaan, rumah sakit, rumah panti, irigasi-irigasi, perdagangan, industri, dan lain-lain.[24] Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaannya. Abdurrahman An-Nasir mendirikan universitas Cordova yang perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Dan periode ini pun pembangunan kotanya berlangsung cepat.[25]
5)      Periode V adalah periode dinasti kecil (Muluk at-Thawaif) 1009-1091 M/400-484 H.
Masa dimana terpecahnya menjadi dinasti-dinasti kecil atau kerajaan-kerajaan kecil (lokal) sampai munculnya dinasti Am-Murabithun. Pada periode ini Kristen mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.[26]
Peristiwa di atas terjadi pada saat Islam Andalusia dipimpin oleh raja-raja kecil yang antara satu kerajaan dengan kerajaan lainnya saling berebut kekuasaan. Peperangan antar suku kembali terjadi, sehingga terbukalah peluang besar bagi musuh-musuh Islam untuk mengadu domba, merongrong dan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil Islam. adapun kerajaan-kerajaan kecil penting pada masa khalifah Muluk at-Towif adalah sebagai berikut:[27]
a)      Hamidiyah di Malaga                   400-449 H/1010-1057 M
b)      Abbadiyah di Sevilla                    414-461 H/1023-1091 M
c)      Jahwariyah di Cordova                 422-461 H/1031-1069 M
d)     Afthasiyah di Badajoz                  413-487 H/1022-1094 M
e)      Dzun Nuniyah di Toledo              419-487 H/1028-1085 M
f)       Amiriyah di Valencia                    412-489 H/1021-1096 M
g)      Tujibiyah di Saragosa                    410-420 H/1019-1029 M
h)      Hudiyah di Saragosa                     430-503 H/1039-1142 M
i)        Nashriyah di Granada                   629-897 H/1232-1492 M[28]
6)      Periode VI adalah periode al-Murabithun 1091-1126 M/484-520 H.
Di mana masuknya kekuasaan al-Murabithun yang berakhir hampir setengah abad. Dinasti Murabithun menjadi catatan menarik dalam pandangan sejarawan Islam, karena dinasti ini berawal dari gerakan keagamaan dan berkembang menjadi gerakan politik. Dinasti Murabithun berawal dari gerakan keagamaan yang dipelopori oleh suku Lamtunah, kelompok suku nomaden Barbar yang mendiami Gurun Sahara antara Maroko bagian selatan, tepi sungai Sinegal hingga Sungai Niger. Suku Lamtunah merupakan cabang dari suku Shanhajah yang merupakan suku Arab Himyar yang pindah dari Yaman ke Syam. Orang-orang suku Lamtunah ini juga disebut Al-Mulatsimun atau orang-orang bercadar.[29] Pada periode ini Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.[30] Daulah Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan yang didirikan oleh Yusuf Ibnu Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan di Marakesy[31]. Ia masuk ke Andalusia atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia ternyata memasuki Andalusia tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja Muslim, Tasyfin melangkah lebih jauh untuk menguasai Andalusia  dan berhasil. Akan tetapi sepeninggalan Tasyfin para penggantinya adalah raja-raja yang lemah, maka pada tahun 1143 M runtuhlah kekuasaan daulah Murabithun.[32]
Gerakan Murabithun berawal dari kegelisahan atau kondisi keagamaan di Maroko bagian selatan. Yahya bin Ibrahinm aj-Jadalli, pimpinan suku Lamtunah, merasa bahwa kondisi keagamaan pada masyarakatnya perlu diperbaiki. Hal ini disadarinya setelah ia melakukan ibadah haji di Makkah. Sepulang dari ibadah haji ia mengundang seorang Ulama, Abdullah Yasin Al-Jazuli untuk bersedia mengajarkan pengetahuan agama pada umatnya. Penunjukan Abdullah Yasin Al-Jazuli ini atas masukkan Abu Imran yang beraliran madzhab Maliki. Yahya bin Ibrahim mengajak orang-orang suku Lamtunah untuk belajar agama pada Abdullah Yasin. Dua di antaranya yang termasuk petinggi suku Lamtunah kakak beradik yakni Yahya bin Umar dan Abu Bakar bin Umar.[33]
Abdullah menyadari bahwa tidak banyak orang-orang suku Lamtunah yang tertarik pada ajarannya. Oleh karena itu, Abdullah mengajak orang-orang yang setia padanya diikuti Yahya bin Ibrahinm al-Jadalli, Yahya bin Umar dan Abu Bakar bin Umar pindah menuju daerah perbatasan Sinegal. Pada daerah baru ini mereka mendirikan ribath atau semacam rumah ibadah yang juga berfungsi menjadi benteng pertahanan, sehingga gerakan ini dinamakan dengan Murabithun. Pada daerah baru inilah gerakan Murabithun mulai berkembang pesat. Abdullah Yasin memerintahkan pengikutnya untuk berdakwah di luar kelompok ribath. Tidak mengherankan dalam kurun waktu 10 tahun  komunitas gerakan Murabithun meningkat pesat dan kemudian berubah menjadi gerakan politik. Yahya bin Ibrahim menjadi pimpinan politik pertama dan mengangkat Yahya bin Umar sebagai panglima militer. Gerakan Murabithun kemudian mulai melakukan ekspansi kekuasaan dan menaklukkan beberapa kawasan serta penguasanya. Suku bangsa di Sahara ditaklukkan pada tahun 1055 M. Kota-kota yang ada di Shara direbut oleh kelompok Murabithun. Penguasa Sijilmasah yang bernama Mas’ud bin Wanuddin Al-Maghrawi pernah melakukan perlawanan sengit sebelum akhirnya gugur.[34]
Setelah melakukan beberapa ekspansi kekuasaan gerakan Murabithun resmi mendirikan daulah kekuasaannya meliputi Maroko dan beberapa kawasan disekitarnya. Kepemimpinan Dinasti Murabithun dapat dilihat seperti dibawah ini:
a)      Yahya bin Ibrahim
b)      Yahya bin Umar
c)      Abdullah bin Yasin                       1056-1059 M
d)     Abu Bakar Al-Lamtuni                 1059-1061 M
e)      Yusuf bin Tasyfin                         1061-1107 M
f)       Ali bin Yusuf                                1107-1143 M
g)      Ibrahim bin Tasyfin                       1143-1145 M
h)      Ishaq bin Tasyfin                          1145-1147 M
i)        Penaklukkan Muwahiddun           1147 M[35]
7)      Periode VII adalah periode Muwahidun 1126-1223 H.
 Muwahidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart. Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abdul Mun’im. Antara tahun 1114-1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada jatuh ke bawah kekuasannya. Kemajuan ini membuat Kristen dapat dipukul mundur.[36]
Gerakan Muwahidun muncul semasa dinasti Murabithun mulai melemah secara politis dan keagamaan. Pemerintahan yang dipegang oleh Ishaq bin Tasyfin mulai kurang mendapatkan tempat di kalangan masyarakat. Penolakan terhadap pemerintahan Murabithun nampak saat mulai munculnya pemberontakan-pemberontakan dari bawah. Pemberontakan juga disinyalir akibat ketidakpuasan pada sistem pemerintahan yang dibangun dan dominannya madzhab yang dianut oleh pemerintahan. Gerakan keagamaan menjadi faktor yang dominan dalam melatarbelakangi munculnya gerakan Muwahidun ini. Gerakan ini dipelopori oleh Muhammad bin Tumart, yang menekankan ajaran ketauhidan.[37]
Ibnu Tumart membangun gerakan politiknya melalui gerakan dakwah, ia mengirimkan tenaga dainya ke berbagai suku dan mengajak umat Islam ke jalan yang benar dan menyelamatkan diri dari ajaran kaum Murabithun yang telah mengikuti ajaran antromorfisme dan menyekutukan Allah. Ia memerintahkan kepada pengikutnya untuk berakhlak terpuji, taat undang-undang, shalat tepat waktu, membaca wirid yang dibuatnya dan mendalami kitab-kitab al-Muwahidah.[38]
a)      Kemajuan Bidang Politik
Terdapat kemajuan pada masa Dinasti al-Muwahidun sebagai tolak ukur dalam pembahasan Ibnu Tumart serta umat Islam dapat mengetahui kepribadiannya. Ibnu Tumart merumuskan sistem militernya sebagai organisasi pemerintahan yang tersusun sebagai berikut:
·         Dewan Menteri
·         Dewan Majelis Pemuka Suku
·         Majelis Rakyat[39]
Dalam bidang politik, dibawah kepemimpinan para khalifah al-Muwahidun berhasil menguasai beberapa daerah. Ketangguhan Abdul Mu’min sebagai pengganti al-Mahdi telah berhasil membuka jalan mulus bagi penguasa berikutnya untuk mengembangkan kekuasaan Dinasti Muwahidun di Spanyol dan Afrika Utara. Karena luasnya daerah kekuasaan Dinasti Muwahidun di Andalusia maka semakin banyak tugas kepala negara sehingga perlulah dibentuk wakil-wakil untuk membantu melaksanakan tugasnya, sebagai berikut:[40]
·         Wazir, bertugas menjadi perantara khalifah dan rakyatnya.
·         Hajib, bertugas memikirkan dan menghadapi urusan-urusan negara yang penting.
·         Katib, bertugas dalam urusan surat menyurat penting kenegaraan.
·         Wali, bertugas melaksanakan dan menjaga pemerintahan wilayah atas nama penguasa, menjadi wakil dalam urusan kehakiman.
·         Jawatan pengairan, bertugas mengurusi dan menjaga bendungan air, menggali terusan-terusan dan membangun jembatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara.
·         Jawatan pos, bertugas mengawasi pekerjaan pemerintah.
·         Shurta, bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum.
·         Pengadilan Qadhi dan Pengadilan Tinggi, bertugas  menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan perkara hukum agama. Sedangkan pengadilan tinggi bertugas menjamin keadilan yang berhubungan dengan masalah penelitian juga termasuk didalamnya.[41]
b)      Kemajuan Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi Dinasti Al-Muwahidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa, Merseille, Vanice, dan Sisilia dan tahun 1157 M dengan Pisa (Italia). Perjanjian itu berisi tentang izin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak.[42]
Untuk meningkatkan perekonomiannya, dalam sektor pertanian mereka membuat dua tipe irigasi yang menguntungkan yaitu irigasi Yamani dan irigasi Damaskus. Tipe irigasi Yamani biasanya diterapkan di wilayah Oasis, dimana air akan dibagi berdasarkan batas waktu pengairan tertentu. Sedangkan tipe irigasi Damaskus yang membagi perairan kepada setiap petani disesuaikan dari ukutan tanah mereka masing-masing.[43]
Selain itu dibidang industri masa ini juga sangat maju dimana beberapa kota memang terkenal dengan hasil industrinya, seperti Cordova sebagai penghasil kertas, kulit, tekstil, dan tenun sutera, Toledo sebagai penghasil tenun sutera, kain, bulu, keramik, dan peralatan militer, Granada sebagai penghasil tekstil, Seville sebagai penghasil alat-alat music, dan masih banyak lagi pada kota-kota lain seperti Valencia, Malaga al-Meria, Cadiz, dan Cartega.[44]
Pada masa Muwahidun ini  hasil-hasil dari sektor pertanian dan industri yang sangat maju kemudian diperdagangkan. Bahakan mereka sampai menjualnya ke India dan Asia Tengah melalui Iskandaria dan Konstantinopel, perdagangan lebih ramai di Damsyik, Baghdad, dan Mekkah. Perdagangan yang sangat maju ini menjadi pemasukan bea yang sanngat besar untuk negara.[45]
c)      Kemajuan Bidang Arsitektur dan Budaya
Pembangunan Fisik yang menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, dan taman-taman. Contohnya pembangunan yang megah adalah masjid Giralda yang sekarang diubah menjadi Katedral Agung di Seville, menara pada Masjid Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou,  masjid al-Kutubiyya di Marakesy, menara yang sangat megah di Maroko, menara pada Ribat Al-Fath, yang meniru gaya Alexandria, mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak tertandingi.[46]
Kota Qairawan mengalami pembangunan dengan gaya arsitektur Islam dan mengalami perbaikan pada kemudiannya tahun 718 M. Selain kota Qairawan ini, kota Sevilla juga mengalami pembangunan masjid pada tahun 1171 M pada pemerintahan Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah menjadi Gereja Maria Dela Seda. Dan kota Seville kemudian jatuh ke tangan Ferdinan pada tahun 1248 M.[47]
d)     Kemajuan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Khalifah Dinasti al-Muwahidun memprakarsai dan mendorong kegiatan-kegiatan intelektual, seni dan budaya. Maka dari itu lahirlah para filsuf besar dan ilmuan di kalangan Muslim. Contohnya adalah Ibnu Khaldun, Ibnu Khatib al-Bitruji, Ibnu Hazmi, Ibnu Bajjah, dan Ibnu Arabi. Selain itu juga adanya perguruan tinggi Qairawan yang masih hidup dan menjadi salah satu perguruan tinggi tertua dan terkenal di dunia sepanjang sejarah. Lebih tua dari Universitas Oxford (1163 M), Universitas Cambridge (1209 M), dan Eidenburgh di Inggris, Universitas Rorbonne (1153 M) di Perancis dan Universitas Tubingen (1477 M) di Jerman.[48]
8)      Periode VIII adalah periode Kerajaan Granada (mamlakah al-gharnathah) 1223-1492 M/520-620 H.
Disini berdiri juga dinasti Bani Ahmar dan berlangsung selama 2 abad setengah sampai akhir abad ke 9/15 M sebelum runtuh. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan disusul jatuhnya Seville pada 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.  Dibawah dinasti Bani Ahmar belum lama menunjukkan kembali kemajuan, terjadi perkawinan politik antara Ferdinand an Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen. Yang kekuatan mereka membuat Abu Abdullah selaku pemimpin saat itu mengaku kalah. Keruntuhan Granada sama artinya dengan keruntuhan kekuasaan Islam.[49] Tidak ada lagi pemimpin dari kalangan umat Islam. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1429 M. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.[50] Begitu kaum muslimin menetap di Andalusia mereka memusatkan perhatian di bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni.[51]
Gustave Le Bon mengatakan, “Begitu orang-orang Arab berhasil menaklukkan Spanyol mereka mulai menegakkan risalah peradaban di sana. Maka dalam waktu kurang dari satu abad mereka mampu menghidupkan tanah yang mati, membangun kota-kota yang runtuh, mendirikan bangunan-bangunan megah, dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara lain. Kemudian mereka memberikan perhatian yang besar untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra, menerjemahkan buku-buku Yunani dan Latin, dan mendirikan universitas-universitas yang menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan peradaban di Eropa dalam waktu yang lama.”[52]

