Minggu, 29 Mei 2016

Tema        : Pembaharu islam
Tokoh       : Syaikh Nawawi Al-Bantani
Pemikiran : Muslim scholars in pesantren, intellectual tradition in pesantren.
Karya        : Nihayatuz Zain, Safinatun Naja, Nuruzh Zhalam, Kasyifatus Saja, Sulamul Fudhala, dan karyanya yang terkenal adalah al-Tafsir al-Munir.


Salah satu di antara para ulama penulis Indonesia yang cukup produktif adalah Syaikh Nawawi Al-Bantani (wafat 1894). Dia adalah ulama dari Banten yang tinggal di Arab hingga wafatnya dan memperoleh gelar sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz (Penghulu Ulama Hijaz). Syaikh Nawawi menulis kitab tidak kurang dari 41 buah kitab yang menyebar di berbagai wilayah dunia Islam termasuk di Indonesia.
Menurut silsilah dan asal-usul keturunannya Syaikh Nawawi mempunyai geanologi garis keturunan orang-orang besar dan berpengaruh. Dimana Syaikh Nawawi mempunyai silsilah dari Sunan Gunung Djati, salah seorang pejuang agama Islam di tanah Jawa yang tergabung dalam "Walisongo".
Pada tahun kelahirannya, Kesultanan Banten berada dalam periode terakhir yang pada waktu itu diperintah oleh Sultan Muhammad Rafiuddin (1813 M-1820 M). Ayahnya K.H. Umar adalah seorang keturunan bangsawan Kesultanan Banten yang silsilahnya sampai kepada Maulana Hasanuddin (Sultan Hasanuddin), Raja Kesultanan Banten yang pertama.
Dari silsilahnya, Nawawi merupakan keturunan yang ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati) yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten Pertama) yang bernama Pangeran Suryararas (Tajul Arsy).
Syaikh Nawawi merupakan contoh ulama Indonesia yang memiliki intelektual tinggi dan keilmuannya diakui oleh para ulama di Arab dan di dunia Islam pada umumnya. Walaupun dia orang Indonesia, namanya membumbung tinggi melalui kitab-kitab karya tulisnya yang ditulis dalam Bahasa Arab dan kitabnya tersebut terus dikaji sampai sekarang di berbagai belahan dunia Islam, termasuk di Pesantren-Pesantren di Indonesia.
Nama Syaikh Nawawi juga disebut dalam Kamus Al-Munjid, karya Louis Makluf yang amat terkenal itu. Syaikh Nawawi merupakan kebanggaan masyarakat Banten dan bangsa Indonesia pada umumnya, karena dia adalah keturunan masyarakat Banten Indonesia yang mempunyai reputasi intelektual di tingkat Internasional.
Referensi: http://abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Manarul%20Quran/12.%20Syaikh%20Nawawi%20Al%20Bantani%20-%20Samsul%20Munir.pdf


Tema       : teolog Islam
Tokoh      : Imam asy-Syafi'i رحمو الله adalah Muhammad bin Idris bin al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaffi'i bin as-Saib bin 'Ubaid bin 'Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin 'Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib, Abu 'Abdillah al-Qurasyi asy-Syafi'i al-Makki,
Pemikiran : Fiqih
Karya         : KITAB AL-UMM, KITAB AR-RISAALATUL JADIIDAH, Kitab Jimaa'ul-'Ilmi, Kitab Ibthaalul Iktihsaan, Kitab ar-Radd 'alaa Muhammad bin al-Hasan


