ISI
Berawal dari Islam di Afrika Utara. Masuknya
kekuasaan Islam di Afrika dimulai ketika Panglima Amr Ibn ‘Ash pada masa Umar
ibn Khattab menguasai Mesir (639-644 M) setelah mengalahkan tentara Bizantium.
Dilanjutkan oleh Abdullah Ibn Sa’ad Ibn Abi Sarah masa Utsman Ibn ‘Affan yang
berhasil mengalahkan tentara Romawi dalam peperangan di laut (Laut Tengah) dan
terus maju sampai ke Barqah dan Tripoli yang jatuh ketangannya. Pasukan
Abdullah maju terus ke arah Carthage, ibu kota Romawi di Afrika Utara waktu
itu. Akhirnya atas permintaan dari penguasa Bizantium diadakan genjatan
senjata. Mendengar berita perjanjian damai tersebut Raja Constantine III sangat
marah dan ia menghendaki supaya semua wilayah kekuasaannya yang telah jatuh di
tangan kaum Muslim, harus direbut kembali. Pada saat itu situasi politik di
Madinah kurang mendukung untuk melanjutkan perang yang akhirnya Khalifah Utsman
terbunuh dan keadaan kacau sampai Ali juga terbunuh.
Kekuasaan Islam di Afrika Utara tidak
berjalan mulus. Ketika Islam pertama kali masuk, guncangan politik akibat
pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Barbar dan orang-orang Romawi
muncul bergantian. Dalam kondisi ini penyebaran Islam tidak bisa berjalan
dengan baik. Pada masa Musa Ibn Nusair terjadi perubahan sosial dan politik
yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar dapat dikalahkan dan dominasi
politik berada di tangan orang-orang Muslim sehingga dakwah Islam menyebar
dengan kecepatan yang luar biasa. Perubahan sosial dan politik sejak Musa
memegang kendali pemerintahan menjadi modal yang sangat besar bagi pembangunan
fondasi peradaban Islam di Afrika Utara, khususnya berkaitan dengan kebijakan
islamisasinya.
Seluruh pemberontakan yang terjadi di
Afrika Utara dilakukan oleh orang-orang Barbar dan kaum Khawarij. Orang-orang
Khawarij tidak hanya menyebarkan Islam saja, tetapi juga membawa orang-orang
Barbar kepada pengetahuan yang mendalam mengenai agama itu, khususnya di Jabal
Nafusa dan daerah Tahart. Upaya orang-orang Khawarij ini menyebabkan Islam menjadi
benar-benar mengakar di daerah Afrika Utara. Di sisi lain, bahasa Arab
mengalami kemajuan pesat di berbagai kota sebagai bahasa percakapan, yang mana
hal itu muncul sampai sekarang. Arabisasi daerah Maghrib tersebut dilakukan
oleh orang-orang Badui (Arab) yang bermigrasi ke sana. Banyak orang-orang
Barbar, baik yang nomaden maupun yang menetap, melakukan perkawinan silang
dengan pendatang baru itu; meskipun ada juga kelompok-kelompok Barbar
perdalaman yang mempertahankan bahasa dan adat istiadat mereka. Hal ini
disebabkan kesamaan peradaban yang dibawa oleh orang-orang Badui dengan
peradaban penduduk setempat yaitu kesukuan dan peladang. Dengan cara inilah
secara bertahap terbentuk penduduk Barbar-Arab yang sampai sekarang mendiami
sebagian besar Afrika Utara.
Perkembangan Islam
tidak hanya terjadi di negeri asalnya saja yaitu Arab. Melainkan Islam juga
berkembang di benua-benua dan bagian belahan dunia lainnya. Contohnya seperti
di Eropa/Barat. Peradaban Eropa yang saat itu dikenal dengan abad kegelapan
namun kini terlihat begitu maju dan berkembang. Perlu kita ketahui bahwa hal
itu tidak terlepas dari pengaruh peradaban Islam yang berkembang disana. Karena
peradaban Islam sesungguhnya yang lebih mendahuluinya.
Ada beberapa jalur atau
tempat peradaban islam masuk menuju Eropa. Diantaranya yang menjadi
jembatan-jembatan atau jalur utama peradaban Islam menuju Eropa adalah :
1. Andalusia
2. Sisilia
1.
Andalusia
a. Masuknya Islam ke
Andalusia
Andalusia atau kini yang dikenal dengan
nama Spanyol mulai diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), yaitu salah
seorang Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Kekuasaan Islam di semenanjung Iberia
berlangsung selama 8 abad, dimulai sejak penaklukan yang dipimpin oleh Thariq,
Musa, dan Tarif pada tahun 711 M/92 H sampai jatuhnya Granada pada tahun 1492
M/898 H.
Thariq, Musa, dan Tarif merupakan tiga pahlawan Islam yang berjasa dalam proses
penaklukan Andalusia ini.
Tharif
ibn Malik disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang
berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan pasukan perang, 500 orang
diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuannya itu Tharif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti. Ia
kembali ke Afrika Utara dan membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif. Hal itu juga menjadi salah satu
faktor Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak
7000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Kemudian Thariq dan pasukannya yang sebagian besar
dari suku Barbar dan sebagian orang Arab menyeberangi ke daratan Eropa dan
mendarat disebuah pantai di wilayah Spanyol. Dan mengumpulkan pasukannya di
sebuah bukit karang yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan
dikuasainya wilayah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki
wilayah Spanyol.
Mendengar bahwa Thariq beserta
pasukannya telah mendarat di Spanyol, Raja Roderick segera memimpin pasukannya
yang berjumlah 100.000 orang lengkap beserta persenjataannya. Thariq pun
menerima bantuan 5000 orang tentara yang dikirim oleh Musa Ibn Nushair,
sehingga total pasukan Thariq berjumlah 12.000 orang. Tepat pada 28 Ramadhan 92
H kedua pasukan bertempur di Muara sungai Barbate. Dengan menyebarkan kabar
kepada kubu Roderick bahwa muslim datang tidak untuk menjajah namun ingin
menghentikan kezaliman Roderick dan mengatakan bahwa pertempuran akan berakhir
jika Roderick terbunuh. Sehingga sebagian dari pasukan Roderick mundur dan
terbunuhlah Roderick dengan tangan Thariq sendiri. Yang kemudian mayat Roderick
tenggelam dan hanyut terbawa arus Sungai Barbate. Kejadian ini juga memicu
untuk menaklukan wilayah lain seperti Cordova, Granada dan Malaga.
b.
Perkembangan
Islam di Andalusia
Dalam perkembangannya
abad-abad tersebut dibagi menjadi 8 periode, berikut penjelasannya.
1)
Periode
I adalah masa penaklukan (al-Fath).
Periode
ini berlangsung selama 4 tahun (711-714 M/92-95 H). Daerah yang berhasil ditaklukan
pasukan muslim pada periode ini diantaranya adalah Ecija, Toledo (ibukota kerajaan
Gothik), Arkidona, Elvira, Cordova, dan Malaga. Dimana daerah yang berhasil
ditaklukan oleh pasukan yang dipimpin oleh Thariq diantarannya adalah Kordova,
Granada, dan Toledo. Sedangkan daerah yang berhasil ditaklukkan setelah
keterlibatan Musa bin Nushair dan pasukannya diantaranya adalah Sedona,
Carmona, Seville, dan Merida. Kemajuan-kemajuan pada periode ini memang belum
nampak.
2)
Periode
II adalah periode wali-wali (al-Wulat)
Periode
ini dapat dikatakan sebagai periode perwakilan khalifah di Damaskus yang
berlangsung pada tahun 741-755 M/95-138 H. Pada periode ini, Andalusia dipimpin
oleh 20 orang wali selama 42 tahun. Mereka semua diangkat oleh Khalifah Bani
Umayah di Damaskus yang bernama Al Walid Ibnu Malik atau di angkat oleh
perwakilan gubernur di Afrika Utara bernama Musa bin Nushair. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai sempurna, gangguan banyak
berdatangan. Dimana
gangguan-gangguannya ini dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Gangguan
tersebut dapat berupa perbedaan pandangan antara khalifah/pemerintah pusat di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol ini dan siapa yang
berhak menentukan wali bagi Andalusia. Selain itu dapat juga dikarenakan oleh
jatuhnya kedudukan Andalusia dari Damaskus yang menyebabkan penduduk Andalusia
memiliki kebebasan untuk menentukan pemerintahan menurut pemikiran penduduk di
Andalusia, yang juga berselisih.
Wilayah
yang berhasil ditaklukkan pada periode ini dibawah gubernur Anbasah pada tahun
723-726 M adalah wilayah Gallia, Septimania, dan terus ke lembah sungai Rhone.
Selain itu dibawah pemerintahan gubernur Abdul Rahman al-Ghafiqi pada tahun 730
M berhasil dikuasailah wilayah Hertongdom dan Aquitania yang sudah mulai masuk
wilayah kekuasaan Prancis.
Pada
periode ini, Andalusia belum mengalami kemajuan dalam peradaban. Hal ini antara
lain dikarenakan banyak terjadinya krisis di dalam pemerintahan Islam sendiri
yang disebabkan tidak puasnya orang-orang Berber
akan perlakuan orang Arab sehingga menyebabkan pemberontakan. Selain itu
dapat disebabkan masih banyaknya sisa-sisa musuh dari luar yang harus diperangi.
Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Ar-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol pada
138 H/755 M.
3)
Periode
III adalah periode amir (al-Imarah).
Periode ini dapat dikatakan periode
gubernur sekitar tahun 755-929 M/138-316 H. Dimulai sejak kedatangan Abdurahman
Ad-Dakhil sampai
ia mengumumkan sebagai Khalifah Dinasti Umayah di Damaskus seiring dengan
peralihan kekuasaan dari dinasti Umayah kepada dinasti Abbasiyah.
Pada periode ini Spanyol dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir tetapi tidak tunduk kepada pusat
pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I dengan gelar Ad-Dakhil (Yang masuk
ke Spanyol). Adapun penguasa pada masa ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam
I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath,
Muhammad bin Abdurrahman, Munzir bin Muhammad, dan Abdullah bin Muhammad.
Kemajuan-kemajuan yang ada pada periode ini, seperti didirikannya pusat
pendidikan dan masjid di kota-kota besar Andalusia. Di antaranya adalah masjid
Cordova, mulai masuknya pemikiran filsafat dan ilmuan berkunjung ke Cordova
untuk menimba ilmu, dan lain-lain.
Pada masa Hisyam, karena jiwa
kepemimpinannya yang lembut dan dermawan maka jarang terjadi pemberontakan pada
masanya. Dan juga pembangunan pada masanya menjadi berjalan dengan lancar. Lain
halnya ketika kemudian pemerintahan jatuh ke Hakam I (729-822 M), dimana ia
memiliki jiwa kebijakan dan akhlak yang jelek. Sehingga ajaran-ajaran Islam
banyak yang diinjak-injak, suka berfoya-foya, kejam, dan senang bermabuk-mabukan.
Dengan kepemimpinan yang seperti ini tak heran muncul
pemberontakan-pemberontakan antar suku, seperti suku Arab, suku Barbar dan
Muslim pribumi.
Pada periode ini, Andalusia mengalami
sedikit gangguan dari kaum fanatik Kristen yang tidak mendapat simpati dari
masyarakat Kristen lainnya, karena adanya sikap amir yang memberi kebebasan
kepada mereka untuk beribadah sesuai dengan agamanya. Adapun gangguan yang
paling serius adalah pemberontakan dari
umat Islam sendiri di Toledo. Mereka membuat pemerintahan sendiri pada tahun
852 M dan mereka mampu bertahan selama 80 tahun.
4)
Periode
IV adalah periode kekhalifahan (al-Khalafah)
929-1009 M/316-400 H.