2.      Sisilia
Upaya umat Islam menaklukan Sisilia telah dimulai sejak tahun 652 M ketika angkatan laut Bizantium di Alexandria mendapat serangan dari umat Islam. Ketika itu Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah dan mengirim Muawiyah sebagai pemimpin yang berkuasa saat itu untuk menghimpun kekuatan untuk menyerang Sisilila yang saat itu dikuasai oleh Bizantium yang dikomandoi oleh Muawiyah bin Khuday. Serangan pertama ke Sisilia yaitu pada tahun 652 M, ketika kota Siracusa dimasuki dan kekuasaannya tenggelam tepat saat itu juga. Kerajaan Siracusa dapat ditaklukkan dan umat Islam mendapat rampasan perang yang menggiurkan.[53]
            Sisilia[54] juga merupakan jembatan terpenting peradaban Islam menuju Eropa. Dan menjadi wilayah jembatan kedua setelah Andalusia. Kaum muslimin menaklukkan Panormus ibukota Sisilia tahun 216 H/831 M.  Mereka menguasainya hingga tahun 485 H/1092 M kurang lebih 260 tahun). Sisilia juga dijadikan batu loncatan pergerakan umat Islam untuk menaklukan Italia.[55]
            Umat Islam berkuasa selama dua setengah abad lebih atas Sisilia berhasil menanamkan pengaruh pemikiran dan kebudayaan di negeri orang Nasrani tersebut. Penguasaan umat Islam atas Sisilia dimulai oleh penaklukan Dinasti Aghlabiyah yang kemudian dilanjutkan oleh penguasaan Dinasti Fatimiyah dan berakhir dengan hancurnya rezim Dinasti Kalbiyah sebagai Dinasti Islam terakhir yang berkuasa di Sisilia.[56]
     Berbagai corak pemikiran, seni budaya, dan arsitektur yang dibawa oleh penguasa muslim telah tertanam di Sisilia bahkan mengakar dan tetap bertahan hingga saat Sisilia jatuh ke tangan penguasa local. Tradisi pengembangan ilmu yang terjadi pada masa umat Islam terus berlanjut meskipun kekuasaan Islam sudah berakhir dan kekuasaan berpindah ke tangan orang Kristen kembali. Pada abad yang menjelang abad ke-9 ini  menjadi klimaks penaklukan daerah Italia yaitu pada tahun 871 M , saat kota bari direbut kembali oleh pasukan Kristen dan menjadi pertanda berakhirnya kekuasaan muslim  atas Italia dan Eropa tengah.[57]
3.       Perang Salib
 Perang Salib berlangsung selama kurang lebih dua abad, mulai dari abad 5 H/11 M (tahun 490 H/1097 M) hingga jatuhnya benteng akhir pasukan Salib ditangan Mamalik tahun 690 H/1291 M. Masa peperangan tersebut merupakan bagian dari titik persinggungan terpenting antara Eropa dan Islam. Walaupun pasukan Salib datang ke Timur-Islam untuk perang, bukan untuk mencari ilmu, namun mereka terpengaruh oleh peradaban kaum muslimin dan mentransfer kemajuan-kemajuan Islam ke Eropa yang saat itu mengalami keterbelakangan dan kemerosotan.[58]
Perang Salib tahun 488-539/1095-1144 M adalah ekspedisi spektakuler sebagai hasil dari proses kebangkitan semangat religious yang melanda Eropa Barat pada abad ke-10 dan ke-11. Perang salib merupakan misi keagamaan dari para peziarah Kristen ke tempat-tempat suci mereka, namun yang dahulunya di bawah bendera perdamaian, kini berubah menjadi misi perang.[59]

a.      Perang Salib dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1)      Perode I/Perang Salib I
Perang ini  dimulai pada tahun 1095 M, Sekitar 150.000 orang Eropa yang sebagian besar terdiri dari bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina, tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 M mereka berhasil menaklukan Nicea. Dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja, pada tahun yang sama, mereka menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II di Timur, Bohenond dilantik menjadi rajanya, mereka juga berhasil menduduki Bai Al-Maqdis (15 Juli 1099 M), dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bai Al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M), di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Raymond.[60]


2)      Periode II/Perang Salib II
Gagal menguasai Damaskus, Zanki kemudian mengalihkan perhatiannya ke Edessa, salah satu Negara Tentara Salib. Edessa adalah negara yang secara geografis terletak paling utara dari ke empat Negara Tentara Salib, sekaligus negara yang paling lemah. Dalam pandangan Zanki, dengan menguasai Edessa secara subtansial akan memperlemah posisi tentara Salib di Suriah. Dan kesempatan itu tiba pada tahun 538 H/1143 M, ketika Kaisar Byzantium, John II Comnenus dan Raja Yerussalem Fulk dari Anjou meninggal dunia. Joscelin yang menjadi penguasa Edessa tengah terlibat perselisihan dengan Raja Tripoli dan Pangeran Antiokhia. Pada saat Edessa tidak memiliki sekutu yang kuat, Zanki dengan cepat bergerak ke utara untuk mengepung Edessa. Setelah 1 bulan pengepungan, pada tanggal 6 Jumadil Akhir tahun 539 H/24 Desember 1144 M, kerajaan Edessa akhirnya ditaklukkan. Manasses dari Hierges, Philip dari Milly yang dikirim Raja Yerussalem untuk membantu, tetapi mereka sudah terlambat. Dengan kemenangan itu, Zanki juga mengambil alih kekuasaan seluruh kota yang berada di bawah kerajaan Edessa di Peninsula, sebagaimana ia juga membebaskan semua kota yang berada di bawah kekuasaan tentara salib di bagian Timur sungai Eufrat.[61]
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimmah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat pada tahun 1146 M, tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki, Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M. Dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.[62]
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengorbankan Perang Salib II, Paus Eugenius III, menyerukan perang suci yang disambut positif oleh Raja Prancis Louis VII dan Raja Jerman Condrad II, keduanya memimpin pasukan Salib mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki, mereka telah berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II melarikan diri pulang ke negerinya. Kemudian Nuruddin wafat tahun 1174 M, pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin Al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M. dengan demikian kerajaan Latin di Yerusalem yang berlangsung selama 88 tahun terakhir.[63]

3)      Periode III/Perang Salib III
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II, kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan agar mereka dapat menerima bantuan dari kaum Nashrani Qibthi, hal itu terjadi pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat, raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah pada waktu itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick, isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara Al-Malik Al-Kamil, melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di Palestina, dan Frederick tidak mengirimkan bantuan kepada umat Kristen di Syiria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahu  1247 M, di masa pemerintahan Al-Malik Al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik, pemimpin perang dipegang oleh Baybars dan Qawulan, dan pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali, tahun 1291 M.[64]




Diantara hal yang menarik perhatian dari pergantian peradaban-peradaban adalah bahwa sesungguhnya peradaban yang datang belakangan berdiri di atas peradaban yang lama. Tidak ada suatu peradaban yang berangkat dari nol. Dari situ peradaban Islam memiliki pengaruh yang sangat besar dalam peradaban Eropa modern yang datang setelahnya.   
 Pengaruh peradaban Islam di Eropa  mencakup banyak bidang dan mendominasi beberapa sisi hingga mencakup bermacam-macam level kehidupan di Eropa secara umum. Tidak ketinggalan juga sistem-sistem dan norma-norma yang diantaranya adalah akidah, sisi-sisi ilmiah, bahasa, sastra, undang-undang, sosial, politik dan lain sebagainya.[65]
Dalam pembahasan berikut kita dapat mengetahui pengaruh-pengaruh tersebut melalui beberapa topik berikut :
1.      Bidang akidah dan undang-undang.
2.      Bidang ilmu pengetahuan.
3.      Bidang bahasa dan sastra.
4.      Bidang pendidikan dan muamalah.
5.      Bidang seni.[66]