Abu 'Abdillah al-Qurasyi asy-Syafi'i al-Makki, keluarga dekat Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan putra pamannya.Al-Muththalib adalah saudara Hasyim, ayah dari 'Abdul Muththalib. Kakek Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan kakek Imam asy-Syafi'i berkumpul (bertemu nasabnya) pada 'Abdi Manaf bin Qushay, kakek Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang ketiga.
Imam syafii lahir pada tahun 150 H, di Ghazzah (Palestina). Dalam keadaan sakit wasirnyapun, beliau masih mengerjakan hobinya yakni berdakwah dan mengajar dengan tidak mempedulikan sakitnya, sampai akhirnya beliau wafat pada akhir bulan Rajab tahun 204 H
Adapun gelarnya adalah "Naashirul Hadiits" (pembela hadits). Beliau mendapat gelar ini karena dikenal sebagai pembela hadits Rasulullah صلى
الله عليو وسلم dan komitmennya dalam mengikuti sunnah. Rincian rentang hal ini, insya Allah akan ada dalam pembahasan mengenai manhaj-nya dalam menetapkan aqidah. Beliau adalah seorang yatim yang tidak bisa membayar seorang guru untuk bisa belajar. Maka dari itu setelah ia menamatkan al-Qur-an, ia hadir di masjid dan berkumpul bersama para ulama untuk menghafal hadits atau masalah agama dengan tulang sebagai bukunya dan sebuah bejana sebagai tempat bukunya. Beliau terkena penyakit wasir, berdakwah,mengajar adalah hobbinya samapi ia tidak mempedulikan sakitnya. Hingga akhirnya beliau wafat pada akhir bulan Rajab tahun 204 H.



Tema               : Pembaharu Islam
Tokoh              : Al-Nafis memiliki nama lengkap Ala Al-Din Abu Al-Hassan Ali ibn Abi-Hazm Al-Qarshi Al-Dimashqi. 
Pemikiran       : Kedokteran (penemu pulmonary cardios)
Karya         : Sharh Al-Adwiya Al-Murakkaba, Syarh Mufradat Al-Qanun, Al-Muhdzib Fi Al-Kuhl, Tafsir Al `Ilal Wa Asbab Al-Amradh, AI-Mukhtar Min Al-Aghdziah.


Nama lengkap Ibnu Nafis adalah al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi al-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi. Dia biasa dipanggil dengan Ad-Dimasyqi, karena ia dilahirkan di Syam dan awal masa mudanya ia habiskan di kota Damaskus, sebagaimana dia juga dipanggil dengan Al Mishri, karena ia telah mengabiskan sebagian besar usianya di kota Cairo dan memiliki ikatan yang kuat dengan Mesir dan penduduknya. Selain itu, ia juga mempunyai nama panggilan lain, yaitu The Second Avicenna (Ibnu Sina Kedua), yang diberikan oleh para pengagumnya.
Ibnu Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus referensi lain menyebutkan ia dilahirkan di Syria pada tahun 607 H (1210 M). Ia menghabiskan masa kecilnya di kota tersebut hingga menjelang dewasa. Dia tinggal dan menetap di Mesir hingga ajal menjemputnya.
Dalam studinya, Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu observasi, survei, dan percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui pengamatan terhadap sejumlah gejala dan unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut Ibnu Nafis, selain melakukan pengobatan, memeriksa unsur-unsur penyebab munculnya penyakit juga perlu. Selain itu, ia juga memaparkan mengenai fungsi pembuluh arteri dalam jantung sebagai pemasok darah bagi otot jantung (Cardiac Musculature). Penemuannya mengenai peredaran darah di paru-paru ini merupakan penemuan yang menarik. Sehubungan dengan hal itu, Nafis dianggap telah memberikan pengaruh besar bagi perkembangan ilmu kedokteran Eropa pada abad XVI. Lewat penemuannya tersebut, para ilmuwan menganggapnya sebagai tokoh pertama dalam ilmu sirkulasi darah.
Sebagian sumber referensi berbeda pendapat tentang tahun wafatnya. Sebagaian ahli sejarah mengatakan bahwa dia wafat pada 11 Dzulqaidah tahun 678 H ( 17 Desember 1288 M). Di akhir hayatnya, Al-Nafis menyumbangkan rumah, perpustakaan dan klinik yang dimilikinya kepada Rumah Sakit Masuriyah agar digunakan bagi kepentingan masyarakat.