Dimulai sejak diumumkannya kekhalifahan
sampai wafatnya al-Hakam al-Muntasir pada tahun 976 M/366 H. Dan masa
kekhalifahan ini berlangsung sekitar 1 abad.
Periode kekhalifahan Abdurrahman III an Nasir, dimana pada masa ini umat Islam
sudah mulai retak. Namun berkatnya yang berjiwa gagah dan perkasa, umat Islam
dapat dipertahankan untuk disatukan. Bahkan pada masanya ini umat Islam dapat
melumpuhkan kekuatan suku Kristen, arab dan pribumi. Masa ini juga menjadi masa
keemasan bagi umat Islam Andalusia. Ilmu pengetahuan berkembang pesat pada masa
ini. Begitu pula dengan pembangunannya, seperti pembangunan kota az-Zahro dan
saluran air yang 80 km. selain itu peradaban kebudayaan Madinah az-Zahro yang
sekarang disebut Cordova la Vieja terlihat
begitu mengagumkan. Didalamnya terdapat puri, jembatan yang kuat,
sekolah-sekolah, perguruan tinggi, perpustakaan, rumah sakit, rumah panti,
irigasi-irigasi, perdagangan, industri, dan lain-lain.
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaannya.
Abdurrahman An-Nasir mendirikan universitas Cordova yang perpustakaannya
memiliki ratusan ribu buku. Dan periode ini pun pembangunan kotanya berlangsung
cepat.
5)
Periode
V adalah periode dinasti kecil (Muluk
at-Thawaif) 1009-1091 M/400-484 H.
Masa dimana terpecahnya menjadi
dinasti-dinasti kecil atau kerajaan-kerajaan kecil (lokal) sampai munculnya
dinasti Am-Murabithun. Pada periode ini Kristen mulai mengambil inisiatif
penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana
lain.
Peristiwa di atas terjadi pada saat
Islam Andalusia dipimpin oleh raja-raja kecil yang antara satu kerajaan dengan
kerajaan lainnya saling berebut kekuasaan. Peperangan antar suku kembali
terjadi, sehingga terbukalah peluang besar bagi musuh-musuh Islam untuk mengadu
domba, merongrong dan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil Islam. adapun
kerajaan-kerajaan kecil penting pada masa khalifah Muluk at-Towif adalah
sebagai berikut:
a) Hamidiyah
di Malaga 400-449
H/1010-1057 M
b) Abbadiyah
di Sevilla 414-461
H/1023-1091 M
c) Jahwariyah
di Cordova 422-461
H/1031-1069 M
d) Afthasiyah
di Badajoz 413-487
H/1022-1094 M
e) Dzun
Nuniyah di Toledo 419-487
H/1028-1085 M
f) Amiriyah
di Valencia 412-489
H/1021-1096 M
g) Tujibiyah
di Saragosa 410-420
H/1019-1029 M
h) Hudiyah
di Saragosa 430-503
H/1039-1142 M
i)
Nashriyah di Granada 629-897 H/1232-1492 M
6)
Periode
VI adalah periode al-Murabithun 1091-1126 M/484-520 H.
Di
mana masuknya kekuasaan al-Murabithun yang berakhir hampir setengah abad.
Dinasti Murabithun menjadi catatan menarik dalam pandangan sejarawan Islam,
karena dinasti ini berawal dari gerakan keagamaan dan berkembang menjadi
gerakan politik. Dinasti Murabithun berawal dari gerakan keagamaan yang
dipelopori oleh suku Lamtunah, kelompok suku nomaden Barbar yang mendiami Gurun
Sahara antara Maroko bagian selatan, tepi sungai Sinegal hingga Sungai Niger.
Suku Lamtunah merupakan cabang dari suku Shanhajah yang merupakan suku Arab
Himyar yang pindah dari Yaman ke Syam. Orang-orang suku Lamtunah ini juga
disebut Al-Mulatsimun atau orang-orang bercadar.
Pada periode ini Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Daulah Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan yang didirikan oleh Yusuf
Ibnu Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah
kerajaan di Marakesy.
Ia masuk ke Andalusia atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah
memikul beban berat perjuangan mempertahankan negerinya dari serangan-serangan
orang-orang Kristen. Ia ternyata memasuki Andalusia tahun 1086 M dan berhasil
mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja Muslim,
Tasyfin melangkah lebih jauh untuk menguasai Andalusia dan berhasil. Akan tetapi sepeninggalan
Tasyfin para penggantinya adalah raja-raja yang lemah, maka pada tahun 1143 M
runtuhlah kekuasaan daulah Murabithun.
Gerakan Murabithun berawal dari
kegelisahan atau kondisi keagamaan di Maroko bagian selatan. Yahya bin Ibrahinm
aj-Jadalli, pimpinan suku Lamtunah, merasa bahwa kondisi keagamaan pada
masyarakatnya perlu diperbaiki. Hal ini disadarinya setelah ia melakukan ibadah
haji di Makkah. Sepulang dari ibadah haji ia mengundang seorang Ulama, Abdullah
Yasin Al-Jazuli untuk bersedia mengajarkan pengetahuan agama pada umatnya.
Penunjukan Abdullah Yasin Al-Jazuli ini atas masukkan Abu Imran yang beraliran
madzhab Maliki. Yahya bin Ibrahim mengajak orang-orang suku Lamtunah untuk
belajar agama pada Abdullah Yasin. Dua di antaranya yang termasuk petinggi suku
Lamtunah kakak beradik yakni Yahya bin Umar dan Abu Bakar bin Umar.
Abdullah
menyadari bahwa tidak banyak orang-orang suku Lamtunah yang tertarik pada
ajarannya. Oleh karena itu, Abdullah mengajak orang-orang yang setia padanya
diikuti Yahya bin Ibrahinm al-Jadalli, Yahya bin Umar dan Abu Bakar bin Umar
pindah menuju daerah perbatasan Sinegal. Pada daerah baru ini mereka mendirikan
ribath atau semacam rumah ibadah yang
juga berfungsi menjadi benteng pertahanan, sehingga gerakan ini dinamakan
dengan Murabithun. Pada daerah baru inilah gerakan Murabithun mulai berkembang
pesat. Abdullah Yasin memerintahkan pengikutnya untuk berdakwah di luar
kelompok ribath. Tidak mengherankan
dalam kurun waktu 10 tahun komunitas
gerakan Murabithun meningkat pesat dan kemudian berubah menjadi gerakan
politik. Yahya bin Ibrahim menjadi pimpinan politik pertama dan mengangkat
Yahya bin Umar sebagai panglima militer. Gerakan Murabithun kemudian mulai
melakukan ekspansi kekuasaan dan menaklukkan beberapa kawasan serta
penguasanya. Suku bangsa di Sahara ditaklukkan pada tahun 1055 M. Kota-kota
yang ada di Shara direbut oleh kelompok Murabithun. Penguasa Sijilmasah yang
bernama Mas’ud bin Wanuddin Al-Maghrawi pernah melakukan perlawanan sengit
sebelum akhirnya gugur.
Setelah
melakukan beberapa ekspansi kekuasaan gerakan Murabithun resmi mendirikan
daulah kekuasaannya meliputi Maroko dan beberapa kawasan disekitarnya.
Kepemimpinan Dinasti Murabithun dapat dilihat seperti dibawah ini:
a) Yahya
bin Ibrahim
b) Yahya
bin Umar
c) Abdullah
bin Yasin 1056-1059
M
d) Abu
Bakar Al-Lamtuni 1059-1061
M
e) Yusuf
bin Tasyfin 1061-1107
M
f) Ali
bin Yusuf 1107-1143
M
g) Ibrahim
bin Tasyfin 1143-1145
M
h) Ishaq
bin Tasyfin 1145-1147
M
i)
Penaklukkan Muwahiddun 1147 M
7)
Periode
VII adalah periode Muwahidun 1126-1223 H.
Muwahidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart.
Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abdul Mun’im. Antara tahun
1114-1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada jatuh ke
bawah kekuasannya. Kemajuan ini membuat Kristen dapat dipukul mundur.
Gerakan Muwahidun muncul semasa dinasti
Murabithun mulai melemah secara politis dan keagamaan. Pemerintahan yang
dipegang oleh Ishaq bin Tasyfin mulai kurang mendapatkan tempat di kalangan
masyarakat. Penolakan terhadap pemerintahan Murabithun nampak saat mulai
munculnya pemberontakan-pemberontakan dari bawah. Pemberontakan juga disinyalir
akibat ketidakpuasan pada sistem pemerintahan yang dibangun dan dominannya
madzhab yang dianut oleh pemerintahan. Gerakan keagamaan menjadi faktor yang
dominan dalam melatarbelakangi munculnya gerakan Muwahidun ini. Gerakan ini
dipelopori oleh Muhammad bin Tumart, yang menekankan ajaran ketauhidan.
Ibnu Tumart membangun gerakan politiknya
melalui gerakan dakwah, ia mengirimkan tenaga dainya ke berbagai suku dan
mengajak umat Islam ke jalan yang benar dan menyelamatkan diri dari ajaran kaum
Murabithun yang telah mengikuti ajaran antromorfisme dan menyekutukan Allah. Ia
memerintahkan kepada pengikutnya untuk berakhlak terpuji, taat undang-undang,
shalat tepat waktu, membaca wirid yang dibuatnya dan mendalami kitab-kitab
al-Muwahidah.
a) Kemajuan
Bidang Politik
Terdapat
kemajuan pada masa Dinasti al-Muwahidun sebagai tolak ukur dalam pembahasan
Ibnu Tumart serta umat Islam dapat mengetahui kepribadiannya. Ibnu Tumart
merumuskan sistem militernya sebagai organisasi pemerintahan yang tersusun
sebagai berikut:
·
Dewan Menteri
·
Dewan Majelis Pemuka
Suku
Dalam bidang politik, dibawah
kepemimpinan para khalifah al-Muwahidun berhasil menguasai beberapa daerah.
Ketangguhan Abdul Mu’min sebagai pengganti al-Mahdi telah berhasil membuka
jalan mulus bagi penguasa berikutnya untuk mengembangkan kekuasaan Dinasti
Muwahidun di Spanyol dan Afrika Utara. Karena luasnya daerah kekuasaan Dinasti
Muwahidun di Andalusia maka semakin banyak tugas kepala negara sehingga
perlulah dibentuk wakil-wakil untuk membantu melaksanakan tugasnya, sebagai
berikut:
·
Wazir, bertugas menjadi
perantara khalifah dan rakyatnya.
·
Hajib, bertugas
memikirkan dan menghadapi urusan-urusan negara yang penting.
·
Katib, bertugas dalam
urusan surat menyurat penting kenegaraan.
·
Wali, bertugas
melaksanakan dan menjaga pemerintahan wilayah atas nama penguasa, menjadi wakil
dalam urusan kehakiman.
·
Jawatan pengairan,
bertugas mengurusi dan menjaga bendungan air, menggali terusan-terusan dan
membangun jembatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
negara.
·
Jawatan pos, bertugas
mengawasi pekerjaan pemerintah.
·
Shurta,
bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum.
·
Pengadilan Qadhi dan
Pengadilan Tinggi, bertugas
menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan perkara hukum agama.
