Minggu, 29 Mei 2016

Kerajaan Islam

Kerajaan Mataram

http://joyfullearningipsuny.blogspot.co.id/2014/06/kerajaan-mataram-kuno-raja-pertamanya.html
Berada di Jawa Tengah,tepatnya di wilayah aliran sungai Bogowonto,Progo Elo,Bengawan Solo.

Sistem Kemasyarakatan
Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat, sebab seorang Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh alam semesta (sistem kosmologi). Dengan demikian, segala yang terjadi di alam semesta ini akan berpengaruh pada kehidupan manusia, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk keserasian alam semesta dan kehidupan manusia maka harus dijalin hubungan yang harmonis antara alam semesta dan manusia, begitu pula antara sesama manusia. Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa tertinggi dan penjelmaan kekuatan dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di tanah kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib membayar upeti dan pajak pada raja. Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana.
Dalam bidang kebudayaan, Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang berupa candi. Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, telah dibangun beberapa candi antara lain: Candi Arjuna, Candi Bima dan Candi Nakula. Pada masa Rakai Pikatan, dibangun Candi Prambanan. Candi-candi lain yang dibangun pada masa Mataram Kuno antara lain Candi Borobudur, Candi Gedongsongo, Candi Sambisari, dan Candi Ratu Baka.

Sistem Ekonomi
Magelang,  Muntilan,  Sleman,   dan  Yogyakarta.   Daerah  tersebut   sangat  subur  sehingga   rakyat menggantungkan kehidupannya pada sektor agraris(hasil pertanian). Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya. Usaha   untuk   meningkatkan   dan   mengembangkan   hasil   pertanian   telah   dilakukan  sejak   masa pemerintahan Rakai Kayuwangi.  Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di  bantaran  sungai tersebut dibebaskan dari  pungutan   pajak. Lancarya pengangkutan  perdagangan   melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

Sistem Pemerintahan
Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan yang toleran dalam hal beragama. Sebab, di Kerajaan Mataram Lama berkembang agama Buddha dan Hindu secara berdampingan. Kerajaan ini diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Berdasarkan interpretasi terhadap prasasti-prasasti bahwa kedua dinasti itu saling bersaing berebut pengaruh dan kadang-kadang memerintah bersama-sama. Asal usul Dinasti Sanjayatercantum dalam prasasti Canggal (732 M) yang menyebutkan bahwa Sanjaya adalah keponakan Sanna(anak dari Sannaha). Dinasti Syailendra sendiri tercantum dalam prasasti Sojomerto (tidak berangka tahun), isinya menceritakan tentang Dapuntahyang Syailendra.

Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M), terletak di atas Gunung Wukir, Kecamatan Salam Magelang, diketahui bahwa raja pertama dari Dinasti Sanjaya adalahSanjayayang memerintah di ibu kota bernama Medang. Prasasti itu juga menceritakan tentang pendirian sebuah lingga (lambang dewa Syiwa) di atas bukit di wilayah Kunjarakunjaoleh Raja Sanjaya pada tanggal 6 Oktober 732. Disebutkan juga tentang Pulau Jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum atau padi dan kaya akan tambang emas, yang mulamula diperintah oleh Raja Sanna. Setelah Raja Sanna meninggal, ia digantikan olehRaja Sanjaya, anak saudara perempuan Raja Sanna. Raja Sanjaya adalah seorang raja yang gagah berani yang telah menaklukkan raja di sekelilingnya dan menjadikan kemakmuran bagi rakyatnya . Menurut Carita Parahyangan(buku sejarah Pasundan), disebutkan Sanna berasal dari Galuh (Ciamis).

Selain prasasti Canggal, ada juga prasasti Kalasan(778 M) yang terdapat di sebelah timur Yogyakarta. Dalam prasasti itu disebutkan Raja Panangkaran dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Hal itu menunjukkan bahwa raja-raja keturunan Sanjaya termasuk keluarga Syailendra.

Prasasti Kedu ( Prasasti Mantyasih ) berangka tahun 907 M mencantumkan silsilah raja-raja yang memerintah di Kerajaan Mataram. Prasasti Kedu dibuat pada masa Raja Rakai Dyah Balitung. Adapun silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Mataram yaitu sebagai berikut.
1.                  Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2.                  Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3.                  Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4.                  Sri Maharaja Rakai Warak
5.                  Sri Maharaja Rakai Garung
6.                  Sri Maharaja Rakai Pikatan
7.                  Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8.                  Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9.                  Sri Maharaja Rakai Dyah Balitung.
Menurut prasasti Kedu dapat diketahui bahwa Raja Sanjaya digantikan olehRakai Panangkaran. Selanjutnya salah seorang keturunan raja Dinasti Syailendra yang bernama Sri Sanggrama Dhananjayaberhasil menggeser kekuasaan Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Panangkaran pada tahun 778. Sejak saat itu, Kerajaan Mataram dikuasai sepenuhnya oleh Dinasti Syailendra.Tahun 778 sampai dengan tahun 856 sering disebut sebagai pemerintahan selingan. Sebab, antara Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya silih berganti berkuasa. Dinasti Syailendra yang beragama Buddha mengembangkan Kerajaan Mataram Lama yang berpusat di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu mengembangkan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah bagian Utara.

Puncak kejayaan Dinasti Sanjaya terjadi pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia mendirikan candi Prambanandan Loro Jonggrangmenurut model candi-candi Syailendra. Masa pemerintahan raja-raja Mataram setelah Dyah Balitung tidak terlalu banyak sumber yang menceritakannya. Yang dapat diketahui adalah nama-nama raja yang memerintah, yakni, Daksa(913-919), Wawa (919-924), Tulodhong(924-929), sampai Mpu Sindokpada tahun 929 M memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isanawangsa.

Kepercayaan

Kerajaan   Mataram   pernah   diperintah   oleh   Dinasti   Sanjaya   dan   Dinasti  Sailendra.  Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara. Hasil budayanya berupa candi-candi, seperti Gedong Sanga dan Kompleks Candi Dieng. Sebaliknya, Dinasti Sailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan. Hasil budayanya , seperti Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
Semula   terjadi   perebutan   kekuasan,   namun   kemudian   terjalin   persatuan   ketika   terjadi perkawinan   antara   Pikatan   (Sanjaya)   beragama   Hindu   dengan   Pramodhawardhani   (Sailendra) beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingan secara damai. Hal ini menunjukkan betapa besar jiwa toleransi bangsa Indonesia. Toleransi ini merupakan salah sifat kepribadian bangsa Indonesia yang wajib kita lestarikan agar tercipta kedamaian, ketenteraman dan kesejahteraan.


 Daftar Pustaka:
Nugroho, Andreas Wahyu. TT. http://documents.tips/documents/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-dan-agama-masyarakat-kerajaan-mataram-kuno.htmlhttps://www.google.co.id/search?q=peta+kerajaan+mataram&biw=1280&bih=923&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjpwZL22oDNAhWMN48KHfV_DKQQ_AUIBigB#imgrc=93HrnCBBnYagKM%3A

0 komentar:

Posting Komentar