Resensi Atlas Sejarah Islam

Atlas Sejarah Islam

Judul E-Book : Atlas Sejarah Islam
Penulis : Tim Dar 'Ilm 
Penerbit : Puspa Swara
Tahun Terbit : 2015
Kota Terbit: Jakarta
Kategori : Agama Islam
Dimensi : 21 x 28 cm
Jumlah Halaman : 162
Sinopsis

Buku yang berjudul Atlas Sejarah Islam ini mengisahkan sejarah munculnya islam sejak masa Rasulullah lahir sampai dengan masa dinasti khan di India. Buku ini menceritakan kebesaran dinasti islam di masa pasang surut kejayaannya.  Di tinjau dari penulisannya, buku ini lebih banyak menceritakan tentang sejarah dan peta-peta persebaran dinasti islam. Perang Dunia Islam juga dijelaskan disini yaitu pada perang salib dan serangan mongolia ke wilayah islam.

Dalam buku ini juga menggambarkan peristiwa-peristiwa penting yang dimulai dari fajar Islam sampai berakhirnya Dinasti Abbasiyah akibat pembantaian orang-orang Mongol (Tartar) pada tahun 656 Hijriah/1258 Masehi. Sebagai pelengkap, ditampilkan pula peta, ilustrasi, dan foto-foto peninggalan sejarah untuk menambah pengetahuan tentang sejarah Islam yang begitu luar biasa.

Resensi Kebangkitan Islam di Andalusia

Kebangkitan Islam di Andalusia
Judul E-Book : Kebangkitan Islam di Andalusia
Penulis : Ahmad Mahmud Himayah
Penerbit : Gema Insani 
Kategori : Relogius
Halaman : 22 halaman

Sinopsis
Buku ini menjelaskan tentang kebangkitan umat muslim dan perjuangan muslim di Andalusia, Apa yang mereka lakukan untuk tetap berpegang teguh pada islam. Karena Andalusia seperti ‘binatang yang jatuh’ dari negeri islam. Penduduknya yang beragama islam mengalami beribu duka karena kebencian, penindasan, dan pemaksaan oleh pihak gereja untuk memeluk agama kristen. Luka yang dialami semakin perih ketika para umat muslim dikhianati oleh saudaranya sesama muslim yang lebih memilih bergabung dengan musuh untuk menyerang mereka dari pada memberikan bantuan. Sampai saat ini pun umat Islam telah menganggap umat Islam di Andalusia telah musnah. Padahal, realitas menunjukkan bahwa bahwa umat islam di Andalusia tetap eksis. 
Buku ini juga menceritakan kisah bangkitnya kaum Muslim Andalusia di abad 18-20 setelah dihabisi oleh Reqonquista di Spanyol di abad 15. Dituturkan di buku ini bahwa sampai sekarang banyak kaum Muslim Andalusia yang menutupi keimanan mereka. Di ranah publik mereka mengaku non-Muslim, tetapi saat masuk ranah privat, mereka pun bertauhid dan shalat
Namun, buku ini memiliki kekurangan yaitu tidak ada daftar pustaka sehingga pembaca harus melihat satu-satu judul tiap bab nya dan buku ini sangat tpis sehingga banyak informasi yang tidak lengkap yang tidak ada di buku ini.

Resensi Cita Humanisme Islam: Panorama Kebangkitan Intelektual dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat

Cita Humanisme Islam

Judul E-Book : Cita Humanisme Islam: Panorama Kebangkitan Intelektual dan Budaya Islam dan     Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat
Penerbit: Serambi
Penulis: George Abraham Makdisi

Tahun Terbit : 2007
Halaman: 600 halaman

Ukuran: 15×235

https://books.google.co.id/books?id=kBIMaKCQ0JYC&printsec=frontcover&dq=cita+humanisme&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjPp5u43oDNAhVHpY8KHSMsANkQ6wEIHDAA#v=onepage&q=cita%20humanisme&f=false

Sinopsis

Kedua Gerakan ini memiliki akarnya dalam agama, meskipun kemunculannya dipicu oleh kekuatan-kekuatan luar. Kekuatan luar yang mendorong lahirnya humaniora adalah interaksi dan masuknya bahasa-bahasa asing yang mempengaruhi bahasa arab. Sedangkan kemunculan skolastik dipicu adalah pengaruh filsafat Yunani terhadap pemikiran umat islam. Gerakan humaniora diawali dengan munculnya gerakan ilmu fiologi yang ingin kembali pada ilmu bahasa arab yang murni, sebagaimana ditempat asalnya di semenanjung arab, yang tidak tercampuri oleh bahasa asing. Sedangkan gerakan skolastik pada awalnya merupakan gerakan keagamaan ilmiah yang ingin mewujudkan sistem teologi hukum yang lebih sesuai dengan ajaran-ajaran islam tradisional, terbebas dari pengaruh teologi filsufis yang di ilhami oleh pemikiran yunani.