Sedangkan pengadilan tinggi bertugas menjamin keadilan yang berhubungan dengan
masalah penelitian juga termasuk didalamnya.
b) Kemajuan
Bidang Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi Dinasti Al-Muwahidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia
dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa, Merseille, Vanice, dan Sisilia dan
tahun 1157 M dengan Pisa (Italia). Perjanjian itu berisi tentang izin
mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak.
Untuk
meningkatkan perekonomiannya, dalam sektor pertanian mereka membuat dua tipe
irigasi yang menguntungkan yaitu irigasi Yamani dan irigasi Damaskus. Tipe
irigasi Yamani biasanya diterapkan di wilayah Oasis, dimana air akan dibagi
berdasarkan batas waktu pengairan tertentu. Sedangkan tipe irigasi Damaskus
yang membagi perairan kepada setiap petani disesuaikan dari ukutan tanah mereka
masing-masing.
Selain
itu dibidang industri masa ini juga sangat maju dimana beberapa kota memang
terkenal dengan hasil industrinya, seperti Cordova sebagai penghasil kertas,
kulit, tekstil, dan tenun sutera, Toledo sebagai penghasil tenun sutera, kain,
bulu, keramik, dan peralatan militer, Granada sebagai penghasil tekstil,
Seville sebagai penghasil alat-alat music, dan masih banyak lagi pada kota-kota
lain seperti Valencia, Malaga al-Meria, Cadiz, dan Cartega.
Pada
masa Muwahidun ini hasil-hasil dari
sektor pertanian dan industri yang sangat maju kemudian diperdagangkan. Bahakan
mereka sampai menjualnya ke India dan Asia Tengah melalui Iskandaria dan
Konstantinopel, perdagangan lebih ramai di Damsyik, Baghdad, dan Mekkah.
Perdagangan yang sangat maju ini menjadi pemasukan bea yang sanngat besar untuk
negara.
c) Kemajuan
Bidang Arsitektur dan Budaya
Pembangunan
Fisik yang menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota,
istana, masjid, dan taman-taman. Contohnya pembangunan yang megah adalah masjid
Giralda yang sekarang diubah menjadi Katedral Agung di Seville, menara pada
Masjid Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou, masjid al-Kutubiyya di Marakesy, menara yang
sangat megah di Maroko, menara pada Ribat
Al-Fath, yang meniru gaya Alexandria, mendirikan rumah sakit di Marakesy
yang tidak tertandingi.
Kota
Qairawan mengalami pembangunan dengan gaya arsitektur Islam dan mengalami
perbaikan pada kemudiannya tahun 718 M. Selain kota Qairawan ini, kota Sevilla
juga mengalami pembangunan masjid pada tahun 1171 M pada pemerintahan Yusuf Abu
Ya’kub, kini telah berubah menjadi Gereja Maria Dela Seda. Dan kota Seville
kemudian jatuh ke tangan Ferdinan pada tahun 1248 M.
d) Kemajuan
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Khalifah
Dinasti al-Muwahidun memprakarsai dan mendorong kegiatan-kegiatan intelektual,
seni dan budaya. Maka dari itu lahirlah para filsuf besar dan ilmuan di
kalangan Muslim. Contohnya adalah Ibnu Khaldun, Ibnu Khatib al-Bitruji, Ibnu
Hazmi, Ibnu Bajjah, dan Ibnu Arabi. Selain itu juga adanya perguruan tinggi
Qairawan yang masih hidup dan menjadi salah satu perguruan tinggi tertua dan
terkenal di dunia sepanjang sejarah. Lebih tua dari Universitas Oxford (1163
M), Universitas Cambridge (1209 M), dan Eidenburgh di Inggris, Universitas
Rorbonne (1153 M) di Perancis dan Universitas Tubingen (1477 M) di Jerman.
8)
Periode
VIII adalah periode Kerajaan Granada (mamlakah
al-gharnathah) 1223-1492 M/520-620 H.
Disini berdiri juga dinasti Bani Ahmar
dan berlangsung selama 2 abad setengah sampai akhir abad ke 9/15 M sebelum
runtuh. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan disusul
jatuhnya Seville pada 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari
kekuatan Islam. Dibawah dinasti Bani
Ahmar belum lama menunjukkan kembali kemajuan, terjadi perkawinan politik
antara Ferdinand an Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen.
Yang kekuatan mereka membuat Abu Abdullah selaku pemimpin saat itu mengaku
kalah. Keruntuhan Granada sama artinya dengan keruntuhan kekuasaan Islam.
Tidak ada lagi pemimpin dari kalangan umat Islam. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1429 M. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak
ada lagi umat Islam di daerah ini.
Begitu kaum muslimin menetap di Andalusia mereka memusatkan perhatian di bidang
ilmu pengetahuan, sastra, dan seni.
Gustave Le Bon mengatakan, “Begitu
orang-orang Arab berhasil menaklukkan Spanyol mereka mulai menegakkan risalah
peradaban di sana. Maka dalam waktu kurang dari satu abad mereka mampu
menghidupkan tanah yang mati, membangun kota-kota yang runtuh, mendirikan
bangunan-bangunan megah, dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan
negara-negara lain. Kemudian mereka memberikan perhatian yang besar untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra, menerjemahkan buku-buku Yunani dan
Latin, dan mendirikan universitas-universitas yang menjadi satu-satunya sumber
ilmu pengetahuan dan peradaban di Eropa dalam waktu yang lama.”
2.
Sisilia
Upaya umat Islam menaklukan Sisilia
telah dimulai sejak tahun 652 M ketika angkatan laut Bizantium di Alexandria
mendapat serangan dari umat Islam. Ketika itu Utsman bin Affan menjabat sebagai
khalifah dan mengirim Muawiyah sebagai pemimpin yang berkuasa saat itu untuk
menghimpun kekuatan untuk menyerang Sisilila yang saat itu dikuasai oleh
Bizantium yang dikomandoi oleh Muawiyah bin Khuday. Serangan pertama ke Sisilia
yaitu pada tahun 652 M, ketika kota Siracusa dimasuki dan kekuasaannya
tenggelam tepat saat itu juga. Kerajaan Siracusa dapat ditaklukkan dan umat
Islam mendapat rampasan perang yang menggiurkan.
Sisilia
juga merupakan jembatan terpenting peradaban Islam menuju Eropa. Dan menjadi
wilayah jembatan kedua setelah Andalusia. Kaum muslimin menaklukkan Panormus
ibukota Sisilia tahun 216 H/831 M.
Mereka menguasainya hingga tahun 485 H/1092 M kurang lebih 260 tahun).
Sisilia juga dijadikan batu loncatan pergerakan umat Islam untuk menaklukan
Italia.
Umat
Islam berkuasa selama dua setengah abad lebih atas Sisilia berhasil menanamkan
pengaruh pemikiran dan kebudayaan di negeri orang Nasrani tersebut. Penguasaan
umat Islam atas Sisilia dimulai oleh penaklukan Dinasti Aghlabiyah yang
kemudian dilanjutkan oleh penguasaan Dinasti Fatimiyah dan berakhir dengan
hancurnya rezim Dinasti Kalbiyah sebagai Dinasti Islam terakhir yang berkuasa
di Sisilia.
Berbagai
corak pemikiran, seni budaya, dan arsitektur yang dibawa oleh penguasa muslim
telah tertanam di Sisilia bahkan mengakar dan tetap bertahan hingga saat
Sisilia jatuh ke tangan penguasa local. Tradisi pengembangan ilmu yang terjadi
pada masa umat Islam terus berlanjut meskipun kekuasaan Islam sudah berakhir
dan kekuasaan berpindah ke tangan orang Kristen kembali. Pada abad yang
menjelang abad ke-9 ini menjadi klimaks
penaklukan daerah Italia yaitu pada tahun 871 M , saat kota bari direbut
kembali oleh pasukan Kristen dan menjadi pertanda berakhirnya kekuasaan muslim atas Italia dan Eropa tengah.
3.
Perang
Salib
Perang Salib berlangsung selama kurang lebih
dua abad, mulai dari abad 5 H/11 M (tahun 490 H/1097 M) hingga jatuhnya benteng
akhir pasukan Salib ditangan Mamalik tahun 690 H/1291 M. Masa peperangan
tersebut merupakan bagian dari titik persinggungan terpenting antara Eropa dan
Islam. Walaupun pasukan Salib datang ke Timur-Islam untuk perang, bukan untuk
mencari ilmu, namun mereka terpengaruh oleh peradaban kaum muslimin dan
mentransfer kemajuan-kemajuan Islam ke Eropa yang saat itu mengalami
keterbelakangan dan kemerosotan.
Perang Salib tahun 488-539/1095-1144 M
adalah ekspedisi spektakuler sebagai hasil dari proses kebangkitan semangat
religious yang melanda Eropa Barat pada abad ke-10 dan ke-11. Perang salib
merupakan misi keagamaan dari para peziarah Kristen ke tempat-tempat suci
mereka, namun yang dahulunya di bawah bendera perdamaian, kini berubah menjadi
misi perang.
a.
Perang
Salib dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1)
Perode
I/Perang Salib I
Perang
ini dimulai pada tahun 1095 M, Sekitar
150.000 orang Eropa yang sebagian besar terdiri dari bangsa Prancis dan Norman,
berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina, tentara Salib yang
dipimpin oleh Godfrey, Bohemond dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar.
Pada tanggal 18 Juni 1097 M mereka berhasil menaklukan Nicea. Dan tahun 1098 M
menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan
Baldawin sebagai raja, pada tahun yang sama, mereka menguasai Antiochea dan
mendirikan kerajaan Latin II di Timur, Bohenond dilantik menjadi rajanya,
mereka juga berhasil menduduki Bai Al-Maqdis (15 Juli 1099 M), dan mendirikan
kerajaan Latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bai Al-Maqdis
itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai Akka (1104 M),
Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M), di Tripoli mereka mendirikan kerajaan
Latin IV, rajanya adalah Raymond.
2)
Periode
II/Perang Salib II
Gagal menguasai Damaskus, Zanki kemudian
mengalihkan perhatiannya ke Edessa, salah satu Negara Tentara Salib. Edessa
adalah negara yang secara geografis terletak paling utara dari ke empat Negara
Tentara Salib, sekaligus negara yang paling lemah. Dalam pandangan Zanki,
dengan menguasai Edessa secara subtansial akan memperlemah posisi tentara Salib
di Suriah. Dan kesempatan itu tiba pada tahun 538 H/1143 M, ketika Kaisar
Byzantium, John II Comnenus dan Raja Yerussalem Fulk dari Anjou meninggal
dunia. Joscelin yang menjadi penguasa Edessa tengah terlibat perselisihan
dengan Raja Tripoli dan Pangeran Antiokhia. Pada saat Edessa tidak memiliki
sekutu yang kuat, Zanki dengan cepat bergerak ke utara untuk mengepung Edessa.
Setelah 1 bulan pengepungan, pada tanggal 6 Jumadil Akhir tahun 539 H/24
Desember 1144 M, kerajaan Edessa akhirnya ditaklukkan. Manasses dari Hierges,
Philip dari Milly yang dikirim Raja Yerussalem untuk membantu, tetapi mereka
sudah terlambat. Dengan kemenangan itu, Zanki juga mengambil alih kekuasaan
seluruh kota yang berada di bawah kerajaan Edessa di Peninsula, sebagaimana ia
juga membebaskan semua kota yang berada di bawah kekuasaan tentara salib di
bagian Timur sungai Eufrat.
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan
Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimmah, dan Edessa pada tahun 1144
M. Namun ia wafat pada tahun 1146 M, tugasnya dilanjutkan oleh putranya,
Nuruddin Zanki, Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M.
Dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan
orang-orang Kristen mengorbankan Perang Salib II, Paus Eugenius III, menyerukan
perang suci yang disambut positif oleh Raja Prancis Louis VII dan Raja Jerman
Condrad II, keduanya memimpin pasukan Salib mereka dihambat oleh Nuruddin
Zanki, mereka telah berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II
melarikan diri pulang ke negerinya. Kemudian Nuruddin wafat tahun 1174 M,
pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin Al-Ayyubi yang berhasil
mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan
Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M.
dengan demikian kerajaan Latin di Yerusalem yang berlangsung selama 88 tahun
terakhir.
3)
Periode
III/Perang Salib III
Tentara Salib pada periode ini dipimpin
oleh raja Jerman, Frederick II, kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih
dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan agar mereka dapat menerima bantuan
dari kaum Nashrani Qibthi, hal itu terjadi pada tahun 1219 M, mereka berhasil
menduduki Dimyat, raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah pada waktu itu, Al-Malik
Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick, isinya antara lain Frederick
bersedia melepaskan Dimyat, sementara Al-Malik Al-Kamil, melepaskan Palestina,
Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di Palestina, dan Frederick tidak
mengirimkan bantuan kepada umat Kristen di Syiria. Dalam perkembangan
berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahu 1247 M, di masa pemerintahan Al-Malik
Al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti
Mamalik, pemimpin perang dipegang oleh Baybars dan Qawulan, dan pada masa
merekalah Akka dapat direbut kembali, tahun 1291 M.
Diantara hal yang menarik perhatian dari pergantian
peradaban-peradaban adalah bahwa sesungguhnya peradaban yang datang belakangan
berdiri di atas peradaban yang lama. Tidak ada suatu peradaban yang berangkat
dari nol. Dari situ peradaban Islam memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
peradaban Eropa modern yang datang setelahnya.
Pengaruh
peradaban Islam di Eropa mencakup banyak
bidang dan mendominasi beberapa sisi hingga mencakup bermacam-macam level
kehidupan di Eropa secara umum. Tidak ketinggalan juga sistem-sistem dan
norma-norma yang diantaranya adalah akidah, sisi-sisi ilmiah, bahasa, sastra,
undang-undang, sosial, politik dan lain sebagainya.
Dalam pembahasan berikut kita dapat mengetahui
pengaruh-pengaruh tersebut melalui beberapa topik berikut :
1.
Bidang akidah dan undang-undang.
2.
Bidang ilmu pengetahuan.
3.
Bidang bahasa dan sastra.
4.
Bidang pendidikan dan muamalah.
1.
Bidang Akidah dan
Undang-undang.
Islam datang dengan akidah tauhid di tengah-tengah
masyarakat dan dunia yang penuh dengan kemusyrikan dan paganisme. Islam
mengesakan Allah, menyucikan-Nya dari kebendaan dan kekurangan, dan membebaskan
penyembahan kepada selain Allah. Setelah dunia mengetahui akidah yang jernih
dari agama Islam, terlebih pada masa kebangkitan peradaban Barat, maka setiap
agama mulai menakwil kemusyrikan, simbol-simbol kemusyrikan dan paganisme dalam
sistem keagamaan mereka dan tradisi–tradisinya, lalu mereka berbohong dengan
ucapan-ucapan mereka dan berusaha untuk mengungkapkannya serta menjelaskannya
sekira dekat dengan tauhid dan menyerupainya. Ahmad
Amin mengatakan, “Dikalangan Nasrani muncul kecenderungan-kecenderungan yang
terpengaruh dengan Islam. Di antaranya, abad VIII Masehi atau abad II & III
Hijriyah di Septimania.
Imperatur Romawi Louis III pada tahun 108H./726M.
mengeluarkan keputusan tentang pensakralan patung-patung dan gambar-gambar.
Kemudian pada tahun 112H./730M. Ia mengeluarkan keputusan pensakralan pada
patung-patung dan gambar-gambar adalah paganisme. Konstantin kelima Louis ke-4
juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Louis ke-2. Sekelompok
Nasrani pun menjelaskan akidah trinitas dengan penjelasan yang dekat dengan
monoteisme dan mengingkari ketuhanan Isa a.s.
Orang yang mempelajari sejarah agama Eropa dan
gereja Nasrani dapat mengetahui rasionalitas Islam dalam kecenderungan para
pembaharu dan pemberontak sistem ketentuan yang berlaku. Adapun pembaharuan
besar yang dihadapi oleh Martin Luther dengan rintangan-rintangan yang
dihadapinya merupakan contoh paling jelas dalam pengaruh terhadap Islam dan
aqidah-aqidahnya, sebagaimana yang diakui para sejarawan.
Dengan demikian akidah Islam yang jelas dan bersih
berpengaruh besar terhadap banyak akidah non-muslim dan menyebabkan pelurusan
paham-paham yang menyimpang dari kebenaran bersama dengan berjalannya waktu di
seluruh belahan dunia.
Adapun pengaruh Islam di bidang hukum dan
Undang-undang disebabkan hubungan kaum terpelajar Barat dengan Universitas
Islam di Andalusia dan lainnya. Hal itu memiliki pengaruh yang besar terhadap
proses penerjemahan hukum-hukum Islam fiqih dan Undang-undang Islam ke semua
bahasa mereka. Eropa saat itu tidak memiliki hukum yang sistemis dan
Undang-undang yang adil. Ketika Napoleon di Mesir, kitab-kitab fiqih madzhab
Maliki yang termahsyur diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis. Di antara
kitab-kitab tersebut adalah kitab-kitab fiqih madzhab maliki.
Sedillot
mengatakan, “Madzhab Maliki adalah yang menarik perhatian kami secara khusus
karena kami memiliki hubungan dengan bangsa Arab-Afrika. Pemerintahan Prancis
memerintahkan kepada Dr. Bisrun untuk menerjemahkan kitab Al-Mukhtashor fi Al-Fiqh karya Khalil bin Ishaq bin Ya’qub yang
wafat tahun 776 H./1374 M.
Bahkan peradaban Islam diikutkan dalam undang-undang
Eropa. Pakar sejarah Inggris Wells mengatakan
dalam kitabnya malamih Tarikh Al-Insaniyah, “Sesungguhnya Eropa merupakan kota
Islam, di samping undang-undang administrasi dan perdagangannya.”
2. Bidang
Ilmu Pengetahuan.
Sepanjang sejarah Islam, tokoh sentral dalam
pengajaran sains ialah orang bijaksana, atau hakim. Biasanya ia seorang dokter, penulis dan penyair, seorang
astronom dan matematikawan dan terutama sekali, ia adalah seorang bijak. Tokoh
macam ini akan kami bahas dalam bab yang bersangkutan masing-masing dengan
subyek. Tapi ada beberapa tokoh yang universal
dan mereka memegang peran penting dalam beberapa sains. Banyak ilmuwan Barat
yang obyektif mengakui bahwa kaum muslimin menjadi guru bangsa Eropa selama
tidak kurang dari 600 tahun.
Kini ilmu telah terkotak–kotak, sehingga sukar
sekali bagi manusia modern untuk memahami tokoh semacam itu. Sebab itu kami
putuskan untuk membicarakan secara singkat tokoh universal sains Islam yang utama dalam bab ini, dan membahas tokoh
lain yang memberi andil dalam suatu bidang tertentu. Tentu bukan tokoh-tokoh universal ini saja yang mencapai hasil
yang pantas dicatat, lebih-lebih dalam matematika, tetapi mereka adalah hakim, yang hampir semua namanya muncul
dalam semua ilmu sains Islam dan mereka meninggalkan bekas yang tak terhapus
dalam kehidupan intelektual Islam. Adapun tokoh-tokohnya adalah :
a.
Jabir
ibn Hayyan al-Azdi at-Thusi as-Shufi, (±103 H/721 M-200 H/815 M)
Pemula alkhemi dalam Islam. Agak dapat dipastikan
keluarganya berasal dari suku Azd dari Arabia Selatan, yang pada masa
kebangkitan Islam menetap di Kufa. Ia berasal dari Khurasan dibesarkan di Thus
kemudian pindah ke Arabia selanjutnya ia menetap di Kufa dan terakhir ia menetap di Baghdad yang mula-mula ia dikenal sebagai
ahli alkhemi tepatnya di Istana Harun ar-Rasyid dan bergaul erat dengan para
menteri kaum ‘Abbasiyah, golongan Barmakiyah yang sangat berkuasa. Dengan
merosotnya golongan Barmakiyah di kalangan istana, Jabir juga kurang disenangi,
tapi menurut riwayat, ia dapat bertahan hingga pemerintahan al-Ma’mun, meskipun
tahun meninggalnya tak dapat dipastikan.
Ada seorang Yunani dengan nama latinnya Geber yang
memversikan dengan bahasa latin sebuah naskah yang termasuk kumpulan naskah
Jabir. Dalam hal ini tidak dapat dipastikan berapa jumlah karya Geber Latin
yang berasal dari ahli alkhemi Barat, besar dugaan seorang Spanyol, yang
menggunakan nama ahli seni alkhemi ternama itu.
Karya utama Jabir ialah Seratus Dua Belas Buku, untuk keluarga Barmak; Tujuh Puluh Buku, diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Buku
Kesetimbangan yang membahas teori keseimbangan. Jabir tidak hanya menulis
tentang alkhemi di abad pertengahan, tapi juga tentang logika, filsafat, ilmu
medis, guna-guna (ocult), fisika,
mekanika dsb.
b.
Abu
Yusuf Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi (± 185 H/801M-260H/873M)
Al-Kindi, Alkindus (filosof bangsa Arab) yang
berasal dari Arab. Nenek moyangnya
berasal dari Kufa, ayahnya menjadi Gubernur di tempat itu. Masa mudanya ia
lewati di Kufa, yang menjadi satu pusat sains. Ia mempelajari juga ilmu
filosofis setelah pergi ke Baghdad. Pada waktu itu gerakan terbesar dalam
penerjemahan bahasa Arab telah dimulai. Ia paham bahasa Syiria dan barangkali
sedikit bahasa Grika dan ia kenal sekali dengan karya-karya ilmiah dan
filosofis Greko-Hellenstik.
Beberapa lamanya ia terpandang tinggi dikalangan istana tapi pada akhir usianya
ia dilupakan orang.
Al–Kindi tergolong filosof-saintis Muslim pertama.
Minatnya ensiklopedik. Ia menulis sekitar dua ratus tujuh puluh makalah, yang
sebagian besar kini hilang, mengenai logika, filsafat, semua bidang matematika
dan juga musik, obat-obatan dan kehidupan binatang. Ia
pendiri aliran filsafat Peripatetik Islam dan sangat dihormati di Barat pada abad
pertengahan dan pada masa Renesans sehingga ia dipandang sebagai tokoh
astrologi, dan Cardano menyebutnya seorang dari dua belas tokoh besar
intelektual umat manusia. Murid utamanya adalah ahli geografi dan matematika
ternama, sementara pengaruh filsafatnya dapat dilihat jelas dalam tulisan
al-Farabi dan karya Peripatetik Muslim kemudian setelahnya.
c.
Hunain
Ibn Ishaq (194 H/810 M- 263 H/ 877 M)
Hunnain, nama Latinnya Joannitius, seorang dari
cendekiawan Kristen yang memberi andil berarti bagi kebangkitan sanit Islam.