1.         Bidang Akidah dan Undang-undang.
Islam datang dengan akidah tauhid di tengah-tengah masyarakat dan dunia yang penuh dengan kemusyrikan dan paganisme. Islam mengesakan Allah, menyucikan-Nya dari kebendaan dan kekurangan, dan membebaskan penyembahan kepada selain Allah. Setelah dunia mengetahui akidah yang jernih dari agama Islam, terlebih pada masa kebangkitan peradaban Barat, maka setiap agama mulai menakwil kemusyrikan, simbol-simbol kemusyrikan dan paganisme dalam sistem keagamaan mereka dan tradisi–tradisinya, lalu mereka berbohong dengan ucapan-ucapan mereka dan berusaha untuk mengungkapkannya serta menjelaskannya sekira dekat dengan tauhid dan menyerupainya.[67] Ahmad Amin mengatakan, “Dikalangan Nasrani muncul kecenderungan-kecenderungan yang terpengaruh dengan Islam. Di antaranya, abad VIII Masehi atau abad II & III Hijriyah di Septimania.[68]
Imperatur Romawi Louis III pada tahun 108H./726M. mengeluarkan keputusan tentang pensakralan patung-patung dan gambar-gambar. Kemudian pada tahun 112H./730M. Ia mengeluarkan keputusan pensakralan pada patung-patung dan gambar-gambar adalah paganisme. Konstantin kelima Louis ke-4 juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Louis ke-2. Sekelompok Nasrani pun menjelaskan akidah trinitas dengan penjelasan yang dekat dengan monoteisme dan mengingkari ketuhanan Isa a.s.[69]
Orang yang mempelajari sejarah agama Eropa dan gereja Nasrani dapat mengetahui rasionalitas Islam dalam kecenderungan para pembaharu dan pemberontak sistem ketentuan yang berlaku. Adapun pembaharuan besar yang dihadapi oleh Martin Luther dengan rintangan-rintangan yang dihadapinya merupakan contoh paling jelas dalam pengaruh terhadap Islam dan aqidah-aqidahnya, sebagaimana yang diakui para sejarawan.[70]
Dengan demikian akidah Islam yang jelas dan bersih berpengaruh besar terhadap banyak akidah non-muslim dan menyebabkan pelurusan paham-paham yang menyimpang dari kebenaran bersama dengan berjalannya waktu di seluruh belahan dunia.[71]
Adapun pengaruh Islam di bidang hukum dan Undang-undang disebabkan hubungan kaum terpelajar Barat dengan Universitas Islam di Andalusia dan lainnya. Hal itu memiliki pengaruh yang besar terhadap proses penerjemahan hukum-hukum Islam fiqih dan Undang-undang Islam ke semua bahasa mereka. Eropa saat itu tidak memiliki hukum yang sistemis dan Undang-undang yang adil. Ketika Napoleon di Mesir, kitab-kitab fiqih madzhab Maliki yang termahsyur diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis. Di antara kitab-kitab tersebut adalah kitab-kitab fiqih madzhab maliki.[72]
Sedillot[73] mengatakan, “Madzhab Maliki adalah yang menarik perhatian kami secara khusus karena kami memiliki hubungan dengan bangsa Arab-Afrika. Pemerintahan Prancis memerintahkan kepada Dr. Bisrun untuk menerjemahkan kitab Al-Mukhtashor fi Al-Fiqh karya Khalil bin Ishaq bin Ya’qub yang wafat tahun 776 H./1374 M.[74]
Bahkan peradaban Islam diikutkan dalam undang-undang Eropa. Pakar sejarah Inggris Wells[75] mengatakan dalam kitabnya malamih Tarikh Al-Insaniyah, “Sesungguhnya Eropa merupakan kota Islam, di samping undang-undang administrasi dan perdagangannya.”[76]