Kerajaan Islam

Kerajaan Mataram

http://joyfullearningipsuny.blogspot.co.id/2014/06/kerajaan-mataram-kuno-raja-pertamanya.html
Berada di Jawa Tengah,tepatnya di wilayah aliran sungai Bogowonto,Progo Elo,Bengawan Solo.

Sistem Kemasyarakatan
Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat, sebab seorang Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh alam semesta (sistem kosmologi). Dengan demikian, segala yang terjadi di alam semesta ini akan berpengaruh pada kehidupan manusia, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk keserasian alam semesta dan kehidupan manusia maka harus dijalin hubungan yang harmonis antara alam semesta dan manusia, begitu pula antara sesama manusia. Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa tertinggi dan penjelmaan kekuatan dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di tanah kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib membayar upeti dan pajak pada raja. Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana.
Dalam bidang kebudayaan, Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang berupa candi. Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, telah dibangun beberapa candi antara lain: Candi Arjuna, Candi Bima dan Candi Nakula. Pada masa Rakai Pikatan, dibangun Candi Prambanan. Candi-candi lain yang dibangun pada masa Mataram Kuno antara lain Candi Borobudur, Candi Gedongsongo, Candi Sambisari, dan Candi Ratu Baka.

Sistem Ekonomi
Magelang,  Muntilan,  Sleman,   dan  Yogyakarta.   Daerah  tersebut   sangat  subur  sehingga   rakyat menggantungkan kehidupannya pada sektor agraris(hasil pertanian). Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya. Usaha   untuk   meningkatkan   dan   mengembangkan   hasil   pertanian   telah   dilakukan  sejak   masa pemerintahan Rakai Kayuwangi.  Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di  bantaran  sungai tersebut dibebaskan dari  pungutan   pajak. Lancarya pengangkutan  perdagangan   melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

Sistem Pemerintahan
Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan yang toleran dalam hal beragama. Sebab, di Kerajaan Mataram Lama berkembang agama Buddha dan Hindu secara berdampingan. Kerajaan ini diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Berdasarkan interpretasi terhadap prasasti-prasasti bahwa kedua dinasti itu saling bersaing berebut pengaruh dan kadang-kadang memerintah bersama-sama. Asal usul Dinasti Sanjayatercantum dalam prasasti Canggal (732 M) yang menyebutkan bahwa Sanjaya adalah keponakan Sanna(anak dari Sannaha). Dinasti Syailendra sendiri tercantum dalam prasasti Sojomerto (tidak berangka tahun), isinya menceritakan tentang Dapuntahyang Syailendra.

Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M), terletak di atas Gunung Wukir, Kecamatan Salam Magelang, diketahui bahwa raja pertama dari Dinasti Sanjaya adalahSanjayayang memerintah di ibu kota bernama Medang. Prasasti itu juga menceritakan tentang pendirian sebuah lingga (lambang dewa Syiwa) di atas bukit di wilayah Kunjarakunjaoleh Raja Sanjaya pada tanggal 6 Oktober 732. Disebutkan juga tentang Pulau Jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum atau padi dan kaya akan tambang emas, yang mulamula diperintah oleh Raja Sanna. Setelah Raja Sanna meninggal, ia digantikan olehRaja Sanjaya, anak saudara perempuan Raja Sanna. Raja Sanjaya adalah seorang raja yang gagah berani yang telah menaklukkan raja di sekelilingnya dan menjadikan kemakmuran bagi rakyatnya . Menurut Carita Parahyangan(buku sejarah Pasundan), disebutkan Sanna berasal dari Galuh (Ciamis).