Sebagai penerjemah dan penyalur sains Grika. Ia lahir di Hira, ayahnya seorang
apoteker. Ia belajar di Jundishapur dan Baghdad dibawah bimbingan dokter
ternama Ibn Masawaih (Mesue Senior) dan merantau ke Anatolia untuk melengkapi
pengetahuan bahasa Grika. Ia dan murid-muridnya, termasuk putra dan
kemenakannya, membuat terjemahan naskah yang paling tepat dengan baik dari
bahasa Grika dan Syiria ke dalam bahasa Arab dan memainkan peran besar dalam
peningkatan kaum Muslimin yang mendadak pada sains Griko-Hellenistik.
Hunain sendiri adalah seorang dokter ternama, yang
karyanya dikutip karena berbobot oleh berbagai pengarang Muslim kemudian. Ia
juga menulis tentang Astronomi, meteorologi dan terutama filsafat. Karyanya, Aforisma filosof dalam versi Ibraniamat
terkenal di Barat dan ia khusus terpandang karena pengkajian dan
penerjemahannya atas filsafat Galen.
d.
Tsabit
Ibn Qurrah (211 H/ 866 M atau 221 H/866 M -288 H/901 M)
Tsabit berasal dari Sabea di Harran, tempat yang
terdapat pemujaan agama berpusat pada simbolisme planet.
Pemujaan yang tertarik sekali dalam tradisi matematik dan mistik Phytagoras,
berkelanjutan kedalam periode Islam. Seperti umumnya anggota masyarakat ini,
Tsabit menguasai matematika dan astronomi. Dikarenankan perbedaan agama dengan
masyarakatnya ia pindah ke Baghdad dan beruntung dalam perjalanan ia bertemu
dengan ahli matematika besar dan
berpengaruh, Muhammad Ibn Musa Ibn Syakir, yang melihat kepintaran Tsabit dan
mengambilnya sebagai murid.
Tsabit cepat masyhur di Baghdad dan menjadi
astronomi di istana. Tsabit adalah penerjemah besar. hampir sama pentingnya
seperti Hunain dan menulis karya abadi dalam ilmu medis dan filsafat seperti
Hunnain juga. selain itu, ia menulis banyak naskah tentang astronomi, teori
bilangan, fisika dan cabang ilmu matematika lainnya, yang amat besar
pengaruhnya terhadap saintis Muslim. Gema dari pandangan ilmiahnya, terlebih
lagi tentang teori “getaran” (trepidation)
terdengar sepanjang abad pertengahan di Barat.
e.
Muhammad
Ibn Musa al-Khawarazmi (meninggal ± 249 H/863 M)
Al-Khawarazmi, ahli matematika Muslim pertama yang
mencolok, pemula sejarah matematika yang sebenarnya di kalangan Muslim,
dilahirkan di Khawarazm (Khawarizm menurut orang Eropa), Khiva sekarang. Ia
tinggal di Baghdad dan mengembara ke India untuk mempelajari sains India. Ia
menjadi saintis terkenal di istana
al-Ma’mun dan turut serta mengukur derajat busur bersama komisi ahli astronomi
yang di bentuk oleh al-Ma’mun untuk tugas ini.
Karyanya berupa sintesa karya matematik dari generasi
sebelumnya, punya pengaruh hebat, lebih besar dibanding ahli matematika
dimanapun. Tulisannya, Aljabar (al-Jabar
wal-Muqabalah), karya pertama Muslim dalam aljabar memberikan nama untuk
sains ini di Timur dan Barat. Ia memperkenalkan bilangan India kepada dunia
Muslim dan melalui bilangan “Arab”. Bukan hanya itu tapi ilmu astronomi,
geografi, algorisme yang berarti aritmatika dalam sebagian besar bahasa Eropa
dan sekarang digunakanuntuk metode penghitungan yang telah menjadi satu aturan
yang tetap.
f.
Muhammad
ibn Zakariya ar-Razi (± 251 H/865 M - 313 H/925 M)
Ar-Razi, nama Latinnya Rhazes, terkadang disebut
“Galennya Arab”, ialah doklter klinis terbesar islam, ternama di Barat dan di
Timur. Wibawanya dalam ilmu medis diatas hanya oleh Ibnu Sina, yang dilebihinya
dalam hal daya observasi. Ia lahir di Ra’i, dia adalah seorang pemain kecapi
ketika usia 30tahun pindah ke alkhemi. Ia mempelajari ilmu medis dan barangkali
filsafat dari “Ali Ibn Rabban” at-Thabari.
Dengan cepat ia menjadi direktur rumah sakit di Rai
dan Bahgdad. Banyak siswa yang datang untuk berguru kepadaya karena
pengetahuannya dan keramahannya terhadap siswa dan pasien. Ia terus menulis dan
belajar hingga buta, yang membuatnya kembali ke Rai melewatkan sisa hidupnya.
Pengaruh ar-Razi dalam dunia Islam dan juga Barat
terutama adalah di bidang medis dan alkhemi. Dalam dua bidang ini ia diakui
sebagai ahli besar. Sedikit dari berbagai karyanya adalah Pengendalian Diri (Al-Hawi),
Naskah tentang cacar dan campak (dikenal
dengan bahasa Latin adalah De Pestilentia atau De Peste). Menurut
al-Birruni, yang membuat penelaahan khusus mengenai tulisan ar-Razi,
menyebutkan ada 184 karya. Kebanyakan telah hilang, terutama karya filosofis
yang hanya tinggal sedikit.
g.
Abu
Nasr al-Farabi (± 258 H/870 M – 339 H/950 M)
Al-Farabi, dalam bahasa latin Alpharabius, filosof
besar peripatetik kedua setelah al-Kindi, lahir di Farab daerah Transoxiana.
Ayahnya seorang jenderal yang sanggup membuat dirinya belajar kepada guru-guru
terbaik. Latihan awalnya dalam bahasa dan agama hingga ia menguasai semua
bahasa dengan baik. Ia pindah ke Baghdad (pusat ilmu pengetahuan) di sini ia
belajar dengan orang kristen. Ia mendapat sebutan “Guru Kedua” setelah
Aristoteles, karena ia adalah orang pertama dalam Islam yang mengklasifikasikan
sains keseluruhan dari tiap cabang ilmu.
Diantara 70 karya al-Farabi yang dikutip setengahnya
mengenai logika – dialah penegak sains ini dalam Islam karyanya adalah
fisika, matematika, etika dan filsafat, politik, dalam hal ini ia adalah
perintisnya. Ia adalah sufi praktis dan semangat Sufi yang menjiwai karyanya,
ahli teori musik terkemuka pada abad pertengahan yang beberapa karya musiknya
tetap hidup dalam ritus persaudaraan Sufi, terutama di Anatolis hingga zaman
modern.
h.
Abu’l
Hasan al-Mas’udi (meninggal 345 H/956 M)
Seorang sejahrawan dan saintis ternama Islam,
al-Mas’udi lahir dekat Baghdad. Ia adalah pengembara dunia, berkeliling di
Persia, Asia Tengah, India dan Timur Dekat, dan menurut riwayat tradisi onal,
melayari Lautan Cina ke Madagaskar. Sepuluh tahun terakhir hidupnya dilalui
mula-mula di Syiria dan kemudian di Mesir, tempat ia meninggal.
Al-Mas’udi termasuk kelompok sejarawan universal
seperti at-Thabari dan al-Ya’qubi. Tulisannya Padang Rumput Emas dan Tambang batu Permata adalah karya khas yang
patut dicatat. ini adalah bukti bahwa ia adalah seorang sejahrawan, ahli
geografi, ahli geologi, dan “zoologis”.
i.
Abu
‘Ali al-Husain Ibn Sina (370H/ 980M – 42H/1037 M)
Ibn Sina, Avicenna dalam bahasa Latin, yang diberi
gelar kehormatan oleh bangsanya Syaikh
ar-Rais, “Pemimpin para Cendekiawan” adalah filosof-saintis terbesar Islam
dan tokoh paling berpengaruh dalam bidang seni dan sains. Lahir dekat Bukhara
dalam keluara yang gemar belajar,ia mendapatkan pendidikan yang sangat baik.
Ayahnya mencarikan guru terbaik yang akhirnya baru umur 10 tahun ia sudah
menguasai gramatika, sastra, theologi, dan hafal Quran. Pada usia 18 ia
menguasai semua sains. Pada akhir hidupnya ia menulis, bahwa waktu itu ia hanya
tahu apa yang dipelajarinya di masa mudanya.
Pada saat keadaan politik di Asia Tengah dan ayahnya
meninggal, ia pindah ke berbagai kota di Persia, ia mulai hidup mengembara dan
terkenal sebagai dokter karena sering dimintai bantuannya. Ia tinggal di Rai
kemudian di Hamdan nenjadi menteri dan mendapatkan kesukaran politik, pindah ke
Isfahan (tempat yang damai) di tempat ini ia berperan sebagai dokter untuk para
pangeran Dinasti Buwayhi (pemerintahan Persia), ketika mendekati ajal ia pindah
lagi ke Hamdan, tempat ia meninggal dan dijadikanlah mausoleumnya sekarang.
Ibnu Sina seorang yang energik sekali. Dalam waktu
sempitnya dengan soal negara, ia menyempatkan untuk menulis 250 karya yang
berbeda panjangnya, beberapa diantaranya benar-benar didiktekan waktu menunggang kuda, kala ia
menemani raja menuju medan pertempuran. daya konsentrasi dan ketajaman
mentalnya amat terkenal di dunia Timur. Diantara karyanya yaitu Kitab As-Syifa dan yang termasyhur
yaitu Qanun (Aturan Pengobatan), yang
merupakan ikhtisar pengobatan islam dan diajarkan sampai sekarang di Timur.
Buku ini di cetak ke bahasa Latin dan diajarkan berabad lamanya dan paling
banyak dicetak dimasa Renesans.
Pengaruh Ibnu Sina bagi Timur maupun Barat sangatlah
besar. Dalam dunia Islam semangatnya mendominasi aktivitas intelektual dari
semua periode sesudah sedangkan filosofi dan ilmu medisnya berlanjut dan hidup
sampai saat ini. Dunia Barat mengenalnya “Pangeran Para Dokter” dan mendominasi
sains medis berabad-abad lamanya.
j.
Abu
‘Ali al-Hasan ibn al-Haitsam (±354 H/965 M – 430 H/1039 M)
Ibn al –Haitsam, ahli fisika Muslim terbesar,
dikenal di Barat dengan nama Alhazaen, lahir di Basra, tempat ia belajar
matematika dan sains. Ia dikenal menulis hampir 200 karya tentang matematika,
fisika, astronomi dan ilmu medis, juga subyek yang lain. Dalam bidang fisikalah
ia sangat ahli karena ia adalah seorang pengamat eksak, peneliti, juga ahli
teori.
Karya besarnya, optics ialah suatu karya terbaik
pada abad pertengahan, karya yang mempengaruhi tulisan tentang optika dari
Roger bacon, Witelo dan kepler di barat dan berpengaruh pada naskah banyak
saintis Muslim sesudahnya. Al-Haitsam juga punya sahamberarti dalam pengkajian
anatomi dan penyakit mata.
k.
Abu
Raihan al-Biruni (326 H/973 M - ±442 H/1051 M)
Beberapa ahli menganggapnya sebagai saintis Muslim
terbesar karena ia adalah tokoh intelektual terkemuka Islam. Ia lahir di dekat
Khawarzm, belajar matematika di Abu ‘l-Wafa’ yang termasyhur. Ketika ia
melakukan perjalanandi daerah Utara Persia dan ketika mahmud dan Ghazna
menaklukan Asia Tengah, ia turut mengabdikan diri kepada penguasa perkasa ini.