2.      Bidang Ilmu Pengetahuan.
Sepanjang sejarah Islam, tokoh sentral dalam pengajaran sains ialah orang bijaksana, atau hakim. Biasanya ia seorang dokter, penulis dan penyair, seorang astronom dan matematikawan dan terutama sekali, ia adalah seorang bijak. Tokoh macam ini akan kami bahas dalam bab yang bersangkutan masing-masing dengan subyek. Tapi ada beberapa tokoh yang universal dan mereka memegang peran penting dalam beberapa sains. Banyak ilmuwan Barat yang obyektif mengakui bahwa kaum muslimin menjadi guru bangsa Eropa selama tidak kurang dari 600 tahun.[77]
Kini ilmu telah terkotak–kotak, sehingga sukar sekali bagi manusia modern untuk memahami tokoh semacam itu. Sebab itu kami putuskan untuk membicarakan secara singkat tokoh universal sains Islam yang utama dalam bab ini, dan membahas tokoh lain yang memberi andil dalam suatu bidang tertentu. Tentu bukan tokoh-tokoh universal ini saja yang mencapai hasil yang pantas dicatat, lebih-lebih dalam matematika, tetapi mereka adalah hakim, yang hampir semua namanya muncul dalam semua ilmu sains Islam dan mereka meninggalkan bekas yang tak terhapus dalam kehidupan intelektual Islam.[78]  Adapun tokoh-tokohnya adalah :[79]
                                             a.           Jabir ibn Hayyan al-Azdi at-Thusi as-Shufi, (±103 H/721 M-200 H/815 M)[80]
Pemula alkhemi dalam Islam. Agak dapat dipastikan keluarganya berasal dari suku Azd dari Arabia Selatan, yang pada masa kebangkitan Islam menetap di Kufa. Ia berasal dari Khurasan dibesarkan di Thus kemudian pindah ke Arabia selanjutnya ia menetap di Kufa dan terakhir ia menetap di  Baghdad yang mula-mula ia dikenal sebagai ahli alkhemi tepatnya di Istana Harun ar-Rasyid dan bergaul erat dengan para menteri kaum ‘Abbasiyah, golongan Barmakiyah yang sangat berkuasa. Dengan merosotnya golongan Barmakiyah di kalangan istana, Jabir juga kurang disenangi, tapi menurut riwayat, ia dapat bertahan hingga pemerintahan al-Ma’mun, meskipun tahun meninggalnya tak dapat dipastikan.[81]
Ada seorang Yunani dengan nama latinnya Geber yang memversikan dengan bahasa latin sebuah naskah yang termasuk kumpulan naskah Jabir. Dalam hal ini tidak dapat dipastikan berapa jumlah karya Geber Latin yang berasal dari ahli alkhemi Barat, besar dugaan seorang Spanyol, yang menggunakan nama ahli seni alkhemi ternama itu.[82]
Karya utama Jabir ialah Seratus Dua Belas Buku, untuk keluarga Barmak; Tujuh Puluh Buku, diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Buku Kesetimbangan yang membahas teori keseimbangan. Jabir tidak hanya menulis tentang alkhemi di abad pertengahan, tapi juga tentang logika, filsafat, ilmu medis, guna-guna (ocult), fisika, mekanika dsb.[83]
                                             b.           Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi (± 185 H/801M-260H/873M)
Al-Kindi, Alkindus (filosof bangsa Arab) yang berasal dari  Arab. Nenek moyangnya berasal dari Kufa, ayahnya menjadi Gubernur di tempat itu. Masa mudanya ia lewati di Kufa, yang menjadi satu pusat sains. Ia mempelajari juga ilmu filosofis setelah pergi ke Baghdad. Pada waktu itu gerakan terbesar dalam penerjemahan bahasa Arab telah dimulai. Ia paham bahasa Syiria dan barangkali sedikit bahasa Grika dan ia kenal sekali dengan karya-karya ilmiah dan filosofis Greko-Hellenstik[84]. Beberapa lamanya ia terpandang tinggi dikalangan istana tapi pada akhir usianya ia dilupakan orang.
Al–Kindi tergolong filosof-saintis Muslim pertama. Minatnya ensiklopedik. Ia menulis sekitar dua ratus tujuh puluh makalah, yang sebagian besar kini hilang, mengenai logika, filsafat, semua bidang matematika dan juga musik, obat-obatan dan kehidupan binatang.[85] Ia pendiri aliran filsafat Peripatetik Islam dan sangat dihormati di Barat pada abad pertengahan dan pada masa Renesans sehingga ia dipandang sebagai tokoh astrologi, dan Cardano menyebutnya seorang dari dua belas tokoh besar intelektual umat manusia. Murid utamanya adalah ahli geografi dan matematika ternama, sementara pengaruh filsafatnya dapat dilihat jelas dalam tulisan al-Farabi dan karya Peripatetik Muslim kemudian setelahnya.
                                             c.           Hunain Ibn Ishaq (194 H/810 M- 263 H/ 877 M)
Hunnain, nama Latinnya Joannitius, seorang dari cendekiawan Kristen yang memberi andil berarti bagi kebangkitan sanit Islam. Sebagai penerjemah dan penyalur sains Grika. Ia lahir di Hira, ayahnya seorang apoteker. Ia belajar di Jundishapur dan Baghdad dibawah bimbingan dokter ternama Ibn Masawaih (Mesue Senior) dan merantau ke Anatolia untuk melengkapi pengetahuan bahasa Grika. Ia dan murid-muridnya, termasuk putra dan kemenakannya, membuat terjemahan naskah yang paling tepat dengan baik dari bahasa Grika dan Syiria ke dalam bahasa Arab dan memainkan peran besar dalam peningkatan kaum Muslimin yang mendadak pada sains Griko-Hellenistik.[86]
Hunain sendiri adalah seorang dokter ternama, yang karyanya dikutip karena berbobot oleh berbagai pengarang Muslim kemudian. Ia juga menulis tentang Astronomi, meteorologi dan terutama filsafat. Karyanya, Aforisma filosof dalam versi Ibraniamat terkenal di Barat dan ia khusus terpandang karena pengkajian dan penerjemahannya atas filsafat Galen.
                                             d.           Tsabit Ibn Qurrah (211 H/ 866 M atau 221 H/866 M -288 H/901 M)
Tsabit berasal dari Sabea di Harran, tempat yang terdapat pemujaan agama berpusat pada simbolisme planet.[87] Pemujaan yang tertarik sekali dalam tradisi matematik dan mistik Phytagoras[88], berkelanjutan kedalam periode Islam. Seperti umumnya anggota masyarakat ini, Tsabit menguasai matematika dan astronomi. Dikarenankan perbedaan agama dengan masyarakatnya ia pindah ke Baghdad dan beruntung dalam perjalanan ia bertemu dengan ahli matematika besar dan berpengaruh, Muhammad Ibn Musa Ibn Syakir, yang melihat kepintaran Tsabit dan mengambilnya sebagai murid.
Tsabit cepat masyhur di Baghdad dan menjadi astronomi di istana. Tsabit adalah penerjemah besar. hampir sama pentingnya seperti Hunain dan menulis karya abadi dalam ilmu medis dan filsafat seperti Hunnain juga. selain itu, ia menulis banyak naskah tentang astronomi, teori bilangan, fisika dan cabang ilmu matematika lainnya, yang amat besar pengaruhnya terhadap saintis Muslim. Gema dari pandangan ilmiahnya, terlebih lagi tentang teori “getaran” (trepidation) terdengar sepanjang abad pertengahan di Barat.
                                             e.           Muhammad Ibn Musa al-Khawarazmi (meninggal ± 249 H/863 M)
Al-Khawarazmi, ahli matematika Muslim pertama yang mencolok, pemula sejarah matematika yang sebenarnya di kalangan Muslim, dilahirkan di Khawarazm (Khawarizm menurut orang Eropa), Khiva sekarang. Ia tinggal di Baghdad dan mengembara ke India untuk mempelajari sains India. Ia menjadi saintis terkenal di  istana al-Ma’mun dan turut serta mengukur derajat busur bersama komisi ahli astronomi yang di bentuk oleh al-Ma’mun untuk tugas ini.[89]
Karyanya berupa sintesa karya matematik dari generasi sebelumnya, punya pengaruh hebat, lebih besar dibanding ahli matematika dimanapun. Tulisannya, Aljabar (al-Jabar wal-Muqabalah), karya pertama Muslim dalam aljabar memberikan nama untuk sains ini di Timur dan Barat. Ia memperkenalkan bilangan India kepada dunia Muslim dan melalui bilangan “Arab”. Bukan hanya itu tapi ilmu astronomi, geografi, algorisme yang berarti aritmatika dalam sebagian besar bahasa Eropa dan sekarang digunakanuntuk metode penghitungan yang telah menjadi satu aturan yang tetap.[90]
                                             f.            Muhammad ibn Zakariya ar-Razi (± 251 H/865 M - 313 H/925 M)
Ar-Razi, nama Latinnya Rhazes, terkadang disebut “Galennya Arab”, ialah doklter klinis terbesar islam, ternama di Barat dan di Timur. Wibawanya dalam ilmu medis diatas hanya oleh Ibnu Sina, yang dilebihinya dalam hal daya observasi. Ia lahir di Ra’i, dia adalah seorang pemain kecapi ketika usia 30tahun pindah ke alkhemi. Ia mempelajari ilmu medis dan barangkali filsafat dari “Ali Ibn Rabban” at-Thabari.
Dengan cepat ia menjadi direktur rumah sakit di Rai dan Bahgdad. Banyak siswa yang datang untuk berguru kepadaya karena pengetahuannya dan keramahannya terhadap siswa dan pasien. Ia terus menulis dan belajar hingga buta, yang membuatnya kembali ke Rai melewatkan sisa hidupnya.
[91]Pengaruh ar-Razi dalam dunia Islam dan juga Barat terutama adalah di bidang medis dan alkhemi. Dalam dua bidang ini ia diakui sebagai ahli besar. Sedikit dari berbagai karyanya adalah Pengendalian Diri (Al-Hawi),[92] Naskah tentang cacar dan campak (dikenal dengan bahasa Latin adalah De Pestilentia atau De Peste). Menurut al-Birruni, yang membuat penelaahan khusus mengenai tulisan ar-Razi, menyebutkan ada 184 karya. Kebanyakan telah hilang, terutama karya filosofis yang hanya tinggal sedikit.
                                             g.           Abu Nasr al-Farabi (± 258 H/870 M – 339 H/950 M)
Al-Farabi, dalam bahasa latin Alpharabius, filosof besar peripatetik kedua setelah al-Kindi, lahir di Farab daerah Transoxiana. Ayahnya seorang jenderal yang sanggup membuat dirinya belajar kepada guru-guru terbaik. Latihan awalnya dalam bahasa dan agama hingga ia menguasai semua bahasa dengan baik. Ia pindah ke Baghdad (pusat ilmu pengetahuan) di sini ia belajar dengan orang kristen. Ia mendapat sebutan “Guru Kedua” setelah Aristoteles, karena ia adalah orang pertama dalam Islam yang mengklasifikasikan sains keseluruhan dari tiap cabang ilmu.[93]
Diantara 70 karya al-Farabi yang dikutip setengahnya mengenai logika – ­­dialah penegak sains ini dalam Islam karyanya adalah fisika, matematika, etika dan filsafat, politik, dalam hal ini ia adalah perintisnya. Ia adalah sufi praktis dan semangat Sufi yang menjiwai karyanya, ahli teori musik terkemuka pada abad pertengahan yang beberapa karya musiknya tetap hidup dalam ritus persaudaraan Sufi, terutama di Anatolis hingga zaman modern.[94]
                                             h.           Abu’l Hasan al-Mas’udi (meninggal 345 H/956 M)
Seorang sejahrawan dan saintis ternama Islam, al-Mas’udi lahir dekat Baghdad. Ia adalah pengembara dunia, berkeliling di Persia, Asia Tengah, India dan Timur Dekat, dan menurut riwayat tradisi onal, melayari Lautan Cina ke Madagaskar. Sepuluh tahun terakhir hidupnya dilalui mula-mula di Syiria dan kemudian di Mesir, tempat ia meninggal.[95]
Al-Mas’udi termasuk kelompok sejarawan universal seperti at-Thabari dan al-Ya’qubi. Tulisannya Padang Rumput Emas dan Tambang batu Permata adalah karya khas yang patut dicatat. ini adalah bukti bahwa ia adalah seorang sejahrawan, ahli geografi, ahli geologi, dan “zoologis”.[96]
                                              i.            Abu ‘Ali al-Husain Ibn Sina (370H/ 980M – 42H/1037 M)
Ibn Sina, Avicenna dalam bahasa Latin, yang diberi gelar kehormatan oleh bangsanya Syaikh ar-Rais, “Pemimpin para Cendekiawan” adalah filosof-saintis terbesar Islam dan tokoh paling berpengaruh dalam bidang seni dan sains. Lahir dekat Bukhara dalam keluara yang gemar belajar,ia mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Ayahnya mencarikan guru terbaik yang akhirnya baru umur 10 tahun ia sudah menguasai gramatika, sastra, theologi, dan hafal Quran. Pada usia 18 ia menguasai semua sains. Pada akhir hidupnya ia menulis, bahwa waktu itu ia hanya tahu apa yang dipelajarinya di masa mudanya.
Pada saat keadaan politik di Asia Tengah dan ayahnya meninggal, ia pindah ke berbagai kota di Persia, ia mulai hidup mengembara dan terkenal sebagai dokter karena sering dimintai bantuannya. Ia tinggal di Rai kemudian di Hamdan nenjadi menteri dan mendapatkan kesukaran politik, pindah ke Isfahan (tempat yang damai) di tempat ini ia berperan sebagai dokter untuk para pangeran Dinasti Buwayhi (pemerintahan Persia), ketika mendekati ajal ia pindah lagi ke Hamdan, tempat ia meninggal dan dijadikanlah mausoleumnya sekarang.[97]
Ibnu Sina seorang yang energik sekali. Dalam waktu sempitnya dengan soal negara, ia menyempatkan untuk menulis 250 karya yang berbeda panjangnya, beberapa diantaranya benar-benar  didiktekan waktu menunggang kuda, kala ia menemani raja menuju medan pertempuran. daya konsentrasi dan ketajaman mentalnya amat terkenal di dunia Timur. Diantara karyanya yaitu Kitab As-Syifa dan yang termasyhur yaitu Qanun (Aturan Pengobatan),[98] yang merupakan ikhtisar pengobatan islam dan diajarkan sampai sekarang di Timur. Buku ini di cetak ke bahasa Latin dan diajarkan berabad lamanya dan paling banyak dicetak dimasa Renesans.
Pengaruh Ibnu Sina bagi Timur maupun Barat sangatlah besar. Dalam dunia Islam semangatnya mendominasi aktivitas intelektual dari semua periode sesudah sedangkan filosofi dan ilmu medisnya berlanjut dan hidup sampai saat ini. Dunia Barat mengenalnya “Pangeran Para Dokter” dan mendominasi sains medis berabad-abad lamanya.[99]
                                              j.            Abu ‘Ali al-Hasan ibn al-Haitsam (±354 H/965 M – 430 H/1039 M)
Ibn al –Haitsam, ahli fisika Muslim terbesar, dikenal di Barat dengan nama Alhazaen, lahir di Basra, tempat ia belajar matematika dan sains. Ia dikenal menulis hampir 200 karya tentang matematika, fisika, astronomi dan ilmu medis, juga subyek yang lain. Dalam bidang fisikalah ia sangat ahli karena ia adalah seorang pengamat eksak, peneliti, juga ahli teori.[100]
Karya besarnya, optics ialah suatu karya terbaik pada abad pertengahan, karya yang mempengaruhi tulisan tentang optika dari Roger bacon, Witelo dan kepler di barat dan berpengaruh pada naskah banyak saintis Muslim sesudahnya. Al-Haitsam juga punya sahamberarti dalam pengkajian anatomi dan penyakit mata.
                                             k.           Abu Raihan al-Biruni (326 H/973 M - ±442 H/1051 M)
Beberapa ahli menganggapnya sebagai saintis Muslim terbesar karena ia adalah tokoh intelektual terkemuka Islam. Ia lahir di dekat Khawarzm, belajar matematika di Abu ‘l-Wafa’ yang termasyhur. Ketika ia melakukan perjalanandi daerah Utara Persia dan ketika mahmud dan Ghazna menaklukan Asia Tengah, ia turut mengabdikan diri kepada penguasa perkasa ini. Setelah itu al-Biruni kembali ke Ghazna, tempat ia menulis dan belajar hingga akhir hidupnya yang kaya itu.[101]
Dari sejumlah 180 karya yang diketahui, salah satu tulisannya Kronologi Bangsa Kuno yang membahas penanggalan dan hari-hari raya berbagai bangsa adalah unik. Ia juga penulis terkenal mengenai fisika, geografi matematika, astronomi dan  astrologi, mineralogi dan hampir semua cabang matematika.[102]
                                              l.            Abu ‘l-Qasim Maslamah al-Majrithi (meninggal ± 398 H/ 1007 M)
Sedikit sekali diketahui tentang kehidupan saintis Andalusia ini, yang merupakan seorang dari yang mula-mula memperkenalkan kajian sains, terutama matematika dan alkhemi kepada dunia Islam bagian Barat. Diketahui bahwa ia lahir di Madrid kemudian pindah ke Cordova, tempat ia mendirikan sekolah, yang kelak menjadi tempat belajar  tokoh-tokoh seperti sejahrawan Ibn Khaldun dan ahli kedokteran az-Zahrawi.
Meski ia menulis tentang astronomi dan matematiika dan ternyata membuat komentar mengenai tabel-tabel Khawarazmi, karya utamanya adalah dalam bidang alkhemi. Langkah Orang Bijak dan Tujuan Orang Arif adalah dua karyanya, Naskah terakhir yang diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul Picatrix dan menjadi tonggak utama literatur alkhemi di Barat.[103]
                                            m.          Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (450 H/1058 M – 505 H/ 1111 M)
Al-Ghazali (Latinnya Algazel), lahir di Thus, ketika muda ia berkenalan dengan Sufi kemudian ia pindah ke Naisypur untuk belajar theologi dari al-Juwaini. Ia menjdai demikian masyhur sebagai ahli theologi dan sains agama.
Karya religiusnya yang terpenting adalah Penggalakan Kembali Sains Religius (Ihya’ ‘Ulumuddin), yaitu karya Muslim paling terkenalmengenai etika spiritual. Namun kehebatannya dalam bidang ini  bukan dalam mengulas tapi memberikan kritik. dalam karyanya yang diterjemahkan ke bahasa Latin, Tujuan Para Filosof (Maqasid al-Falasifah), Tidak Koherennya Para Filosof (Tahafut al-Falasifah), dimana ia menyerang tendensi rasionalistis yang inheren dalam filsafat Aristoteles dan mengkritik pandangan Ibn Sina dan al-Farabi.[104]
Dengan mengurangi pengaruh filsafat Peripatetik di dalam Islam dan mengesahkan pengajaran Sufisme dilingkungan keagamaan yang resmi itu artinya ia membantu menyebabkan transformasi intelektual dalam dunia Islam, yang terjadi selama abad ke-6 H/ 12 M. Dalam semua hal ia adalah seorang dari tokoh-tokoh yang religius dan Intelektual Islam yang paling terkemuka.
                                             n.           Abu ‘l-Fath ‘Umar Ibn Ibrahim al-Khayyami (Umar Khayyam) (lahir 429 H/ 1038 M ­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­- 440 H/ 1048 M, wafat 517 H/ 1123 M - 526 H/ 1132 M)[105]
Umar Khayyam adalah seorang penyair Persia termasyhur di dunia Barat, Ia juga adalah seorang saintis terkemuka dari abad pertengahan yang lahir dan wafat di Naisypur. Pada tahun 467 H/1074 M- 75 M, ia telah menjadi ahli matematikaterkenal dan ia ditugaskan oleh Maliksyah memperbarui kalender Persia. Ia sangat kagum kepada Ibn Sina dan menganggap bahwa ia adalah muridnya Ibn Sina. Dan ternyata ia menerjemahkan satu karya Ibn Sina kedalam bahasa Persia.
Kira-kira selusin naskah Khayyam tentang filsafat dan sains yang masih terpelihara, yang terpenting adalah Aljabar yang merupakan matematika di abad pertengahan. Selain itu, ia menulis geometri dan fisika juga metafisika. Khayyam mungkin mungkin tokoh satu-satunya dalam sejarah, yang selain penyair besar juga ahli matematika terkenal. Dalam Islam juga ada beberapa tokoh lain yang berhasil dalam kedua bidang ini, tapi tidak dengan bakat yang dimiliki Khayyam.
                                             o.           Abu ‘l-Walid Muhammad ibn Rusyd (520 H/1126 M – 595 H/ 1198M)
Ibn Rusyd atau Averroes, pengikut termurni Aristoteles diantara filosof Muslim[106], Lahir di Cordova dari keluarga terkenal, yang terdiri dari ahli hukum dan sarjana keagamaan. Ia belajar ilmu kedokteran dan hukum di Cordova dan kemudian merantau ke Marrakesh untuk melanjutkan studinya. Ia adalah seorang hakim di Sevilla Cordova dan dokter pribadi khalifah. Pada usia tuanya ia di serang karena pandangan filosofisnya, tetapi diangkat kembali ke jabatan terhormat di istana tidak lama sebelum ia meninggal, Ternyata bagi dunia Islam pengaruh Ibn Sina lebih besar dibanding Ibn Rusyd.
Di Barat, Ibn Rusy dipandang sebagai pemikir Islam yang paling besar pengaruhnya. Kenyataannya sebagian besar karyanya yang masih ada waktu ini adalah versi Latin dan Ibrani. Karyanya diterjemahkan kedalam bahasa Ibrani dan Latin tidak hanya pada abad ke-7 H / ke-13 M tetapi juga dalam abad ke-10 H / ke-16 M.
                                             p.           Nashiruddin at-Thusi (597 H/1201 M – 672 H/ 1274 M)
Setelah Ibn Sina tokoh yang dominan ialah Nashiruddin at-Thusi. Ia lahir di Thus belajar matematika dari Kamalauddin Ibn Yunus dan jadi terkenal sebagai ahli astronomi[107]. Ia mengahabiskan masa tuanya di Maragha dan kemudian menjelang akhir hidupnya ia pindah ke Kazimani dekat Baghdad, disini ia meninggal dunia dan dimakankan di sebelah Musa al-Kazim, Imam Syiah yang ketujuh.
Nashiruddin at-Thusi hanya menulis dalam bahasa Arab maupun Persia. Ia menghidupkan kembali filsafat Ibn Sina dengan menjawab serangan ahli theologi terhadap Ibn Sina. Ia adalah pengarang Etika Nasiriah[108], karya soal etika dari bahasa Persia, yang paling banyak dibaca. Sebagai syiah Duabelas Iman, ia juga mengarang beberapa karya tentang theologi Syiah, termasuk Pensucian (Tajrid).
Di dunia barat hanya karyanya mengenai astronomi dan matematika yang diterjemahkan, tapi ini jadi penting sekali dan berpengaruh sepanjang bagian akhir abad pertengahan dan pada masa Renesans.[109]
                                               q.         Quthbuddin as-Syirazi (634 H/ 1236 M – 710 H/ 1311 M)
Murid paling ternama dari Nashiruddin at-Thusi, lahir di Syiraz dari keluarga dokter. Ia menjelajah ke seluruh Persia, Syiria dan Asia kecil. kemudian ia pergi ke Mesir dimana ia tinggal beberapa lamanya dan lantas kembali ke Persia, menetap di Tabriz, kota tempat ia meninggal.
Banyak karyanyanya mengenai optika[110], geometri, astronomi, geografi, filsafat dan ilmu agama. Seperti kebanyakan tokoh masa akhir sejarah Islam, meskipun masyhur di Timur, ia tidak terkenal di Barat.[111]
                                               r.         ‘Abdul Rahman Abu Zaid Ibn Khaldun (732 H/ 1322 M – 808 H/ 1406 M)
Ibnu Khaldun adalah seorang filosof sejarah dan cendekiawn sains tentang perilaku manusia yang asli berasal dari Yaman dan menetap di Spanyol. Ia sendiri lahir di Tunis, tempat ia belajar ilmu agama dan filsafat, dan ia amat tertarik pada ajaran Nashiruddin at-Thusi. Akhirnya ia menetap di Kairo, tempat ia meninggal.
Karyanya, matematika, theologi dan metafisika dan karyanya yang terbaik adalah Kitab al-‘Ibar (Contoh Pelajaran dan Catatan tentang Asal dan Peristiwa Mengenai Bangsa Arab, Persia, Berberdan Orang Sezaman Mereka, yang mempunyai kekuasaan Besar)[112], selain memuat sejarah yang baik tentang Afrika Utara diawali dengan Muqoddimah[113] dan Prolegomena, inilah dasar kemasyhuran khas Ibn Khaldun. Karya ini membuat Ibn Khaldun menjadi ahli ilmu humaniora dan kebudayaan.
                                               s.          Bahauddin al-‘Amili (953 H/ 1546 M – 1030 H/1621 M)
Dalam sejarah peradaban Islam, Bahauddin al-‘Amili pun tercatat karena genius dalam banyak bidang. Ia lahir di Baabek (Libanon), ayahnya membawa ia ke Persia, yang di bawah kekuasaan Safawi. Bahauddin al-‘Amili bukan saja seoarng ahli theologi  dan Sufi, tapi ia juga ahli matematika , arsitek, ahli kimia dan ahli guna-guna (occultisme) yang terkenal. [114]
Bahauddin al-‘Amili barangkali tokoh pengetahuan universal terakhir dalam Islam, yang geniusnya menyinggung semua bidang ilmu. Seperti para pendahulunya, Bahauddin al-‘Amili ingin mewujudkan ideal untuk menyatukan ilmu, yang selalu diusahakan Islam untuk dikembangkan dan dilaksanakan.
3.      Bidang Bahasa dan Sastra.
[115]Kaum Barat, terutama para penyair Spanyol, terpengaruh besar dengan sastra Arab. Sastra kepahlawanan, semnagat perjuangan, majas, fiksi yang bernilai tinggidan indah memasuki sastra-sastra Barat melalui jalur sastra Arab di Andalusia secara khusus. Penulis Spanyol Abaniz yang termasyur mengatakan, “Sesungguhnya bangsa Eropa tidak mengenal syair-syair kepahlawanan, tidak memperhatikan etiks-etikanya, dan semangat perjuangannya sebelum datangnya orang Arab ke Andalusia dan menyebarnya para pejuang dan pahlawan mereka ke belahan Selatan.”[116]
Ibnu Hazm dengan kitabnya yang masyhur Thauq Al-Hamamah berpengaruh besar pada penyair Andalusia dan Spanyol Selatan ketika kelompok kaum muslim bercampur dengan kelompok Masihi. Ketika itu bahasa Arab merupakan bahasa yang umum dan elit. Dalam banyak istana kerajaan kristen para penyair kristen dan para penyair muslim berkumpul di istana kerjaan. Di dalamnya terdapat penemuan manuskrip dari zaman Alphonse X raja Castille. Dalam manuskrip ini terdapat gambar dua penyair yang sedang menyanyi bersama-sama dengan memakai gitar. Salah satunya penyair Arab dan yang yang lainnya penyanyi kristen.[117]
Mengenai pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa-bahasa Eropa, Dieter Meissner.[118] mengatakan, “Sesungguhnya pengaruh bahasa Arab, bahasa lapisan atas, terhadap bahasa-bahasa yang terdapat di Iberia telah menempatkan bahasa Catella, Portugal dan Catali ke tempat istimewa di antara bahasa-bahasa Romansa. Pengaruh-pengaruh Arab tidak terbatas kepada semenanjung Iberia saja. Bahasa Arab bahkan menjadi pentransfer bahasa-bahasa Iberia ke bahasa-bahasa lain seperti bahasa Prancis.”[119]
Kita tidak perlu menyebutkan kata-kata serapan dalam bahasa-bahasa Eropa dari bahasa Arab dalam berbagai segi kehidupan. Bahkan sebagian kata serapan itu masih persis dengan bahasa aslinya, seperti Quthn (kapas), Harir Dimasyqi (sutera Damaskus), Misk(minyak misk), Syarab (minuman), Jarrah (guci/bejana), Limun (lemon), shifr (nol), dan kata-kata lain yang tidak terhitung jumlahnya.[120]
Demikianlah peradaban Arab-Islam yang telah memberikan pencerahan di belahan dunia Eropa dalam bidang bahasa dan sastra.
4.         Bidang Pendidikan dan Muamalah
Sesungguhnya peniruan di bidangilmu, seni, dan syair merupakan suatu hal yang dapat dirasakan dengan jelas, karena ia merupakan pengaruh materi yang dapat diketahui dengan jelas dan teliti. Adapun pengaruh sosial dan kemanusiaan (pendidikan dan muamalah) dapat diketahui namun tingkat kejelasannya masih dibawah bidang ilmu, seni, dan syair.[121]
Ketika masa pengaruh bidang sosial tersebut lebih lama, maka perkembangan sosialnya pun lebih banyak dan lebih jelas. Selain itu,  masalah-masalah sosial biasanya berkaitan dengan kebudayaan, filsafat dan agama dimana ketiga-tiganya merupakan medan konflik antara Islam dan Barat hingga sekarang.
Oleh karena itu, dalam masalah-masalah ini pengarang tidak menyebutkan perbandingan-perbandingan, karena berdasarkan kenyataan banyak hal-hal yang diakui Islam tidak sampai ke Barat hingga sekarang disebabkan sisi-sisi yang merupakan pengaruh peradaban Islam.
Pada tahun 890M, ketika Alfonso besar menginginkan seorang pendidik untuk putranya ia memilih dua orang muslim Cordova demi keberhasilan putranya. Hal itu disebabkan ia tidak menemukan orang yang pantas dari kaum Nasrani untuk tugas ini.
Ketika kaum muslimin berhasil menaklukan sebagian penduduk Andalusia (Nasrani) lebih memilih untuk pindah ke Prancis daripada hidup di bawah kekuasaan Islam dengan alasan agar hidup dibawah naungan para penguasa Nasrani yang seagama dengan mereka. Berkaitan dengan hal ini Thomas Arnold[122]  mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang berpindah ke Prancis agar hidup dibawah naungan Nasrani sebenarnya tidak berubah menjadi lebih baik daripada keadaan saudara-saudara mereka yang seagama yang mereka tinggalkan (maksudnya penduduk nasrani yang yang tetap tinggal di Andalusia di bawah pemerintahan Islam).
Akan tetapi kondisi mereka setelah bercampur dengan kaum muslimin mengalami perubahan. Will Durrant mengatakan,” Orang-orang Eropa yang menduduki dua negeri ini (Syiria dan palestina saat perang Salib) telah berhias dengan hiasan Islam secara sedikit demi sedikit. Hubungan mereka dengan kaum muslimin dikawasan tersebut menjadi semakin kuat. jarang sekali diantara dua bangsa tersebut ada yang saling menjauhi atau memusuhi. Adapun sikap Salahuddin Al-Ayyubi terhadap pasukan Salib setelah berhasil membebaskan kota Baitul Maqdis telah mendapat apresiasi dari kalangan Barat sendiri.[123]
Kita menemukan  Maxine Rodinson[124] mengatakan, ”Musuh terbesar, Salahuddin Al-Ayyubi telah menimbulkan kekaguman yang luas dikalangan Barat. Ia telah melakukan peperangan dengan menjunjung tinggi sisi kemanusiaan dan kepahlawanan, walaupun jarang ada orang yang membalas atas sikap baiknya ini. Diantara mereka yang paling penting adalah Richard (raja Inggris waktu itu,edt) sang hati singa.[125]
Thomas Arnold mengatakan,” Tampak jelas bahwa akhlaq Salahuddin Al-Ayyubi dan kehidupannya yang penuh dengan kepahlawanan yang menimbulkan pengaruh besar dan sihir yang khusus di telinga Nasrani. Bahkan sebagian dari kaum Nasrani, meninggalkan kaumnya dan bergabung dengan kaum muslimin.[126]
Will Durrant mencatat kekaguman para sejahrawan nasrani terhadap keagungan Salahuddin Al-Ayyubi. Ia mengatakan,” Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang berpegang teguh pada agamanya hingga titik paling dalam. Ia sangat jeras terhadap pejuang tempat ibadah dan rumah sakit. akan tetapi, biasanya ia sangat kasihan terhadap orang-orang yang lemah dan terkalahkan.[127] Ia bersikap mulia dengan memenuhi janjinnya sehingga menjadikan para sejahrawan Nasrani merasa heran, bagaimana agama Islam (yang salah dalam pandangan mereka) mencetak tokoh yang mencapai keagungan seperti ini.[128]
Sesungguhnya 13 abad yang sebelum masa Salahuddin, Islam telah memiliki slogan sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits Nabi Muhammad Saw, “Kalian adalah anak Ada, Adam tercipta dari tanah, tidak ada keutamaan bagi bangsa Arab atas ajam, orang yang berkulit hitam atas orang yang berkulit merah, dan orang yang berkulit merah atas orang yang berkulit hitamkecuali dengan takwa.”[129]
Perlu kami tegaskan bahwa diskriminasi ras dalam hubungan antara manusia masih saja kita temukan hingga sekarang di Eropa, terutama di negeri Prancis Jerman. Gustave Le Bon mengatakan, “Sesungguhnya bangsa Arab telah mempraktikkan ruh persamaan secara mutlak sesuai dengan norma-norma mereka, dan bahwa persamaan yang didengungkan di Eropa, hanya dalam ucapan, namun tidak dalam praktik, telah mengakar kuat dalam karakteristik di Barat, dan sampai sekarang tetap masih ada.[130]
Sesungguhnya sejak 14abad yang lalu slogan Islam dalam memperlakukan para tawanan sebagaimana firman Allah SWT, “ Maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima uang tebusan sampai perang berhenti.”(QS. Muhammad : 4)
Islam telah memiliki konsep itu sejak 14 abad yang lalu. Kemudian kesepakatan jenewa tahun 1949 tentang hak-hak tawanan perang baru muncul. Dan kesepakatan ini tidak sampai sejauh konsep Islam tentang tawanan perang.[131]
5.      Bidang Seni
Melalui jembatan-jembatan yang menghubungkan peradaban Islam dengan Eropa, sebagaimana yang telah di paparkan sebelumnya, gaya-gaya arsitektur, bangunan, hiasan, dan seni-senilain berpindah ke negeri Eropa. Pengaruh seni-seni Islam terhadap peradaban Barat tampak jelas. Banyak fakta yang menunjukkan sumber Islam itu ada dalam setiap pemikiran dan bentuk bermacam-macam seni Eropa.[132]
Diantara hal yang menyedihkan adalah tambahan-tambahan yang diberikan oleh sebagian seniman Barat terhadap bentuk-bentuk seni Islam dengan tujuan tanpa memperhatikan kandungan makna kalimat-kalimat yang mereka tukil dari bahasa Arab atau mengetahui pesan yang ingin disampaikan seniman muslim dari suatu hiasan. Yang mereka lakukan adalah mengubah suatu bentuk tsnps mengetahui isi, sekira tampak megah dan mengagumkan dari luar.[133]
Untuk hal ini Gustave Le Bon mengambil contoh drai seni kaligrafi Arab. Ia mengatakan,” Kelayakan seni kaligrafi menjadi hiasan yang indah telah mencapai tingka dimana tokoh-tokoh seniman dari kaum Nasrani pada abad-abad pertengahan dan masa kebangkitan banyak menulis tulisan-tulisan Arab di tembok-tembok bangunan gereja untuk hiasan tanpa memperhatikan hal-hal yang lain. Mereka melakukannya hanya dorongan keindahan. Lungabrih, Moinseun Lavara dan lainnya menyaksikan tentang banyak hal yang masalah itu di Italia. Di antara hal yang disaksikan Moinseun Lavara, di tempat barang-barang di Katedral Millano.[134]
 Terdapat sebuah pintu yang dibangun dengan model gambar dua kompas. Pintu tersebut dilingkari dengan batu yang tersusun dari kalimat-kalimat Arab yang berulang-ulang. Tulisan-tulisan Arab juga terdapat disekitar kepala Al-Masih yang digambar diatas pintu-pintu Arab Santo Petrus dan Santo Paulus.” kemudian Gustave lavara mengatakan, “Di antara hal-hal yang membuat saya sedih adalah penulis khat tersebut tidak menulis terjemahan kalimat-kalimatnya. Bisa jadi kalimat yang ada disekitar kepala Al-Masih adalah La ilaha Illallah Muhammadun Rosulullah ( Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah).[135]
 Demikianlah, apabila seni kaligrafi huruf Arab telah banyak mempengaruhi metode dan pandangan banyak seniman Eropa, maka sebenarnya tulisan Arab Islam adalah salah satu unsur terpenting yang dihasilkan kesenian Arab Islam, dengan segala bentuknya yang beragam, kekayaan pluralitas yang melimpah dan kemampuan pengekspresian dengan berbagai bentuk-bentuk telah banyak mempengaruhi pandangan dan arah kreasi para seniman Eropa.[136]
Pengaruh ini dimulai sejak perang salib, dimana orang-orang Eropa banyak berhubungan dengan kaum muslimin Arab. Orang-orang Eropa banyak terpengaruh dan dibuat kagum begitu menemukan kaum muslimin Arab yang memiliki banyak corak ornamen dalam kesenian. Mereka pun mengadopsinya dalam karya seni mereka dan Giotto adalah seniman pertama yang menggunakannya di papan lukisannya. Demikian pula pelukis Florentin Flippo Lippi yang menggunakan tulisan Arab untuk membatik pakaian di abad XV. Florence juga mengambil manfaat dari Ferickyu dari tulisan Arab ketika membentuk ornamen papan penghormatan para raja yang telah tersimpan di Florensia.[137]
Demikianlah, dengan nilai keindahan yang melimpah, kesenian Islan telah mampu mempengaruhi paham-paham seniman bangsa Eropa. Pengaruh itu terlihat jelas dalam pembuatan kreasi, karya seni mereka yang bermacam-macam. Dalam pandangan sekilas saja, mereka telah mampu menemukan banyak inspirasi untuk menciptakan karya-karya seni. Mereka juga mendapatkan corak-corak baru yang menimbulkan kesan dan dasar hidup, apabila dikomparasikan kehidupannya, akibat terpenuhinya gerakan dan kesan hidup dalam susunan-susunan Arabesque dan kaligrafi-kaligrafi tulisan Arab.