Selain prasasti Canggal, ada juga prasasti Kalasan(778 M) yang terdapat di sebelah timur Yogyakarta. Dalam prasasti itu disebutkan Raja Panangkaran dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Hal itu menunjukkan bahwa raja-raja keturunan Sanjaya termasuk keluarga Syailendra.

Prasasti Kedu ( Prasasti Mantyasih ) berangka tahun 907 M mencantumkan silsilah raja-raja yang memerintah di Kerajaan Mataram. Prasasti Kedu dibuat pada masa Raja Rakai Dyah Balitung. Adapun silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Mataram yaitu sebagai berikut.
1.                  Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2.                  Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3.                  Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4.                  Sri Maharaja Rakai Warak
5.                  Sri Maharaja Rakai Garung
6.                  Sri Maharaja Rakai Pikatan
7.                  Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8.                  Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9.                  Sri Maharaja Rakai Dyah Balitung.
Menurut prasasti Kedu dapat diketahui bahwa Raja Sanjaya digantikan olehRakai Panangkaran. Selanjutnya salah seorang keturunan raja Dinasti Syailendra yang bernama Sri Sanggrama Dhananjayaberhasil menggeser kekuasaan Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Panangkaran pada tahun 778. Sejak saat itu, Kerajaan Mataram dikuasai sepenuhnya oleh Dinasti Syailendra.Tahun 778 sampai dengan tahun 856 sering disebut sebagai pemerintahan selingan. Sebab, antara Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya silih berganti berkuasa. Dinasti Syailendra yang beragama Buddha mengembangkan Kerajaan Mataram Lama yang berpusat di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu mengembangkan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah bagian Utara.

Puncak kejayaan Dinasti Sanjaya terjadi pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia mendirikan candi Prambanandan Loro Jonggrangmenurut model candi-candi Syailendra. Masa pemerintahan raja-raja Mataram setelah Dyah Balitung tidak terlalu banyak sumber yang menceritakannya. Yang dapat diketahui adalah nama-nama raja yang memerintah, yakni, Daksa(913-919), Wawa (919-924), Tulodhong(924-929), sampai Mpu Sindokpada tahun 929 M memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isanawangsa.

Kepercayaan

Kerajaan   Mataram   pernah   diperintah   oleh   Dinasti   Sanjaya   dan   Dinasti  Sailendra.  Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara. Hasil budayanya berupa candi-candi, seperti Gedong Sanga dan Kompleks Candi Dieng. Sebaliknya, Dinasti Sailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan. Hasil budayanya , seperti Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
Semula   terjadi   perebutan   kekuasan,   namun   kemudian   terjalin   persatuan   ketika   terjadi perkawinan   antara   Pikatan   (Sanjaya)   beragama   Hindu   dengan   Pramodhawardhani   (Sailendra) beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingan secara damai. Hal ini menunjukkan betapa besar jiwa toleransi bangsa Indonesia. Toleransi ini merupakan salah sifat kepribadian bangsa Indonesia yang wajib kita lestarikan agar tercipta kedamaian, ketenteraman dan kesejahteraan.


 Daftar Pustaka:
Nugroho, Andreas Wahyu. TT. http://documents.tips/documents/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-dan-agama-masyarakat-kerajaan-mataram-kuno.htmlhttps://www.google.co.id/search?q=peta+kerajaan+mataram&biw=1280&bih=923&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjpwZL22oDNAhWMN48KHfV_DKQQ_AUIBigB#imgrc=93HrnCBBnYagKM%3A

Peninggalan Islam

Peninggalan di Indonesia

Desa Leran merupakan daerah pesisir utara pulau Jawa dan menjadi tempat yang pertama dituju Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Siti Fatimah binti Maimun saat tiba di tanah Jawa. Di daerah tersebut, terdapat sebuah masjid yang didirikan Syekh Maulana Malik Ibrahim saat pertama kali menyebarkan Islam di tanah Jawa. Adanya sisa-sisa kehidupan bandar adalah bukti bahwa dulunya desa tersebut adalah kota bandar besar.