Setelah itu al-Biruni kembali ke Ghazna, tempat ia menulis dan belajar hingga
akhir hidupnya yang kaya itu.
Dari sejumlah 180 karya yang diketahui, salah satu
tulisannya Kronologi Bangsa Kuno yang membahas penanggalan dan hari-hari raya
berbagai bangsa adalah unik. Ia juga penulis terkenal mengenai fisika, geografi
matematika, astronomi dan astrologi,
mineralogi dan hampir semua cabang matematika.
l.
Abu
‘l-Qasim Maslamah al-Majrithi (meninggal ± 398 H/ 1007 M)
Sedikit sekali diketahui tentang kehidupan saintis
Andalusia ini, yang merupakan seorang dari yang mula-mula memperkenalkan kajian
sains, terutama matematika dan alkhemi kepada dunia Islam bagian Barat.
Diketahui bahwa ia lahir di Madrid kemudian pindah ke Cordova, tempat ia
mendirikan sekolah, yang kelak menjadi tempat belajar tokoh-tokoh seperti sejahrawan Ibn Khaldun
dan ahli kedokteran az-Zahrawi.
Meski ia menulis tentang astronomi dan matematiika
dan ternyata membuat komentar mengenai tabel-tabel Khawarazmi, karya utamanya
adalah dalam bidang alkhemi. Langkah
Orang Bijak dan Tujuan Orang Arif adalah dua karyanya, Naskah terakhir yang
diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul Picatrix
dan menjadi tonggak utama literatur alkhemi di Barat.
m.
Abu
Hamid Muhammad Al-Ghazali (450 H/1058 M – 505 H/ 1111 M)
Al-Ghazali (Latinnya Algazel), lahir di Thus, ketika
muda ia berkenalan dengan Sufi kemudian ia pindah ke Naisypur untuk belajar
theologi dari al-Juwaini. Ia menjdai demikian masyhur sebagai ahli theologi dan
sains agama.
Karya religiusnya yang terpenting adalah Penggalakan Kembali Sains Religius (Ihya’
‘Ulumuddin), yaitu karya Muslim paling terkenalmengenai etika spiritual.
Namun kehebatannya dalam bidang ini
bukan dalam mengulas tapi memberikan kritik. dalam karyanya yang
diterjemahkan ke bahasa Latin, Tujuan
Para Filosof (Maqasid al-Falasifah), Tidak
Koherennya Para Filosof (Tahafut al-Falasifah), dimana ia menyerang
tendensi rasionalistis yang inheren dalam filsafat Aristoteles dan mengkritik
pandangan Ibn Sina dan al-Farabi.
Dengan mengurangi pengaruh filsafat Peripatetik di
dalam Islam dan mengesahkan pengajaran Sufisme dilingkungan keagamaan yang
resmi itu artinya ia membantu menyebabkan transformasi intelektual dalam dunia
Islam, yang terjadi selama abad ke-6 H/ 12 M. Dalam semua hal ia adalah seorang
dari tokoh-tokoh yang religius dan Intelektual Islam yang paling terkemuka.
n.
Abu
‘l-Fath ‘Umar Ibn Ibrahim al-Khayyami (Umar Khayyam) (lahir 429 H/ 1038 M -
440 H/ 1048 M, wafat 517 H/ 1123 M - 526 H/ 1132 M)
Umar Khayyam adalah seorang penyair Persia
termasyhur di dunia Barat, Ia juga adalah seorang saintis terkemuka dari abad
pertengahan yang lahir dan wafat di Naisypur. Pada tahun 467 H/1074 M- 75 M, ia
telah menjadi ahli matematikaterkenal dan ia ditugaskan oleh Maliksyah
memperbarui kalender Persia. Ia sangat kagum kepada Ibn Sina dan menganggap
bahwa ia adalah muridnya Ibn Sina. Dan ternyata ia menerjemahkan satu karya Ibn
Sina kedalam bahasa Persia.
Kira-kira selusin naskah Khayyam tentang filsafat
dan sains yang masih terpelihara, yang terpenting adalah Aljabar yang merupakan matematika di abad pertengahan. Selain itu,
ia menulis geometri dan fisika juga metafisika. Khayyam mungkin mungkin tokoh
satu-satunya dalam sejarah, yang selain penyair besar juga ahli matematika
terkenal. Dalam Islam juga ada beberapa tokoh lain yang berhasil dalam kedua
bidang ini, tapi tidak dengan bakat yang dimiliki Khayyam.
o.
Abu
‘l-Walid Muhammad ibn Rusyd (520 H/1126 M – 595 H/ 1198M)
Ibn Rusyd atau Averroes, pengikut termurni
Aristoteles diantara filosof Muslim,
Lahir di Cordova dari keluarga terkenal, yang terdiri dari ahli hukum dan
sarjana keagamaan. Ia belajar ilmu kedokteran dan hukum di Cordova dan kemudian
merantau ke Marrakesh untuk melanjutkan studinya. Ia adalah seorang hakim di
Sevilla Cordova dan dokter pribadi khalifah. Pada usia tuanya ia di serang
karena pandangan filosofisnya, tetapi diangkat kembali ke jabatan terhormat di
istana tidak lama sebelum ia meninggal, Ternyata bagi dunia Islam pengaruh Ibn
Sina lebih besar dibanding Ibn Rusyd.
Di Barat, Ibn Rusy dipandang sebagai pemikir Islam
yang paling besar pengaruhnya. Kenyataannya sebagian besar karyanya yang masih
ada waktu ini adalah versi Latin dan Ibrani. Karyanya diterjemahkan kedalam bahasa
Ibrani dan Latin tidak hanya pada abad ke-7 H / ke-13 M tetapi juga dalam abad
ke-10 H / ke-16 M.
p.
Nashiruddin
at-Thusi (597 H/1201 M – 672 H/ 1274 M)
Setelah Ibn Sina tokoh yang dominan ialah
Nashiruddin at-Thusi. Ia lahir di Thus belajar matematika dari Kamalauddin Ibn
Yunus dan jadi terkenal sebagai ahli astronomi. Ia
mengahabiskan masa tuanya di Maragha dan kemudian menjelang akhir hidupnya ia
pindah ke Kazimani dekat Baghdad, disini ia meninggal dunia dan dimakankan di
sebelah Musa al-Kazim, Imam Syiah yang ketujuh.
Nashiruddin at-Thusi hanya menulis dalam bahasa Arab
maupun Persia. Ia menghidupkan kembali filsafat Ibn Sina dengan menjawab
serangan ahli theologi terhadap Ibn Sina. Ia adalah pengarang Etika Nasiriah,
karya soal etika dari bahasa Persia, yang paling banyak dibaca. Sebagai syiah
Duabelas Iman, ia juga mengarang beberapa karya tentang theologi Syiah,
termasuk Pensucian (Tajrid).
Di dunia barat hanya karyanya mengenai astronomi dan
matematika yang diterjemahkan, tapi ini jadi penting sekali dan berpengaruh
sepanjang bagian akhir abad pertengahan dan pada masa Renesans.
q.
Quthbuddin
as-Syirazi (634 H/ 1236 M – 710 H/ 1311 M)
Murid paling ternama dari Nashiruddin at-Thusi,
lahir di Syiraz dari keluarga dokter. Ia menjelajah ke seluruh Persia, Syiria
dan Asia kecil. kemudian ia pergi ke Mesir dimana ia tinggal beberapa lamanya
dan lantas kembali ke Persia, menetap di Tabriz, kota tempat ia meninggal.
Banyak karyanyanya mengenai optika,
geometri, astronomi, geografi, filsafat dan ilmu agama. Seperti kebanyakan
tokoh masa akhir sejarah Islam, meskipun masyhur di Timur, ia tidak terkenal di
Barat.
r.
‘Abdul
Rahman Abu Zaid Ibn Khaldun (732 H/ 1322 M – 808 H/ 1406 M)
Ibnu Khaldun adalah seorang filosof sejarah dan
cendekiawn sains tentang perilaku manusia yang asli berasal dari Yaman dan
menetap di Spanyol. Ia sendiri lahir di Tunis, tempat ia belajar ilmu agama dan
filsafat, dan ia amat tertarik pada ajaran Nashiruddin at-Thusi. Akhirnya ia
menetap di Kairo, tempat ia meninggal.
Karyanya, matematika, theologi dan metafisika dan
karyanya yang terbaik adalah Kitab
al-‘Ibar (Contoh Pelajaran dan Catatan tentang Asal dan Peristiwa Mengenai
Bangsa Arab, Persia, Berberdan Orang Sezaman Mereka, yang mempunyai kekuasaan
Besar),
selain memuat sejarah yang baik tentang Afrika Utara diawali dengan Muqoddimah
dan Prolegomena, inilah dasar kemasyhuran khas Ibn Khaldun. Karya ini
membuat Ibn Khaldun menjadi ahli ilmu humaniora dan kebudayaan.
s.
Bahauddin
al-‘Amili (953 H/ 1546 M – 1030 H/1621 M)
Dalam sejarah peradaban Islam, Bahauddin al-‘Amili
pun tercatat karena genius dalam banyak bidang. Ia lahir di Baabek (Libanon),
ayahnya membawa ia ke Persia, yang di bawah kekuasaan Safawi. Bahauddin
al-‘Amili bukan saja seoarng ahli theologi
dan Sufi, tapi ia juga ahli matematika , arsitek, ahli kimia dan ahli
guna-guna (occultisme) yang terkenal.
Bahauddin al-‘Amili barangkali tokoh pengetahuan
universal terakhir dalam Islam, yang geniusnya menyinggung semua bidang ilmu.
Seperti para pendahulunya, Bahauddin al-‘Amili ingin mewujudkan ideal untuk
menyatukan ilmu, yang selalu diusahakan Islam untuk dikembangkan dan dilaksanakan.
3. Bidang
Bahasa dan Sastra.
Kaum Barat, terutama para penyair Spanyol,
terpengaruh besar dengan sastra Arab. Sastra kepahlawanan, semnagat perjuangan,
majas, fiksi yang bernilai tinggidan indah memasuki sastra-sastra Barat melalui
jalur sastra Arab di Andalusia secara khusus. Penulis Spanyol Abaniz yang
termasyur mengatakan, “Sesungguhnya bangsa Eropa tidak mengenal syair-syair
kepahlawanan, tidak memperhatikan etiks-etikanya, dan semangat perjuangannya
sebelum datangnya orang Arab ke Andalusia dan menyebarnya para pejuang dan
pahlawan mereka ke belahan Selatan.”
Ibnu Hazm dengan kitabnya yang masyhur Thauq
Al-Hamamah berpengaruh besar pada penyair Andalusia dan Spanyol Selatan ketika
kelompok kaum muslim bercampur dengan kelompok Masihi. Ketika itu bahasa Arab
merupakan bahasa yang umum dan elit. Dalam banyak istana kerajaan kristen para
penyair kristen dan para penyair muslim berkumpul di istana kerjaan. Di
dalamnya terdapat penemuan manuskrip dari zaman Alphonse X raja Castille. Dalam
manuskrip ini terdapat gambar dua penyair yang sedang menyanyi bersama-sama
dengan memakai gitar. Salah satunya penyair Arab dan yang yang lainnya penyanyi
kristen.
Mengenai pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa-bahasa
Eropa, Dieter Meissner.
mengatakan, “Sesungguhnya pengaruh bahasa Arab, bahasa lapisan atas,
terhadap bahasa-bahasa yang terdapat di Iberia telah menempatkan bahasa
Catella, Portugal dan Catali ke tempat istimewa di antara bahasa-bahasa
Romansa. Pengaruh-pengaruh Arab tidak terbatas kepada semenanjung Iberia saja.