1.        Masjid Jami’ Cordoba
Kota Cordoba saat ini masih menyimpan peninggalan dari kejayaan Islam di masa lalu. Di antaranya adalah masjid Jami’ Cordoba.  Masjid Jami’ Cordoba, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak. Namun demikian, keindahaan arsitekturnya tetap memukai para pengunjung yang ingin melihat kejayaan dinasti Umayyah yang dimulai dari kedatangan panglima Thariq bin Ziyad.[138]
Masjid ini terletak sekitar 166 km di sebelah tenggara Madrid, ibukota Spanyol, Masjid Cordoba berdiri megah di kaki bukit Siera de Montena pada sisi barat Sungai Guadal quiver. Masjid Cordoba adalah bangunan peninggalan bangsa Umayyah, yang kini berubah menjadi Kathedral Mezquita.[139]  
Bangunan Masjid ini memiliki ruangan dalam untuk Shalat yang berbentuk persegi panjang dikelilingi oleh lapangan terbuka, seperti model masjid-masjid yang dibangun di Suriah dan Irak. Masjid Jami’ Cordoba ini memiliki ciri khas gaya arsitektur Moor yaitu memiliki pilar penyangga yang berjumlah 856 buah. Bagian dalam Masjid Cordoba, penuh dengan ukiran-ukiran motif Arab dilengkapi dengan khat (huruf AlQur'an) yang sangat indah, sehingga tidak kalah indahnya dengan arsitektur masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini juga memiliki tiang-tiang penopang dari batu-batu granit gunung yang saling memantulkan cahaya, sehingga cukup dengan cahaya matahari saja mampu memberikan penerangan yang luar biasa di masjid ini.[140]
Pada abad ke 16 Masjid Cordoba jatuh ke tangan kaum Kristen, masjid ini diubah fungsinya menjadi gereja, bagian tengah mesjid dibongkar dan ditambahkan katedral bergaya gothic, sedangkan menara mesjid dirubah menjadi menara lonceng gereja, selebihnya masih tetap dipelihara dan dipertahankan keasliannya. Walaupun Masjid Jami’ Cordoba telah beralih fungsi sebagai gereja, namun dunia tetap mengakuinya sebagai bangunan bersejarah milik Islam, dan pada 15 Desember 1994 ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia. Selain itu bangunan ini sangat artistic dan spektakuler. Sehingga tempat ini merupakan salah satu tempat wisata yang paling banyak di kunjungi di Spanyol.[141] 