Gerbang Memasuki Makam Fatimah binti Maimun
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu3cOoIdtIr5NhBVrs1l74HL5Qo2cIPIRDlneaZXFAAjauldZo-1w5P84XK1Rbj3zsRgHyusVwvNWbKm_SYJhoOW_9wUa-o9HOaXB3S07fqt7Tw7At5BYAJdcobtw67ZhNpJC3Tamw91Y/s1600/gerbang.jpg
Makam Siti Fatimah terletak di dalam sebuah cungkup persegi dengan luas 4x6 meter dan tinggi 16 meter. Cungkup tersebut berbahan batu kapur yang diambil dari gunung Suci, Manyar. Berbeda dengan bangunan makam wali pada umumnya, cungkup makam Siti Fatiman binti Maimun menyerupai sebuah candi pada masa Hindu-Budha. Konon, cungkup itu dibangun oleh seorang raja Budha yang hendak disunting Sultan Machmud Syah Alam.

Lingkungan makam dari Fatimah binti Maimun
http://eduprogram-irw.com/wp-content/uploads/2014/07/Kegiatan-bersih-bersih-Makam-Bunda-Siti-Fatimah-Binti-Maimun-3.jpg
Pembangunan makam Siti Fatimah merupakan bukti penyesalan sekaligus untuk menebus rasa bersalah raja Kerajaan Budha ini yang kurang bersahabat dengan kehadiran rombongan keluarga Sultan Machmud Syah Alam yang hendak meminang dan menikah dengan Siti Fatimah sebagai selirnya. Selain makam Siti Fatimah Binti Maimun, didalam cungkup tersebut juga terdapat makam 4 dayangnya, yakni Putri Seruni, Putri Keling, Putri Kucing, dan Putri Kamboja. Sedangkan di luar cungkup, terdapat beberapa makam kerabat Siti Fatimah yang konon turut mengantar Siti Fatimah menyebarkan Islam di tanah Jawa. Menariknya, diantara banyak makam tersebut, terdapat 8 makam panjang yang menyita perhatian banyak orang. Makam panjang tersebut terdiri dari 6 makam panjang berukuran 9 meter dan 2 makam panjang berukuran 6 meter. Pemilik dari 8 makam panjang tersebut adalah Sayid Jafar, Sayid Kharim, Sayid Syarif (ketiganya merupakan paman dari Siti Fatimah), Sayid Jalal, Sayid Jamal, Sayid Jamaluddin, Raden Ahmad, dan Raden Said.

Selain itu, tedapat pula beberapa makam warga sekitar. Konon, dulunya area makam Siti Fatimah Binti Maimun merupakan tempat pemakaman umum. Tetapi, semejak tahun 1973 atau saat Makam Siti Fatimah Binti Maimun diambil alih Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur, area makam tersebut tidak lagi dibolehkan menjadi pemakaman umum.


Sejarah Siti Fatimah binti Maimun

Siti Fatimah atau dikenal dengan sebutan Putri Retno Suwari lahir di Malaka pada tahun 1064 M. Ayahnya bernama Maimun (bergelar Sultan Mahmud Syah Alam) berasal dari Iran. Sedangkan ibunya bernama Siti Aminah berasal dari Aceh. Maimun sendiri merupakan sepupu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) sehingga Siti Fatimah Binti Maimun merupakan keponakan dari Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Konon, Siti Fatimah datang ke Jawa melaksanakan perintah ayahnya atas rekomendasi Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan tujuan untuk mempermudah mensyiarkan Islam di tanah Jawa khususnya dalam kalangan keraton. Syekh Maulana Malik Ibrahim menyarankan kepada Sultan Mahmud Syah Alam untuk mengawinkan Siti Fatimah dengan seorang raja Budha . Dengan tujuan agar Kerajaan Sultan Mahmud Syah Alam tidak diserang atau dikuasai Raja Budha ini lewat jalur pernikahan. Siti Fatimah datang ke Jawa di dampingi ayah, ibu, beserta rombongan yang terdiri dari kerabat dan pengikut Ayahnya sekalian berniat meminang Raja Kerajaan Budha ini. Hanya saja, sebelum misi tersebut terlaksana, Siti Fatimah terlebih dulu wafat akibat wabah penyakit yang menyerang daerah Leran dan sekitarnya kala itu. Siti Fatimah wafat pada 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M) berdasarkan prasasti yang ditemukan disamping makam, saat masih berusia 18 tahun. Beserta 4 dayangnya, Siti Fatimah wafat saat masih perawan.