Bahasa Arab bahkan menjadi pentransfer bahasa-bahasa Iberia ke bahasa-bahasa
lain seperti bahasa Prancis.”
Kita tidak perlu menyebutkan kata-kata serapan dalam
bahasa-bahasa Eropa dari bahasa Arab dalam berbagai segi kehidupan. Bahkan
sebagian kata serapan itu masih persis dengan bahasa aslinya, seperti Quthn
(kapas), Harir Dimasyqi (sutera Damaskus), Misk(minyak misk), Syarab (minuman),
Jarrah (guci/bejana), Limun (lemon), shifr (nol), dan kata-kata lain yang tidak
terhitung jumlahnya.
Demikianlah peradaban Arab-Islam yang telah
memberikan pencerahan di belahan dunia Eropa dalam bidang bahasa dan sastra.
4.
Bidang Pendidikan dan
Muamalah
Sesungguhnya peniruan di bidangilmu, seni, dan syair
merupakan suatu hal yang dapat dirasakan dengan jelas, karena ia merupakan
pengaruh materi yang dapat diketahui dengan jelas dan teliti. Adapun pengaruh
sosial dan kemanusiaan (pendidikan dan muamalah) dapat diketahui namun tingkat
kejelasannya masih dibawah bidang ilmu, seni, dan syair.
Ketika masa pengaruh bidang sosial tersebut lebih
lama, maka perkembangan sosialnya pun lebih banyak dan lebih jelas. Selain
itu, masalah-masalah sosial biasanya
berkaitan dengan kebudayaan, filsafat dan agama dimana ketiga-tiganya merupakan
medan konflik antara Islam dan Barat hingga sekarang.
Oleh karena itu, dalam masalah-masalah ini pengarang
tidak menyebutkan perbandingan-perbandingan, karena berdasarkan kenyataan
banyak hal-hal yang diakui Islam tidak sampai ke Barat hingga sekarang
disebabkan sisi-sisi yang merupakan pengaruh peradaban Islam.
Pada tahun 890M, ketika Alfonso besar menginginkan
seorang pendidik untuk putranya ia memilih dua orang muslim Cordova demi
keberhasilan putranya. Hal itu disebabkan ia tidak menemukan orang yang pantas
dari kaum Nasrani untuk tugas ini.
Ketika kaum muslimin berhasil menaklukan sebagian
penduduk Andalusia (Nasrani) lebih memilih untuk pindah ke Prancis daripada
hidup di bawah kekuasaan Islam dengan alasan agar hidup dibawah naungan para
penguasa Nasrani yang seagama dengan mereka. Berkaitan dengan hal ini Thomas
Arnold
mengatakan, “Sesungguhnya
orang-orang yang berpindah ke Prancis agar hidup dibawah naungan Nasrani
sebenarnya tidak berubah menjadi lebih baik daripada keadaan saudara-saudara
mereka yang seagama yang mereka tinggalkan (maksudnya penduduk nasrani yang
yang tetap tinggal di Andalusia di bawah pemerintahan Islam).
Akan tetapi kondisi mereka setelah bercampur dengan
kaum muslimin mengalami perubahan. Will Durrant mengatakan,” Orang-orang Eropa
yang menduduki dua negeri ini (Syiria dan palestina saat perang Salib) telah
berhias dengan hiasan Islam secara sedikit demi sedikit. Hubungan mereka dengan
kaum muslimin dikawasan tersebut menjadi semakin kuat. jarang sekali diantara
dua bangsa tersebut ada yang saling menjauhi atau memusuhi. Adapun sikap
Salahuddin Al-Ayyubi terhadap pasukan Salib setelah berhasil membebaskan kota
Baitul Maqdis telah mendapat apresiasi dari kalangan Barat sendiri.
Kita menemukan
Maxine Rodinson
mengatakan, ”Musuh terbesar, Salahuddin Al-Ayyubi telah menimbulkan kekaguman
yang luas dikalangan Barat. Ia telah melakukan peperangan dengan menjunjung
tinggi sisi kemanusiaan dan kepahlawanan, walaupun jarang ada orang yang
membalas atas sikap baiknya ini. Diantara mereka yang paling penting adalah
Richard (raja Inggris waktu itu,edt) sang hati singa.
Thomas Arnold mengatakan,” Tampak jelas bahwa akhlaq
Salahuddin Al-Ayyubi dan kehidupannya yang penuh dengan kepahlawanan yang
menimbulkan pengaruh besar dan sihir yang khusus di telinga Nasrani. Bahkan
sebagian dari kaum Nasrani, meninggalkan kaumnya dan bergabung dengan kaum
muslimin.
Will Durrant mencatat kekaguman para sejahrawan
nasrani terhadap keagungan Salahuddin Al-Ayyubi. Ia mengatakan,” Salahuddin
Al-Ayyubi adalah orang yang berpegang teguh pada agamanya hingga titik paling
dalam. Ia sangat jeras terhadap pejuang tempat ibadah dan rumah sakit. akan
tetapi, biasanya ia sangat kasihan terhadap orang-orang yang lemah dan
terkalahkan.
Ia bersikap mulia dengan memenuhi janjinnya sehingga menjadikan para sejahrawan
Nasrani merasa heran, bagaimana agama Islam (yang salah dalam pandangan mereka)
mencetak tokoh yang mencapai keagungan seperti ini.
Sesungguhnya 13 abad yang sebelum masa Salahuddin,
Islam telah memiliki slogan sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits Nabi
Muhammad Saw, “Kalian adalah anak Ada, Adam tercipta dari tanah, tidak ada
keutamaan bagi bangsa Arab atas ajam, orang yang berkulit hitam atas orang yang
berkulit merah, dan orang yang berkulit merah atas orang yang berkulit
hitamkecuali dengan takwa.”
Perlu kami tegaskan bahwa diskriminasi ras dalam
hubungan antara manusia masih saja kita temukan hingga sekarang di Eropa,
terutama di negeri Prancis Jerman. Gustave Le Bon mengatakan, “Sesungguhnya
bangsa Arab telah mempraktikkan ruh persamaan secara mutlak sesuai dengan
norma-norma mereka, dan bahwa persamaan yang didengungkan di Eropa, hanya dalam
ucapan, namun tidak dalam praktik, telah mengakar kuat dalam karakteristik di
Barat, dan sampai sekarang tetap masih ada.
Sesungguhnya sejak 14abad yang lalu slogan Islam
dalam memperlakukan para tawanan sebagaimana firman Allah SWT, “ Maka tawanlah
mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima uang tebusan
sampai perang berhenti.”(QS. Muhammad : 4)
Islam telah memiliki konsep itu sejak 14 abad yang
lalu. Kemudian kesepakatan jenewa tahun 1949 tentang hak-hak tawanan perang
baru muncul. Dan kesepakatan ini tidak sampai sejauh konsep Islam tentang
tawanan perang.
5. Bidang
Seni
Melalui jembatan-jembatan yang menghubungkan
peradaban Islam dengan Eropa, sebagaimana yang telah di paparkan sebelumnya,
gaya-gaya arsitektur, bangunan, hiasan, dan seni-senilain berpindah ke negeri
Eropa. Pengaruh seni-seni Islam terhadap peradaban Barat tampak jelas. Banyak
fakta yang menunjukkan sumber Islam itu ada dalam setiap pemikiran dan bentuk
bermacam-macam seni Eropa.
Diantara hal yang menyedihkan adalah
tambahan-tambahan yang diberikan oleh sebagian seniman Barat terhadap
bentuk-bentuk seni Islam dengan tujuan tanpa memperhatikan kandungan makna
kalimat-kalimat yang mereka tukil dari bahasa Arab atau mengetahui pesan yang
ingin disampaikan seniman muslim dari suatu hiasan. Yang mereka lakukan adalah
mengubah suatu bentuk tsnps mengetahui isi, sekira tampak megah dan mengagumkan
dari luar.
Untuk hal ini Gustave Le Bon mengambil
contoh drai seni kaligrafi Arab. Ia mengatakan,” Kelayakan seni kaligrafi
menjadi hiasan yang indah telah mencapai tingka dimana tokoh-tokoh seniman dari
kaum Nasrani pada abad-abad pertengahan dan masa kebangkitan banyak menulis
tulisan-tulisan Arab di tembok-tembok bangunan gereja untuk hiasan tanpa
memperhatikan hal-hal yang lain. Mereka melakukannya hanya dorongan keindahan.
Lungabrih, Moinseun Lavara dan lainnya menyaksikan tentang banyak hal yang
masalah itu di Italia. Di antara hal yang disaksikan Moinseun Lavara, di tempat
barang-barang di Katedral Millano.
Terdapat
sebuah pintu yang dibangun dengan model gambar dua kompas. Pintu tersebut
dilingkari dengan batu yang tersusun dari kalimat-kalimat Arab yang
berulang-ulang. Tulisan-tulisan Arab juga terdapat disekitar kepala Al-Masih
yang digambar diatas pintu-pintu Arab Santo Petrus dan Santo Paulus.” kemudian
Gustave lavara mengatakan, “Di antara hal-hal yang membuat saya sedih adalah
penulis khat tersebut tidak menulis terjemahan kalimat-kalimatnya. Bisa jadi
kalimat yang ada disekitar kepala Al-Masih adalah La ilaha Illallah Muhammadun
Rosulullah ( Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah).
Demikianlah,
apabila seni kaligrafi huruf Arab telah banyak mempengaruhi metode dan
pandangan banyak seniman Eropa, maka sebenarnya tulisan Arab Islam adalah salah
satu unsur terpenting yang dihasilkan kesenian Arab Islam, dengan segala
bentuknya yang beragam, kekayaan pluralitas yang melimpah dan kemampuan
pengekspresian dengan berbagai bentuk-bentuk telah banyak mempengaruhi
pandangan dan arah kreasi para seniman Eropa.
Pengaruh ini dimulai sejak perang salib, dimana
orang-orang Eropa banyak berhubungan dengan kaum muslimin Arab. Orang-orang
Eropa banyak terpengaruh dan dibuat kagum begitu menemukan kaum muslimin Arab
yang memiliki banyak corak ornamen dalam kesenian. Mereka pun mengadopsinya
dalam karya seni mereka dan Giotto adalah seniman pertama yang menggunakannya
di papan lukisannya. Demikian pula pelukis Florentin Flippo Lippi yang
menggunakan tulisan Arab untuk membatik pakaian di abad XV. Florence juga
mengambil manfaat dari Ferickyu dari tulisan Arab ketika membentuk ornamen
papan penghormatan para raja yang telah tersimpan di Florensia.
Demikianlah, dengan nilai keindahan yang melimpah,
kesenian Islan telah mampu mempengaruhi paham-paham seniman bangsa Eropa.
Pengaruh itu terlihat jelas dalam pembuatan kreasi, karya seni mereka yang
bermacam-macam. Dalam pandangan sekilas saja, mereka telah mampu menemukan
banyak inspirasi untuk menciptakan karya-karya seni. Mereka juga mendapatkan
corak-corak baru yang menimbulkan kesan dan dasar hidup, apabila dikomparasikan
kehidupannya, akibat terpenuhinya gerakan dan kesan hidup dalam susunan-susunan
Arabesque dan kaligrafi-kaligrafi tulisan Arab.
1.
Masjid
Jami’ Cordoba
Kota
Cordoba saat ini masih menyimpan peninggalan dari kejayaan Islam di masa lalu.