 Masjid tersebut pada saat ini berfungsi sebagai gereja dengan nama La Mezquita. Perubahan fungsi masjid menjadi gereja terjadi pada saat Cordoba jatuh ke tangan kaum Kristen pada 1236.[142]
Motif di dinding masjid jami cordova Masjid jami’ cordova tampak dari atas

2.        Masjid Suleymaniye
Sebelum menjadi masjid, bangunan ini adalah Cathédrale Sainte Sophie. Masjid yang terletak di Nicosia ini dibangun pada 1209 dan 1228 difungsikan sebagai katedral.  Bangunan ini dirancang dengan gaya Gothic Prancis dari abad ke-13. Raja-raja Siprus di mahkotakan disini hingga Venesia mengambil alih pulau itu pada 1489.[143] 
Bangunan ini mulai berfungsi sebagai masjid sejak konversi pada tahun 1570. Dinamakan sebagai Masjid Selimiye sejak tahun 1950. Negara Turki merupakan salah satu Negara di Eropa dengan peradaban Islam yang besar. Dahulu di negara ini terdapat Dinasti muslim Ottoman yang menyebarkan Islam hingga ke tiga benua, dengan Istanbul sebagai ibukotanya. Sehingga kota Istanbul ini sangat kaya akan peninggalan Islam dan cocok juga dijadikan sebagai tempat wisata.[144] 

3.        Masjid Aya Sofya
Hagia Sophia, Sancta Sophia dalam bahasa Latin atau Aya Sofya dalam bahasa Turki, adalah sebuah bangunan bekas basilika, masjid, dan sekarang museum, di Istanbul. Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia. Pada hari jumat langsung diubah menjadi masjid untuk salat Jumat.[145]
Berbagai modifikasi terhadap bangunan segera dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid. Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di Selatan. Selim II (1566-1574) membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit.[146]
Lantas selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah di lepaskan atau ditutupi cat. Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Mulailah proyek “Pembongkaran Hagia Sophia”. Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen. Sejak saat itu, Gereja Hagia Sophia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istanbul. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah mempesona.[147]

4.        Masjid Sultan Eyup
Masjid ini terletak di distrik Eyup di sisi Eropa di kota Istanbul, di luar Benteng Konstantinopel. Dibangun pada 1458, itu adalah masjid pertama yang dibangun oleh Turki Ottoman setelah penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453.[148]

Masjid itu dibangun di dekat istana  Abu Ayyub al-Ansari yang meninggal selama serangan Arab di Konstantinopel. Makamnya sangat dihormati oleh umat Islam, menarik banyak peziarah. Beberapa barang pribadinya diawetkan di dalam kubur.[149]