Kondisi Makam

Tanggal 15 Syawwal atau 15 hari setelah hari raya Idul Fitri ditetapkan sebagai haul Siti Fatimah Binti Maimun, tanggal itu diambil dari ditemukannya makam tersebut. Menurut H. Hasyim Ali selaku juru kunci makam Siti Fatimah Binti Maimun baru ditemukan 4 Abad setelah tahun wafatnya beliau. Jadi, (haul Siti Fatimah) bukan tanggal wafatnya, tapi tanggal ditemukannya. Juru kunci makam yang pertama bernama Mbah Legi sekaligus yang menemukan makam ini. Ia menjadi juru kunci makam sekitar abad 16-an. Juru kunci makam dijabat secara turun-temurun. Juru kunci saat ini, H. Hasyim Ali, merupakan keturunan ke-7 dari juru kunci yang pertama. Saat ini, makam Siti Fatimah Binti Maimun berada dibawah perlindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur yang berkantor di Trowulan, Mojokerto. Keadaan makam sendiri bisa dibilang cukup terawat. Selain kebersihan area makam yang terjaga, keaslian bangunan makam juga benar-benar diperhatikan. Bahkan, H. Hasyim Ali sangat berterima kasih atas kepedulian BP3 terhadap perawatan makam selama ini.

Makam dan batu nisan dari Fatimah binti Maimun
http://image.slidesharecdn.com/prosesmasuknyaislamkeindonesia-121014221734-phpapp02/95/proses-masuknya-islam-ke-indonesia-15-728.jpg?cb=1381958035
Makna Makam panjang

Seacara visual ukuran makam jauh lebih panjang dari makam umumnya. Menurut H. Hasyim Ali hal ini dikarenakan di dalam makam tersebut dikebumikan pula peninggalan yang bersangkutan berupa pusaka dan harta pemiliknya karena tidak ada ahli waris yang sah, dan dikhawatirkan akan dikuasai penguasah kerajaan yang masih memeluk agama Budha.
Di akhir cerita, H. Hasyim Ali berpesan kepada masyarakat untuk meneladani perjuangan para pendahulu yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Menurutnya, keikhlasan Siti Fatimah Binti Maimun menyediakan dirinya untuk dinikahkan dengan raja Budha demi tersyi’arnya agama Islam sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa kala itu. Hingga tak lama kemudian, wabah penyakit pun datang dan akhirnya Siti Fatimah Binti Maimun meninggal dunia.




Referensi:
Muhammad Samsul nara sumber H. Hasim Ali, Website wisata religi Kabupaten Gresik, buku Babat Tanah Jawa.
Link:
http://www.suaragresik.com/2013/11/siti-fatimah-binti-maimun-makam-panjang.html



Peninggalan di Eropa


Masjid Islamic Center Wina dibangun selama kurun waktu tahun 1975 hingga 1979 dengan dana sumbangan dari Raja Saudi Arabia waktu itu Faisal Bin Abdul Aziz, dibangun diatas lahan yang dibeli dari dana yang berasal dari 8 negara Islam di tahun 1968 dan mendapatkan dukungan dari pemerintah Austria. Sebagaimana ditulis pada prasasti pembangunannya disebutkan : “Vienna Islamic Centre. Pembangunan atas inisiatif beberapa kedutaan besar negara-negara Islam, terutama Yang Mulia Raja Feisal bin Abdul Azia dari Saudi Arabia. Peletakan Batu Pertama pada 28 Februari 1968. Diresmikan pada 20 November 1979 bertepatan 1 Muharram 1400 H oleh Presiden Austria, DR. R..Kirschschlager.Tinggi Menara 32 meter. Kubah 16 meter. Arsitek Ing R. Lugner.” 