Di antaranya adalah masjid Jami’ Cordoba. Masjid
Jami’ Cordoba, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak. Namun
demikian, keindahaan arsitekturnya tetap memukai para pengunjung yang ingin
melihat kejayaan dinasti Umayyah yang dimulai dari kedatangan panglima Thariq
bin Ziyad.
Masjid ini terletak
sekitar 166 km di sebelah tenggara Madrid, ibukota Spanyol, Masjid Cordoba
berdiri megah di kaki bukit Siera de Montena pada sisi barat Sungai Guadal
quiver. Masjid Cordoba adalah bangunan peninggalan bangsa Umayyah, yang kini
berubah menjadi Kathedral Mezquita.
Bangunan Masjid ini
memiliki ruangan dalam untuk Shalat yang berbentuk persegi panjang dikelilingi
oleh lapangan terbuka, seperti model masjid-masjid yang dibangun di Suriah dan
Irak. Masjid Jami’ Cordoba ini memiliki ciri khas gaya arsitektur Moor yaitu
memiliki pilar penyangga yang berjumlah 856 buah. Bagian dalam Masjid Cordoba,
penuh dengan ukiran-ukiran motif Arab dilengkapi dengan khat (huruf AlQur'an)
yang sangat indah, sehingga tidak kalah indahnya dengan arsitektur masjid
Nabawi di Madinah. Masjid ini juga memiliki tiang-tiang penopang dari batu-batu
granit gunung yang saling memantulkan cahaya, sehingga cukup dengan cahaya
matahari saja mampu memberikan penerangan yang luar biasa di masjid ini.
Pada abad ke 16 Masjid
Cordoba jatuh ke tangan kaum Kristen, masjid ini diubah fungsinya menjadi
gereja, bagian tengah mesjid dibongkar dan ditambahkan katedral bergaya gothic,
sedangkan menara mesjid dirubah menjadi menara lonceng gereja, selebihnya masih
tetap dipelihara dan dipertahankan keasliannya. Walaupun Masjid Jami’ Cordoba
telah beralih fungsi sebagai gereja, namun dunia tetap mengakuinya sebagai
bangunan bersejarah milik Islam, dan pada 15 Desember 1994 ditetapkan oleh
UNESCO sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting
di dunia. Selain itu bangunan ini sangat artistic dan spektakuler. Sehingga
tempat ini merupakan salah satu tempat wisata yang paling banyak di kunjungi di
Spanyol.
Masjid tersebut pada saat ini berfungsi sebagai gereja dengan
nama La Mezquita. Perubahan fungsi masjid menjadi gereja terjadi pada saat
Cordoba jatuh ke tangan kaum Kristen pada 1236.
Motif di dinding masjid
jami cordova
Masjid jami’ cordova tampak dari atas
2.
Masjid Suleymaniye
Sebelum menjadi masjid,
bangunan ini adalah Cathédrale Sainte Sophie. Masjid yang terletak di Nicosia
ini dibangun pada 1209 dan 1228 difungsikan sebagai katedral. Bangunan ini dirancang dengan gaya
Gothic Prancis dari abad ke-13. Raja-raja Siprus di mahkotakan disini hingga
Venesia mengambil alih pulau itu pada 1489.
Bangunan ini mulai
berfungsi sebagai masjid sejak konversi pada tahun 1570. Dinamakan sebagai
Masjid Selimiye sejak tahun 1950. Negara Turki merupakan salah satu Negara di
Eropa dengan peradaban Islam yang besar. Dahulu di negara ini terdapat Dinasti
muslim Ottoman yang menyebarkan Islam hingga ke tiga benua, dengan Istanbul
sebagai ibukotanya. Sehingga kota Istanbul ini sangat kaya akan peninggalan
Islam dan cocok juga dijadikan sebagai tempat wisata.
3.
Masjid Aya Sofya
Hagia Sophia, Sancta Sophia dalam bahasa Latin
atau Aya Sofya dalam bahasa Turki, adalah sebuah bangunan bekas basilika,
masjid, dan sekarang museum, di Istanbul. Saat Konstantinopel ditaklukkan
Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II
turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia
Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya
Sofia. Pada hari jumat langsung diubah menjadi masjid untuk salat Jumat.
Berbagai modifikasi terhadap bangunan segera
dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid. Pada masa Mehmed
II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di Selatan. Selim II (1566-1574)
membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk
mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan
sabit.
Lantas selama hampir 500 tahun Hagia Sophia
berfungsi sebagai masjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah di lepaskan atau
ditutupi cat. Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk mengubah status Hagia
Sophia menjadi museum. Mulailah proyek “Pembongkaran Hagia Sophia”. Beberapa
bagian dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga
ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen. Sejak saat itu, Gereja Hagia
Sophia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di
Istanbul. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah
mempesona.
4.
Masjid Sultan Eyup
Masjid ini terletak di distrik Eyup di sisi
Eropa di kota Istanbul, di luar Benteng Konstantinopel. Dibangun pada 1458, itu
adalah masjid pertama yang dibangun oleh Turki Ottoman setelah penaklukan
Konstantinopel pada tahun 1453.
Masjid itu dibangun di dekat istana Abu Ayyub al-Ansari
yang meninggal selama serangan Arab di Konstantinopel. Makamnya sangat
dihormati oleh umat Islam, menarik banyak peziarah. Beberapa barang pribadinya
diawetkan di dalam kubur.
5.
Darul Madaniyat
Abdul
Rahman I (756-788) adalah seorang pemimpin yang terpelajar, berwibawa dan amat
berminat di bidang kesastraan. Karena begitu cintanya pada bidang itu, ia
mendirikan satu tempat khusus di dalam istananya yang diberi gelar "Darul
Madaniyat" untuk kegiatan
kesusasteraan untuk kalangan wanita Andalus. Setelah masa Abdul Rahman I,
penggantinya juga adalah seorang pemerintah yang menitik beratkan pada bidang
keilmuan. Jasa beliau yang terbesar adalah tentang penyebaran bahasa Arab dan
melemahkan bahasa asing diseluruh semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal).
Beliau yang menjadikan bahasa arab sebagai Lingua
Franca dalam hubungan antar bangsa pada zamannya dan zaman
berikutnya.
Darul Madaniyat dalam Istana Al-Hambra
6.
Perpustakaan
Jika
Abdurrahmn ad-Dakhil adalah pendiri Dinasti Umayah di Andalus. Abdurrahman
An-nashir berhak dikategorikan sebagai khalifah paling sukes di Andalus.
An-Nashir sangat ingin anaknya, Al-Hakam menjadi penggantinya. Ketika An-Nashir
meninggal, Al-Hakam Al-Muthasir naik tahta. Dia merupakan pahlawan besar dan
pemimpin yang bijak. Karena hal itu, Al-Hakam menjadi khalifah yang agung dan
disegani. Dia juga berjasa besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.
Khalifah mendirikan perpustakaan dan menambahnya dengan kitab-kitab penting
sehingga namanya harus dalam memajukan
peradaban.
Ketika peradaban Eropa bergerak ke arah kebangkitan dan
kemajuan terutama dari abad ke-15 sampai sekarang justru kondisi peradaban
Islam yang bergerak ke arah kemunduran dan ketertinggalan. Kendatipun pada abad
ke-19 M telah muncul kesadaran di kalangan masyarakat Islam untuk bangkit
mengejar ketertinggalannya melalui kemunculan berbagai gerakan, aksi dan
pemikiran yang berkembang di kalangan masyarakat Muslim, namun sangatlah
ironis, ternyata gerakan tersebut belum menunjukkan keberhasilannya. Bahkan
yang masih terasa adalah ketertinggalan dalam berbagai bidang yang harus
diterima umat Islam. Pada masa Renaisans, bangsa Eropa mencari jalan untuk
menuju kemajuan. Pada waktu itu bangsa Eropa menghadapi sebuah kekuatan yang
dipandang mereka masih kuat yaitu Kerajaan Turki Utsmani.
Kerajaan Turki merupakan negara adikuasa dalam beberapa
ratus tahun lamanya. Sistem perdagangan mereka menguasai jalur perdagangan yang
menghubungkan Timur dan Barat. Beberapa
penemuan yang menjadikan bangsa Eropa melampaui umat Islam adalah :
1.
Bangsa-bangsa Barat berhasil menciptakan mesin uap.
2.
Bangsa-bangsa Barati mampu menciptakan teknologi perkapalan.
3.
Teknologi senjata militer
Adanya penetrasi Barat ke dunia islam yang berlangsung
selama beberapa abad, tentunya mempunyai dampak tersendiri. Berikut
dampak-dampak yang terjadi akibat penetrasi barat ke dunia islam:
Ø Dampak Negatif
a.
Dalam Bidang Politik
1. Kehancuran politik bangsa yang
dijajahnya.
2. Politik kapitalisme membuat bangsa
yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk keuntungan tanpa menghiraukan
penderitaan orang lain.
b.
Dalam Bidang Ekonomi
1. Kemiskinan akan terus bertambah.
Kesengsaraan Umat Islam akan makin parah.
2. Menimbulkan eksploitasi sumber daya
alam dan sumber daya manusia secara besar-besaran.
c.
Dalam Bidang Sosial Pendidikan
1. Penjajah senantiasa membuat jurang
pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil.
2.
Kaum agamis tidak diperbolehkan berpolitik.
3.
Rakyat kecil tidak diberi hak untuk sekolah.
d.
Dalam Bidang Budaya
1. Budaya yang disebarkan penjajah
dapat merusak agama yang dimiliki bangsa yang dijajahnya.
2.
Pelajar jauh dari agama, mereka dijauhkan dari agama.
Ø Dampak Positif
1.
Tumbuhnya Semangat Nasionalisme Dunia Islam dan Tumbuhnya
Partai untuk kemerdekaan Negaranya.
Melihat kemajuan yang dicapai bangsa
Eropa, Turki menyadari bahwa kaum muslimin telah tertinggal jauh. Oleh sebab
itu, mereka melakukan pembaruan. Caranya dengan belajar dari bangsa-bangsa
Eropa.
2.
Kemerdekaan Negara-Negara Mayoritas Islam.
Adanya semangat nasionalisme
mengantarkan beberapa negeri islam melepaskan diri dari cengkraman penjajahan.
Secara garis besar, sikap Islam terhadap pemikiran dan
peradaban selama perjalan sejarah di Eropa ada tiga, yaitu :
1.
Mengembangkan unsur-unsur pemikiran dan peradaban yang
sesuai dengan Al-Quran, misalnya Islam mengambil dan mengembangkan logika,
filsafat, dan ilmu kedokteran dari kebudayaan Yunani.
2.
Menolak perdaban dan pemikiran yang bertentangan dengan
misinya sebagai pemulia ras manusia. Misalnya, Islam menolak perbudakan. Pada
awal turunnya wahyu, Islam membiarkan terjadi perbudakan. Namun setelah itu,
sejumlah wahyu Al-Qur’an berusaha menghapuskan “institusi perbudakan” dengan
menganjurkan “berbuar kebajikan” terhadap mereka dengan “anjuran memerdekakan
budak” merupakan tindakan yang amat mulia dan berpahala besar.
3.
Mendiamkan atau menerima pemikiran dan peradaban dengan
misinya.. Islam mengadakan kontak dengan kebudayaan lokal dan mengambil banyak
hal dari unsur-unsur kebudayaan lokal, sebagaimana terlihat dalam seni
bangunan, cara berpakaian, cara berpilaku, cara merasa dan sebagainya. Akan
tetapi, Islam juag mengubah beberapa bagiannya dan memberikan unsur-unsur baru
pada kebudayaan lokal tersebut