5.        Darul Madaniyat
Abdul Rahman I (756-788) adalah seorang pemimpin yang terpelajar, berwibawa dan amat berminat di bidang kesastraan. Karena begitu cintanya pada bidang itu, ia mendirikan satu tempat khusus di dalam istananya yang diberi gelar "Darul Madaniyat"  untuk kegiatan kesusasteraan untuk kalangan wanita Andalus. Setelah masa Abdul Rahman I, penggantinya juga adalah seorang pemerintah yang menitik beratkan pada bidang keilmuan. Jasa beliau yang terbesar adalah tentang penyebaran bahasa Arab dan melemahkan bahasa asing diseluruh semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal). Beliau yang menjadikan bahasa arab sebagai Lingua Franca dalam hubungan antar bangsa pada zamannya dan zaman berikutnya.[150]

Darul Madaniyat dalam Istana Al-Hambra

6.        Perpustakaan
Jika Abdurrahmn ad-Dakhil adalah pendiri Dinasti Umayah di Andalus. Abdurrahman An-nashir berhak dikategorikan sebagai khalifah paling sukes di Andalus. An-Nashir sangat ingin anaknya, Al-Hakam menjadi penggantinya. Ketika An-Nashir meninggal, Al-Hakam Al-Muthasir naik tahta. Dia merupakan pahlawan besar dan pemimpin yang bijak. Karena hal itu, Al-Hakam menjadi khalifah yang agung dan disegani. Dia juga berjasa besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Khalifah mendirikan perpustakaan dan menambahnya dengan kitab-kitab penting sehingga namanya harus dalam memajukan
peradaban.[151]

Ketika peradaban Eropa bergerak ke arah kebangkitan dan kemajuan terutama dari abad ke-15 sampai sekarang justru kondisi peradaban Islam yang bergerak ke arah kemunduran dan ketertinggalan. Kendatipun pada abad ke-19 M telah muncul kesadaran di kalangan masyarakat Islam untuk bangkit mengejar ketertinggalannya melalui kemunculan berbagai gerakan, aksi dan pemikiran yang berkembang di kalangan masyarakat Muslim, namun sangatlah ironis, ternyata gerakan tersebut belum menunjukkan keberhasilannya. Bahkan yang masih terasa adalah ketertinggalan dalam berbagai bidang yang harus diterima umat Islam. Pada masa Renaisans, bangsa Eropa mencari jalan untuk menuju kemajuan. Pada waktu itu bangsa Eropa menghadapi sebuah kekuatan yang dipandang mereka masih kuat yaitu Kerajaan Turki Utsmani.[152]
Kerajaan Turki merupakan negara adikuasa dalam beberapa ratus tahun lamanya. Sistem perdagangan mereka menguasai jalur perdagangan yang menghubungkan Timur dan Barat. Beberapa penemuan yang menjadikan bangsa Eropa melampaui umat Islam adalah :
1.        Bangsa-bangsa Barat berhasil menciptakan mesin uap.
2.        Bangsa-bangsa Barati mampu menciptakan teknologi perkapalan.
3.        Teknologi senjata militer[153]
Adanya penetrasi Barat ke dunia islam yang berlangsung selama beberapa abad, tentunya mempunyai dampak tersendiri. Berikut dampak-dampak yang terjadi akibat penetrasi barat ke dunia islam:
Ø  Dampak Negatif
a.         Dalam Bidang Politik
1.      Kehancuran politik bangsa yang dijajahnya.
2.      Politik kapitalisme membuat bangsa yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk keuntungan tanpa menghiraukan penderitaan orang lain.
b.         Dalam Bidang Ekonomi
1.      Kemiskinan akan terus bertambah. Kesengsaraan Umat Islam akan makin parah.
2.      Menimbulkan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia secara besar-besaran.
c.          Dalam Bidang Sosial Pendidikan
1.      Penjajah senantiasa membuat jurang pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil.
2.      Kaum agamis tidak diperbolehkan berpolitik.
3.      Rakyat kecil tidak diberi hak untuk sekolah.
d.         Dalam Bidang Budaya
1.      Budaya yang disebarkan penjajah dapat merusak agama yang dimiliki bangsa yang dijajahnya.
2.      Pelajar jauh dari agama, mereka dijauhkan dari agama.
Ø  Dampak Positif
1.         Tumbuhnya Semangat Nasionalisme Dunia Islam dan Tumbuhnya Partai untuk kemerdekaan Negaranya.
Melihat kemajuan yang dicapai bangsa Eropa, Turki menyadari bahwa kaum muslimin telah tertinggal jauh. Oleh sebab itu, mereka melakukan pembaruan. Caranya dengan belajar dari bangsa-bangsa Eropa.[154]
2.         Kemerdekaan Negara-Negara Mayoritas Islam.
Adanya semangat nasionalisme mengantarkan beberapa negeri islam melepaskan diri dari cengkraman penjajahan.

Secara garis besar, sikap Islam terhadap pemikiran dan peradaban selama perjalan sejarah di Eropa ada tiga, yaitu :
1.    Mengembangkan unsur-unsur pemikiran dan peradaban yang sesuai dengan Al-Quran, misalnya Islam mengambil dan mengembangkan logika, filsafat, dan ilmu kedokteran dari kebudayaan Yunani.
2.    Menolak perdaban dan pemikiran yang bertentangan dengan misinya sebagai pemulia ras manusia. Misalnya, Islam menolak perbudakan. Pada awal turunnya wahyu, Islam membiarkan terjadi perbudakan. Namun setelah itu, sejumlah wahyu Al-Qur’an berusaha menghapuskan “institusi perbudakan” dengan menganjurkan “berbuar kebajikan” terhadap mereka dengan “anjuran memerdekakan budak” merupakan tindakan yang amat mulia dan berpahala besar.
3.    Mendiamkan atau menerima pemikiran dan peradaban dengan misinya.. Islam mengadakan kontak dengan kebudayaan lokal dan mengambil banyak hal dari unsur-unsur kebudayaan lokal, sebagaimana terlihat dalam seni bangunan, cara berpakaian, cara berpilaku, cara merasa dan sebagainya. Akan tetapi, Islam juag mengubah beberapa bagiannya dan memberikan unsur-unsur baru pada kebudayaan lokal tersebut






BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Secara garis besar, masuknya umat Islam ke Eropa berkat Invasi Turki ke wilayah Eropa yang melalui Sisilia, Spanyol dan penaklukan Balkan. Namun tetap yang paling memberi andil besar adalah penaklukan negeri Andalusia atau yang sering kita sebut Spanyol mengingat kaum muslimin pernah menguasai bangsa ini lebih dari 7 abad. Di Spanyol juga menjadi tempat peradaban umat Islam Eropa baik dalam hubungan ekomomi, sosial, politik atau peradaban antar negara. Bisa disimpulkan perkembangan Islam di Eropa hingga bisa berkembang pesat seperti saat ini berkat khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik.
Diharapkan kepada seluruh pembaca dan khususnya mahasiswa/mahasiswi pada umumnya. Agar belajar lebih giat tentang sejarah peradaban Islam di Eropa/Barat. Karena dengan kita membaca dan mempelajari Sejarah ini, kita sebagai muslim sejati bisa menjadi lebih baik dalam belajar dan berinovasi menghasilkan karya-karya baru seperti para pendahulu kita.





DAFTAR PUSTAKA


Ar-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan Peradabn Islam Pada Dunia. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
Ibrahim, Qasim A., dan Muhammad A. Saleh. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta: Zaman
Bahri, Saeful. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Tanggerang: Pesantren Daar El-Qolam
Madjid, Nurcholish. 1997. Kaki Langit Peradaban Islam. Jakarta: Paramadina
Yahya, M. Harun. 1987. Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa. Yogyakarta: Bina Usaha
Asyur, Said Abdul Fattah. 1993. Kronologi Perang Salib. Jakarta: Fikahati Aneska
Rahman, Tajuddin Abd. 1953. Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami. Kairo: Maktabah Al-Sunnh Al-Muhammadiyah
Romadhon, Ahmad. 2012. Penetrasi Bart dan Dampaknya Bagi Dunia Islam. http://www.romadhon-byar.com/2012/02/penetrasi-barat-dan-dampaknya -bagi.html (Diakses: 18 Maret 2016)
Kusdiana, Ading. 2013. Dunia Bergulir Roda Berputar: Hubungan Kebangkitan Dan Kemajuan Eroba/Barat Dengan Peradaban Islam. Jurnal Al-Tsaqa. Volumr 10, No.1.
http:fah.uinsgd.ac.id/journal/index.php/tsaqafa/article/view/File/4/2 (Diakses: 19 Maret 2016)
Glases, Cyrill. 1996. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Dar A’lim. 2011. Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan Hingga Kejayaan Islam. Jakarta: Kaysa Media.
Ar-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan Peradabn Islam Pada Dunia. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
Bahri, Saeful. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Tanggerang: Pesantren Daar El-Qolam
Faizin, Nurul. Peradaban Islam.
Isyraqati, Rois. Peradaban Islam di Andalusia. http://www.academia.edu/9197573/Peradaban_Islam_di_Andalusia, 16 April 2016
Jurnal diglib.uinsby.ac.id. 2014. Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 16 April 2016
Hitti ,Phillip K. 2005. History Of the Arab. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Asyur , Said Abdul Fattah. 1993. Kronologi Perang Sali. Jakarta: Fikahati Aneska
Yahya, M. Harun. 1987. Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa. Yogyakarta: Bina Usaha
Rahman, Tajuddin Abd. 1953. Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami. Kairo: Maktabah Al-Sunnah Al-Muhammadiyah
E-Journal STAIN Pekalongan, Tersingkirnya Umat Islam dari Andalusia. http://e-journal.stai_pekalongan.ac.id, 16 April 2016
Ma’mun, Sukron. Sejarah Peradaban Islam pada Masa Dinasti Murabithun dan Muwahidun. http://www.academia.edu/9063578/Sejarah_Peradaban_Islam_pada_Masa_Dinasti_Murabitun_dan_Muwahidun, 16 April 2016
Muktie, Maksum. Islamisasi di Afrika Utara,