Masjid Islamic Center Wina dilengkapi dengan Menara setinggi 32 meter, serta kubah masjid dibagian tengah dengan diameter 20 meter. Sebagai tambahan islamic center ini juga dilengkapi dengan fasilitas  fasilitas yang baik untuk belajar dan mempraktekan ajaran Islam. Sama seperti masjid pada umumnya di Indonesia, di sana ada hamparan karpet merah untuk salat, hijab pemisah untuk jamaah wanita di bagian belakang, mihrab, dan mimbar bagi khatib. Ruangan salatnya kira-kira berukuran 100 x 200 meter. Masjid itu terbagi dalam 3 lantai. Lantai basement, lantai dasar, dan lantai atas.
Bangunan Islamic Center secara keseluruhan berdiri di atas tanah kurang lebih seluas 1 hektar. Kumandang azan dilantunkan hanya terdengar di dalam masjid saja karena tidak menggunakan pengeras suara. Masjid ini sangat ramai saat salat Jumat. Tiap lantai penuh, jumlah orangnya sekitar 2.000 orang. Mereka datang dari dalam dan luar kota Wina untuk salat di sini. Islamic Center di Wina adalah satu-satunya tempat yang memiliki masjid relatif besar. Di kota-kota lain di Austria juga ada Islamic Center, hanya saja tidak sebesar di Wina.

Geliat Islam di Wina


Meskipun menjadi agama ketiga, tetapi geliat dan semangat menjalankan ajaran agama Islam di Wina cukup tinggi, hal ini terlihat dari semarak dan berjubelnya warga muslim dari beragam etnis untuk menjalankan shalat tarawih, shalat jum’at dan tadarus Al-Qur’an di masjid-masjid yang cukup menampung mereka. Berbeda dengan keadaan gereja yang menghiasa seantero Wina dengan model bangunan tua nan megah justru sepi dari pengunjung dan semakin ditinggalkan oleh penganutnya. Menurut warga Austria, mereka lebih baik menjadi “Atheis” daripada terkungkung oleh aturan gereja dan pajak yang harus mereka bayar yang kadang memberatkan.

Masjid-masjid di Wina umumnya dibangun oleh komunitas tertentu untuk sarana beribadah dan silaturahim diantara mereka, namun tetap terbuka untuk komunitas manapun yang akan menjalankan ibadah shalat. Sebagai contoh misalnya, Masjid Telfs, Masjid Rashid yang didirikan oleh komunitas Muslim Ghana dan Nigeria, Masjid Bad Voslau dan Masjid Ridvan yang dibangun oleh komunitas muslim Turki. Demikian juga Masjid Syura yang diimami langsung oleh imam dari Palestina yang bernama Syekh Ibrami Adnani, yang biasanya dilanjutkan dengan kajian tafsir berbahasa Arab. Peserta atau jama’ah kebanyakannya warga Arab atau jama’ah yang bisa berbahasa Arab.


Secara historis, Kebanyakan orang Muslim datang ke Austria setelah tahun 1960 sebagai “pekerja tamu” dari Turki, Bosnia dan Herzegovina serta Serbia. Ada juga mereka yang berasal dari keturunan Arab dan Pakistan. Keberadaan warga Turki muslim khususnya di Wina sangat membantu dalam hal menyediakan makanan dan minuman yang halal. Daging sapi, ayam dan kambing mudah didapatkan dari mereka. Bahkan justru pasar-pasar Turki lebih padat dikunjungi oleh mereka yang akan membeli kebutuhan makan sehari-hari daripada pasar-pasar yang dikelola oleh warga Austria. Jangan tanya tentang restoran Kebab Turki yang menjadi menu pavorit warga muslim di Wina.

Masjid ini sendiri telah menjadi referensi bagi muallaf ketika ingin mendapatkan pemahaman Islam. Rata-rata 2 hingga 3 orang warga asli Austria setiap bulannya berkunjung ke masjid untuk mendapat pencerahan mengenai Islam. Mereka datang karena ingin memeluk Islam.




Referensi:
Gunawan, Hendra. Masjid Islamic Center Wina, Austria