[1] Maksum Muktie, Islamisasi di Afrika Utara, 16 April 2016
[2] Maksum Muktie, Islamisasi di Afrika Utara, 16 April 2016
[3] Maksum Muktie, Islamisasi di Afrika Utara, 16 April 2016
[4] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), hlm 769-770.
[5] Damaskus adalah ibu kota dan kota terbesar di Suriah.
                [6] Semenanjung Iberia atau Iberia, terletak diujung barat daya Eropa, dan terdiri dari Spanyol, Portugal, Andorra, dan Giblatar dan sedikit Prancis. Iberia terletak dibagian paling barat dan selatan Eropa.
[7] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 30.
[8] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 30.
[9] Julian adalah mantan penguasa/gubernur wilayah Septah (Ceuta dalam bahasa Spanyol) yang merupakan salah satu kota kecil di Spanyol.
[10] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 30
[11] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 30
[12] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 30
[13] Faizin, Nurul, Peradaban Islam, hlm. 6, 13 April 2016
[14] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 30.
[15] Faizin, Nurul, Peradaban Islam, hlm. 7-8, 13 April 2016
[16] Faizin, Nurul, Peradaban Islam, hlm. 7-8,, 13 April 2016
[17] Faizin, Nurul, Peradaban Islam, hlm. 7-8, 13 April 2016
[18] Abdurrohman ad-Dakhil termasuk salah seorang cucu Hisyam Ibnu Abdul Malik dari Dinasti Bani Umayah yang selamat dari pembantaian, menjadi amir pertama umat Islam Andalusia.
[19] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[20] Rois IsyraqAti, Peradaban Islam di Andalusia, hlm. 7, 16 April 2016
[21] E-Journal STAIN Pekalongan, Tersingkirnya Umat Islam dari Andalusia, hlm. 8, 16 April 2016
[22] E-Journal STAIN Pekalongan, Tersingkirnya Umat Islam dari Andalusia, hlm. 8, 16 April 2016
[23] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[24] E-Journal STAIN Pekalongan, Tersingkirnya Umat Islam dari Andalusia, hlm. 10, 16 April 2016
[25] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[26] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[27] E-Journal STAIN Pekalongan, Tersingkirnya Umat Islam dari Andalusia, hlm. 11, 16 April 2016
[28] E-Journal STAIN Pekalongan, Tersingkirnya Umat Islam dari Andalusia, hlm. 11, 16 April 2016
[29] Sukron Ma’mun, Sejarah Peradaban Islam pada Masa Dinasti Murabithun dan Muwahidun, hlm. 4, 16 April 2016
[30] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[31] Marakesy dikenal juga dengan nama Al-Hamra atau Kota Berdinding Merah adalah sebuah kota yang sangat Kendal dengan nuansa Afrika.
[32] E-Journal STAIN Pekalongan, Tersingkirnya Umat Islam dari Andalusia, hlm. 12, 16 April 2016
[33] Sukron Ma’mun, Sejarah Peradaban Islam pada Masa Dinasti Murabithun dan Muwahidun, hlm. 4, 16 April 2016
[34] Sukron Ma’mun, Sejarah Peradaban Islam pada Masa Dinasti Murabithun dan Muwahidun, hlm. 4, 16 April 2016
[35] Sukron Ma’mun, Sejarah Peradaban Islam pada Masa Dinasti Murabithun dan Muwahidun, hlm. 6-7, 16 April 2016
[36] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[37] Sukron Ma’mun, Sejarah Peradaban Islam pada Masa Dinasti Murabithun dan Muwahidun, hlm. 7, 16 April 2016
[38] Sukron Ma’mun, Sejarah Peradaban Islam pada Masa Dinasti Murabithun dan Muwahidun, hlm. 8, 16 April 2016
[39] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 55-57
[40] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 57
[41] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 57
[42] Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, hlm.139-140
[43] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 59
[44] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 60
[45] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 60-61
[46] Phillip K. Hitti, History Of the Arab (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005), hlm 548
[47] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 62
[48] Jurnal diglib.uinsby.ac.id, Kemajuan Kebudayaan Islam Yang Dicapai Dinasti  Al-Murabithun dan Al-Muwahidun, 2014, hlm. 64
[49] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[50] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 30-32
[51] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Daar El Qolam), hlm 32
[52] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm 770-771.
[53] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm 773-775.
[54] Sisilia merupakan sebuah daerah otonomi Italia dan merupakan pulau terbesar di Laut Tengah. Posisinya berdekatan dengan Semenanjung Italia dan hanya dibatasi oleh sebuah selat sempit yaitu Stretto di Messina.
[55] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm 773-775.
[56] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm 773-775.
[57] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm 773-775.
[58] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm 777.
[59] Said Abdul Fattah Asyur, Kronologi Perang Salib, (Jakarta: Fikahati Aneska, 1993), hlm 17-19.
[60] M. Harun Yahya, Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa, (Yogyakarta: Bina Usaha, 1987), hlm, 12-14
[61] Arief Imam Shobari, Perang Salib Pertama, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), hlm. 101-102
[62] Tajuddin Abd. Rahman, Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami, (Kairo: Maktabah Al-Sunnah Al-Muhammadiyah, 1953), hlm 148.
[63] Tajuddin Abd. Rahman, Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami, (Kairo: Maktabah Al-Sunnah Al-Muhammadiyah, 1953), hlm 148.
[64] Ibid, hlm 153.
[65] Tajuddin Abd. Rahman, Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami, (Kairo: Maktabah Al-Sunnah Al-Muhammadiyah, 1953), hlm. 154
[66] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), hlm. 779-782
[67] Madza Khasira Al-Alam bi Inhithath Al-Muslimin, karya Abu Al-Hasan An-Nadawi,hlm.105.
[68]  Sebuah kota lama yang masuk wilayah PrancisLetaknya di Barat daya Prancis di pantai laut Tengah.
[69]  Dhuha Al-Islam, Ahmad Amin, 1/381-382.
[70] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), hlm. 779-782
[71]  Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), hlm 779-782
[72]  Min Rawa’i Hadhratina, Mushtafa As-Siba’i, hlm. 44
[73] Sedillot (1223-1292H/1808-1875M), Seorang Orientalis Prancis,lahir dan meninggal di Paris. Ia menerjemahkan buku: Jami’ Al-Mabadi’ wa Al-Ghayat fi Al-Alai Al-Falakiyah karya Al-Marakisyi ke dalam bahasa Prancis.
[74] “Sejarah Umum Arab”, Sedillot, hlm. 395. Dialih bahasakan oleh Adil Zuaitar.
[75]  Dia adalah Herbert George Well (1866-1946M), seorang sastrawan, pemikir, wartawan dan sastra fiksi ilmiah.
[76]  Dinukil dari Muhammad fi Al-Adab Al-Alamiyah Al-Munshifah, Muhammad Utsman, hlm.76
[77] Ar-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan Peradabn Islam Pada Dunia.(Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar), hlm. 782
[78] Ar-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan Peradabn Islam Pada Dunia.( Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar), 783
[79] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 24
[80] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 238
[81] M. Aniane, “Alchimie, Yoga cosmologique de chretiente medievale”, dalam Cahiers du  Sud (Paris: Loga, 1953, hal. 147. banyak dari pengantar alkhemi ini mengambil  dari artikel ini dan beberapa tulisan T. Burckhardt salam Etudes Traditionneles, dan juga bukunya Alchemie, Sin und Weltbild (Olten: Walter Verlag, 1960)
[82] Dari Jabir Ibn Hayyan, The Book Properties,diterjemahkan E.J. Holmyard dalam “The Identity of Geber”, Nature, Vol. III (10 Februari 1923), hal. 192.
[83] P. Kraus, Jabir ibn Hayyan (cairo: Institut Francais d’Archeologi Orientale, 1943), Vol. I
[84] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 282
[85] The Zoological Section of the Nuzhatu-l-Qulub, disunting, diterjemahkan dan diberi catatan oleh J. Stephenson (Oriental Translation Fund, New Series, Vol. XXX. London: The Royal Asiatic Society, 1926), hal. 1-9
[86]  "The Birth of Scientific Controversies, The Dynamics of the Arabic Tradition and Its Impact on the Development of Science: Ibn Ishaq al-Haytham’s Challenge of Ptolemy’s Almagest", The Unity of Science in the Arabic Tradition 
[87] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 120
[88]  Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 130
[89] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 138
[90]  Robert of Chester’s Latin Translation of the Algebra of al-Khawarizmi, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh L.C. Karpinski (London: The Macmillan Company, 1915), hal. 66,69,109
[91] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 177
[92] Dari Fables of Bidpai dalam C.E.Elgood, A Medical History of Persia and the Eastern Caliphate from the Earliest Times to the Year A.D 1932 (London: Cambridge University Press, 1951, hal. 52-53)
[93] Alfarabi’s Philosophy of Plato and Aristtotle, diterjemahkan dan diberi pengantar oleh M. Mahdi (New York: Free Press of Glencoe, 1962), hal. 19-25
[94] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 30-31
[95] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 160
[96] The Zoological Section of the Nuzhatu-l-Qulub, disunting, diterjemahkan dan diberi catatan oleh J. Stephenson (Oriental Translation Fund, New Series, Vol. XXX. London: The Royal Asiatic Society, 1926), hal.10
[97] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 172-176
[98] Dari Qanun Ibn Sina, diterjemahkan Eric Schroder dalam Muhammad’s People (Portland, Oregon: The Bond Wheelwright Company, 1955), hal. 789-790
[99] Ibn Sina dalam M.H.Syah, “The Constitution of Medicine”, dalam Theories and Philosophies of Medicine (Delhi: Institute of History of Medicine and Medical Research, 1962), hal. 96
[100]    Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm 110
[101] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 114
[102] Al-Briruni, Isti’ab, diterjemahkan S.H Barani dalam “Al-Biruni’s Scientivic Achievements”, Indo-Iranica, Vol. V, no. 4 (1952)
[103]  Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 152
[104] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 284
[105] Umar Khayyam, Risalah-i wujud (manuskri Bayadhi, di Perpustakaan Nasional Teheran). Diterjemahkan oleh S.H Nasr.
[106] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 289
[107] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 154

[108]  Nashiruddin at-Thus, Tashawwurat, diterjemahkan W. Ivanov (The Ismaili Society Series A, no. 4. Bombay, 1950), hal. 6-15.
[109] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 298
[110] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 154
[111] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 154
[112] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm. 209
[113]  Ibn Khaldun, The Muqoddimah: An Introductiontion to History, diterjemahkan dari bah. Arab oleh Franz Rosenthal (Bollingen Series XLIIIBollingen Series XLIII. Bollingen Fundation, New York, 1958. Diedarkan Pantheon Books)
[114] Sayyed Hossein Nasr, SAINS dan PERADABAN di dalam ISLAM (Bandung: PUSTAKA), hlm.

[116] Min Rawa’i’ Hadharatina, Mushthafa As-Siba’i, hlm 42.
[117]  Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 787-790.
[118] Dosen bahasa Italia di Universitas Salzberg.
[119] “Peradaban Arab Islam di Andalusia”,hlm.651, Dieter Meissner.
[120]  Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 787-790.
[121] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 790-797
[122] Thomas Arnold adalah sejarahwan Inggris yang masyhur (1864-1930). Ia termasuk kalangan orientalis Inggris papan atas. Ia pernsh menjadi rektor akademi bahasa-bahasa Timur di London 1904. Di anatara karyanya yang paling masyhur adalah Ad-Da’wah ila Al-Islam (ajakan kepada Islam)
[123] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 790-797.
[124] Maxine Rodinson, Orientalis asal Perancis. Ia termasuk orang penting yang memiliki spesialisasi di bidang sejarah agama. Ia menulisa banyak tentang buku agama Isalam dan dunia Arab. Di antara karyanya, “Muhammad, Kapitalisme, Marxisme dan Dunia Islam”, dan keagungan Islam.
[125] “Wajah Peradaban Barat dan Islam”, Maxine Rodinson, hlm.41.
[126] The Preaching of Islam, Thomas Arnold, hlm. 111.
[127] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 790-797
[128] The Story of Civilization, 15/45.
[129] HR. Ahmad,hadits no.23536, Syaikh SyuaibAl-Arnauth mengatakan bahwa sanadnya shahih, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, hadits no. 14444, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman , hadits no.4921. Syekh Al-bani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah, 2700.
[130] The Arab Civilization, Gustave Le Bon,hlm. 391.
[131] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 790-797.
[132]  Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 797-799.
[133] Lihat Atsar Al-Funni Al-Islami ala At-Takwir fi Ashr An-Nahdhah karya Inas Husni, hlm 120.
[134] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 797-799.
[135] The Arab Civitization, Gustave Le Bon, hlm. 531.
[136] Dr Raghib ar-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta, hlm. 797-799.
[137] Atsar Al-Fann Al-Islami ‘ala At-Tashwir fi Ashr An-Nahdhah, karya Inas Husni hlm.129
[138] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 52.
[139] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 52.
[140] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 53.
[141] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 53.
[142] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 54.
[143] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 54.
[144] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 55.
[145] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 55.
[146] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 55.
[147] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 55.
[148]Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 56.
[149] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 56.
[150] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 56.
[151] Ad-Dar A-‘ ilm. 2011.Atlas Sejarah Islam Sejak Masa Permulaan  Hingga Kejayaan Islam.hlm, 57.
[152] Ahmad Romadhon. Penetrasi Barat dan Dampaknya Bagi Dunia Islam, hlm.17
[153] Ahmad Romadhon. Penetrasi Barat dan Dampaknya Bagi Dunia Islam, hlm.17
[154] Ahmad Romadhon. Penetrasi Barat dan Dampaknya Bagi Dunia Islam.hlm.18

PPT Islam di Eropa Barat

0 komentar:

Posting Komentar